Pengusaha Akui Insentif Pemerintah Dorong Daya Beli, tapi Pertumbuhan di Atas 5,5 Persen Masih Berat
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menilai insentif pemerintah mulai memperkuat daya beli masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru 2025 serta Ramadhan 2026, meski pertumbuhan ekonomi di atas 5,5 persen dinilai masih sulit tercapai.
Menurut Shinta, tren konsumsi mulai menunjukkan perbaikan, seiring berbagai kebijakan insentif yang dijalankan pemerintah.
“Dengan insentif yang dibuat pemerintah sudah mulai kelihatan, angkanya mulai naik. Saya percaya ini pasti naik, tapi naiknya seberapa? Kalau mau nunggu rata-rata 5,2 persen, berarti harus sampai 5,8 persen. Bisa nggak gitu?” ujar Shinta ditemui di Jakarta Investment Award (JIA) 2025 di Jakarta pada Senin (10/11/2025).
Ia menilai pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen masih realistis dicapai tahun ini. Namun untuk menembus 5,5 persen ke atas, diperlukan dorongan lebih kuat dari sisi kebijakan dan permintaan domestik.
“Kalau sampai 5,6 persen ke atas, saya rasa sulit ya. Tapi Pak Purbaya kelihatannya cukup yakin bisa di atas 5,5 persen. Kalau menurut kami, itu nggak mudah. Saya nggak bilang nggak mungkin karena mungkin dia ada jurusnya,” tuturnya.
Shinta menjelaskan, pemerintah memang berupaya memperkuat efek insentif ekonomi agar momentum pertumbuhan di kuartal IV 2025 tetap terjaga.
Ia menilai, fokus kebijakan perlu diarahkan pada peningkatan daya beli kelas menengah agar efeknya cepat terasa.
“Kalau mau cepat naik, harus di-boost dengan insentif yang menyasar demand. Kelas menengah ini yang harus diberikan lebih banyak perhatian,” jelasnya.
Menurut dia, insentif otomotif dan stimulus konsumsi rumah tangga menjadi dua langkah yang paling efektif dalam memperkuat daya beli kelompok menengah dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi hingga awal 2026.
Tag: #pengusaha #akui #insentif #pemerintah #dorong #daya #beli #tapi #pertumbuhan #atas #persen #masih #berat