Kerugian akibat Scam Rp 7,3 Triliun, OJK Dorong Generasi Muda Melek Finansial
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat upaya peningkatan literasi dan edukasi keuangan masyarakat.
Melalui Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gernas CK), program edukasi bersama seluruh pelaku jasa keuangan ini kini telah menjangkau lebih dari 200 juta peserta di seluruh Indonesia.
“Berdasarkan data per Oktober tahun ini, melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan, sudah dilaksanakan 42.121 program edukasi dan literasi yang telah menjangkau lebih dari 200 juta peserta atau viewers di seluruh Indonesia,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/11/2025).
Ilustrasi dana darurat. Cara mengumpulkan dana darurat ala Kemenkeu. Besaran dana darurat yang ideal.
Friderica menekankan bahwa capaian ini tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak.
“Tentu saja ini memerlukan orkestrasi dan juga sinergi dan kolaborasi yang terus menerus antara seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.
Literasi keuangan untuk masa depan finansial yang terkendali
Friderica mengingatkan bahwa literasi keuangan merupakan fondasi penting agar masyarakat mampu mengelola uang dengan bijak dan berkelanjutan.
Ia menilai, generasi muda khususnya perlu memiliki kemampuan perencanaan keuangan yang lebih matang.
“OJK berharap semakin banyak generasi muda yang mampu merencanakan masa depan finansialnya dengan lebih baik, sehingga tidak lagi trial and error, tetapi penuh kendali dan arah yang jelas menuju masa depan yang sejahtera,” ujarnya.
Pesan ini sejalan dengan tren meningkatnya akses masyarakat terhadap produk keuangan digital.
Namun, tanpa pemahaman yang memadai, kemudahan ini justru bisa meningkatkan risiko kerugian.
Ilustrasi penipuan keuangan.
Ancaman scam masih tinggi, kerugian capai Rp 7,3 triliun
Salah satu tantangan besar dalam edukasi keuangan adalah maraknya penipuan digital (scam). Friderica mengungkapkan, kasus scam di Indonesia kini berada pada level yang mengkhawatirkan.
“Kalau kita melihat data Indonesia Anti-Scam Center per November tahun ini, data kerugian masyarakat yang dilaporkan sudah mencapai Rp 7,3 triliun, termasuk lebih dari 323.000 laporan masyarakat,” katanya.
Jika dibandingkan dengan negara lain, volume laporan scam di Indonesia jauh lebih tinggi.
“Di pusat anti-scam negara lain, mereka satu hari bisa menerima 150 sampai 200 laporan. Di kita, sehari bisa terima 800 hingga 1.000 laporan masyarakat yang terkena scam,” ujar Friderica.
Menurutnya, modus-modus penipuan berkembang cepat dan makin kompleks. Beberapa jenis yang paling banyak dilaporkan antara lain sebagai berikut.
- Penipuan transaksi belanja, dengan lebih dari 58.000 laporan dan kerugian lebih dari Rp 1 triliun.
- Fake call, yakni penipuan dengan berpura-pura menjadi kerabat atau teman yang sedang dalam kondisi darurat.
- Penipuan investasi, yang kerap menyasar anak muda yang tengah tertarik berinvestasi namun malah terjebak skema bodong.
“Kasus scam ini sangat mengerikan dan juga menyedihkan dan memprihatinkan,” tegasnya.
Pentingnya proteksi diri melalui literasi keuangan
Friderica menegaskan bahwa OJK terus memperkuat langkah-langkah perlindungan konsumen. Namun, masyarakat juga harus membekali diri dengan pengetahuan agar lebih waspada.
“OJK mempunyai tugas untuk melindungi masyarakat dari berbagai macam ancaman seperti scam. Namun masyarakat juga harus semakin waspada, harus mampu membentengi dirinya sendiri agar tidak terjebak ke dalam jebakan seperti scam atau investasi bodong,” katanya.
Melalui Gernas CK dan berbagai kolaborasi dengan pemangku kepentingan, OJK berharap Indonesia tidak hanya meningkat secara inklusi keuangan, tetapi juga literasi keuangan, sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan finansial yang cerdas dan aman.
Tag: #kerugian #akibat #scam #triliun #dorong #generasi #muda #melek #finansial