Penggunaan QRIS Naik Signifikan, Kunci Digitalisasi Pembayaran di Indonesia
"Right now, gue zero cash," kata Dita, seorang pegawai swasta di Jakarta, ketika ditanya tentang pengalamannya menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk transaksi sehari-hari.
Kepada Kompas.com, ia mengaku saat ini 95 persen transaksi hariannya menggunakan QRIS. Lalu, sisanya menggunakan uang tunai.
Dita menjelaskan, QRIS digunakannya untuk pembayaran transportasi publik dan belanja ritel sehari-hari, seperti makanan dan lainnya.
Ilustrasi pembayaran menggunakan QRIS.
Dengan adanya QRIS, Dita mengaku pola konsumsinya tidak berubah, ia tidak menjadi boros soal keuangan. Hanya metode pembayaran yang bergeser.
Pemanfaatan QRIS terus menunjukkan lonjakan signifikan hingga pertengahan 2025.
Data terbaru menggambarkan bahwa sistem pembayaran berbasis QR code ini tidak sekadar menjadi alternatif, melainkan mulai mengambil peran utama dalam transaksi ritel dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia.
Pertumbuhan penggunaan QRIS
Bank Indonesia (BI) menyatakan, QRIS adalah game changer transformasi keuangan digital Indonesia.
Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta menyatakan, hingga kuartal III 2025, jumlah pengguna QRIS sudah mencapai lebih dari 58 juta.
Selain itu, sudah ada 41,2 juta merchant menerima pembayaran dengan QRIS.
"Dengan nilai transaksi lebih dari Rp 1,9 kuadriliun. Enggak cukup ya handphone kita (menghitung) kuadriliun. Berapa itu nolnya," kata Filianingsih pada acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia dan Indonesia Fintech Summit and Expo 2025, Jumat (31/10/2025).
Ilustrasi QRIS, pembayaran menggunakan kode QRIS. Bank Indonesia bersiap menguji coba QRIS antarnegara dengan Korea Selatan. Langkah ini memperluas jangkauan sistem pembayaran digital Indonesia di kawasan Asia.
Pada kuartal?II?2025, BI mencatat bahwa transaksi QRIS tumbuh sebesar 148,50?persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Angka?angka tersebut menggarisbawahi bahwa adopsi QRIS bukan sekedar pertumbuhan jumlah pengguna atau merchant, namun juga intensitas transaksi yang semakin tinggi.
Siapa yang mendorong adopsi QRIS?
Pertumbuhan QRIS dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yakni sebagai berikut.
1. UMKM sebagai inti merchant
Dari data BI, di antara puluhan juta merchant yang menerima QRIS, sekitar 93,16?persen adalah pelaku UMKM
2. Regulator dan kebijakan inklusi
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa volume transaksi pembayaran digital melalui QRIS tetap tumbuh tinggi, yang didukung oleh peningkatan jumlah pengguna dan merchant.
3. Inovasi teknologi pembayaran
Inisiatif seperti QRIS?Tap, yakni fitur berbasis NFC (Near Field Communication) yang diluncurkan awal 2025, mempermudah transaksi tanpa harus scan QR konvensional. QRIS Tap untuk tahap awal digunakan untuk pembayaran transportasi publik.
Contohnya, jumlah pengguna QRIS Tap dilaporkan sudah mencapai 47,8?juta pengguna dalam waktu kurang dari tiga bulan sejak peluncuran.
4. Tren gaya hidup digital masyarakat
Daftar negara yang bisa pakai QRIS.
Dengan penetrasi smartphone dan internet yang terus naik, serta peningkatan kesadaran akan pembayaran non?tunai.
Filianingsih menjelaskan, lebih dari 80 persen populasi Indonesia atau setara dengan 229 juta orang telah terhubung dengan internet.
"Ini menandakan bahwa fondasi ekonomi digital kita itu sudah semakin matang," ujarnya.
Menurut survei KG Media terhadap 300 milenial dan Gen Z di kota-kota besar Indonesia, 63 persen responden memilih menggunakan QRIS, baik melalui aplikasi bank ataupun e-wallet, saat melakukan pembayaran offline.
Hal ini menunjukkan bahwa QRIS menjadi metode pembayaran paling populer untuk transaksi tatap muka.
Implikasi QRIS terhadap ekonomi digital dan inklusi keuangan
Adopsi QRIS yang meluas memiliki sejumlah implikasi penting, yakni sebagai berikut.
1. Inklusi keuangan
Dengan banyaknya merchant UMKM yang menerima QRIS, segmen usaha kecil yang sebelumnya terbatas akses metode pembayaran formal kini makin terhubung ke ekosistem digital. BI menyebut bahwa QRIS menjadi salah satu pendorong utama digitalisasi sektor usaha mikro.
2. Efisiensi transaksi ritel
Transaksi dengan QRIS cenderung lebih cepat, mudah, serta mencatat jejak secara digital, yang membantu dalam pencatatan keuangan dan perbankan. Penggunaan QRIS mempercepat proses pembayaran, memudahkan verifikasi, dan menekan biaya transaksi dibandingkan metode tradisional.
3. Penguatan sistem pembayaran nasional
BI menyatakan, teknologi seperti QRIS Tap dan interkoneksi antarnegara akan memperkuat fondasi sistem pembayaran nasional yang aman, efisien, dan inklusif.
QRIS yang sudah terhubung dengan QR code Jepang (JPQR) di sebuah merchant di Paviliun Indonesia di Osaka Expo 2025.
Tantangan yang masih ada
Walaupun pertumbuhannya sangat positif, sejumlah tantangan belum sepenuhnya teratasi.
1. Kesenjangan di wilayah 3T (tertinggal, terluar, terdepan)
Meskipun pertumbuhan nasional tinggi, realisasi di beberapa daerah masih tertinggal karena infrastruktur (internet, listrik) atau penetrasi smartphone yang belum optimal.
2. Literasi digital dan keamanan
Penggunaan teknologi pembayaran baru memerlukan pemahaman yang baik dari konsumen dan merchant agar risiko keamanan dan penipuan dapat diminimalkan.
3. Nilai transaksi per merchant
Meski jumlah merchant dan pengguna naik, tidak semua merchant menunjukkan peningkatan nilai transaksi yang proporsional; artinya dampak ekonominya bagi sebagian UMKM bisa berbeda?beda.
4. Ekonomi digital yang makin kompetitif dan global
Dengan rencana perluasan QRIS lintas negara, mekanisme regulasi, interoperabilitas, dan keamanan antarnegara akan menjadi faktor krusial.
Misalnya, BI telah mencatat inisiatif QRIS Indonesia–Jepang untuk memperkuat konektivitas pembayaran antarnegara.
Penggunaan QRIS di luar negeri
Nilai transaksi QRIS lintas negara tercatat menembus Rp 1,66 triliun hingga Juni 2025.
Teranyar, BI meluncurkan penggunaan QRIS di Jepang pada Agustus 2025 lalu. Bank sentral menyebut, perluasan implementasi QRIS di Jepang menandai ekspansi ke luar Asia Tenggara, setelah sebelumnya sudah terhubung dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura.
QRIS sudah bisa digunakan di Jepang. Masyarakat Indonesia cukup memindai kode QR di JPQR untuk bertransaksi menggunakan QRIS.
Gubernur BI Perry Warjiyo pada Agustus 2025 lalu menjelaskan, kerja sama QRIS dengan Thailand yang diluncurkan pada Agustus 2022 mencatat 994.890 transaksi dengan nominal Rp 437,54 miliar.
Sementara itu, transaksi Indonesia–Malaysia sejak Mei 2023 mencapai 4,31 juta kali dengan nilai Rp 1,15 triliun.
Adapun kerja sama dengan Singapura yang dimulai pada November 2023 telah mencatatkan 238.216 transaksi dengan nilai Rp 77,06 miliar.
“Sejak diluncurkan enam tahun lalu, QRIS telah menjadi game changer bagi ekosistem pembayaran digital dan memperkuat kedaulatan ekonomi Indonesia, yang kini telah mencapai 57 juta pengguna,” kata Perry.
Selanjutnya, QRIS akan segera bisa digunakan di dua negara baru, yaitu China dan Korea Selatan.
Filianingsih mengatakan, BI tengah melakukan uji coba terbatas atau sandboxing QRIS Antarnegara dengan kedua negara tersebut.
Ia menargetkan akhir tahun ini QRIS sudah bisa digunakan di China dan awal tahun depan di Korea Selatan.
“Hopefully akhir tahun kita bisa menggunakan QRIS di China dan turis China juga bisa menggunakan QR dia di Indonesia. Korea Selatan kemarin kita baru inisiasi sandbox dan mudah-mudahan awal tahun depan kita sudah bisa melakukan hal tersebut,” ujar Filianingsih dalam acara FEKDI x IFSE 2025 di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Progres terakhir pengimplementasian QRIS di China sudah dalam tahap finalisasi, mulai dari sisi perjanjian kerja sama bisnis, teknis, dan operasional antara Union Pay Internasional China dengan pihak Indonesia, yakni Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).
Transaksi non tunai berbasis QRIS menjadi strategi untuk mempercepat inklusi keuangan di Indonesia.
Kemudian, juga telah dilakukan perjanjian antara empat penyedia layanan pembayaran di Indonesia dengan Union Pay Internasional China, yakni PT Rintis Sejahtera, PT Alto Network, PT Artajasa Pembayaran Elektronis, dan PT Jalin Pembayaran Nusantara untuk pengembangan sistem dan sandbox.
Tidak cuma itu, BI juga menargetkan penggunaan QRIS di Arab Saudi. Dengan Arab Saudi, proses QRIS antarnegara telah menyelesaikan proses diskusi dengan bank sentral Arab Saudi (The Saudi Arabian Monetary Authority/SAMA).
Adopsi QRIS di Indonesia telah mencapai titik yang menunjukkan bahwa sistem pembayaran digital ini semakin menjadi pilar utama.
Dengan lebih dari 50?juta pengguna dan puluhan juta merchant, mayoritas UMKM, serta transaksi senilai ratusan triliun rupiah, QRIS mentransformasikan cara pembayaran sehari?hari.
Regulasi yang mendukung, teknologi yang semakin mudah, dan gaya hidup digital yang makin kuat menjadi faktor pendorong utama.
Namun, pertumbuhan yang tinggi tidak boleh menutupi tantangan yang masih tersisa, yakni pemerataan ke seluruh wilayah, peningkatan literasi dan keamanan, serta nilai transaksi yang lebih signifikan untuk pelaku usaha kecil.
Ke depan, bagaimana QRIS akan memperluas jangkauan, memperdalam penggunaan, dan terintegrasi secara internasional akan menjadi indikator penting seberapa jauh digitalisasi pembayaran Indonesia telah maju.
QRIS bukan sekadar perangkat pembayaran, tetapi bagian dari transformasi ekonomi digital nasional. Pemerintah, sektor keuangan, dan usaha kecil menengah, semuanya memiliki peran penting agar momentum ini terus berlanjut secara inklusif dan berkelanjutan.
Tag: #penggunaan #qris #naik #signifikan #kunci #digitalisasi #pembayaran #indonesia