IPO 2025: Kuantitas Melambat, Kualitas dan Penghimpunan Dana Disorot
Aktivitas initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2025 menunjukkan dinamika yang berbeda dibandingkan target awal tahun.
Meski target kuantitas sempat ditetapkan tinggi, realisasi hingga akhir tahun mencerminkan penyesuaian terhadap kondisi pasar, fokus penjaminan kualitas emiten, serta pergeseran perhatian investor pada saham-saham tertentu yang mencatatkan penguatan tajam pasca-listing.
Realisasi dan revisi target IPO 2025
BEI awalnya memasang target agresif untuk 2025, namun pada akhir Oktober 2025, BEI merevisi target tersebut menjadi 45 perusahaan dari target awal 66 emiten.
Ilustrasi pasar saham.
Revisi itu dilakukan karena sampai 29 Oktober 2025 baru 23 perusahaan yang resmi melantai, sementara sejumlah lainnya masih dalam pipeline evaluasi OJK dan BEI.
“Target tahun ini kita 45 (IPO), tahun depan kita targetnya 50 IPO saham,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman.
BEI menegaskan akan menitikberatkan pada kualitas emiten yang masuk pasar, bukan sekadar mengejar angka pencatatan.
Tercatat ada 24 emiten baru sampai akhir November 2025. Kemudian, seetelah gelombang pencatatan awal Desember 2025, sejumlah emiten tambahan membuat total emiten baru di tahun berjalan bergerak mendekati pertengahan 20-an sampai akhir tahun.
Dengan pencatatan saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank di awal Desember 2025, maka ada 26 emiten yang melantai di BEI pada 2025.
Nilai penghimpunan dana: lebih besar dari ekspektasi di segmen tertentu
Ilustrasi saham. Membangun kekayaan dari pasar saham bukan soal keberuntungan. Investor sukses memiliki tujuh kebiasaan yang mereka lakukan secara konsisten dan terbukti menghasilkan dalam jangka panjang.
Walaupun jumlah emiten yang melantai lebih sedikit dari target awal, nilai total penawaran umum oleh korporasi menunjukkan angka substansial.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, per akhir November 2025 nilai Penawaran Umum oleh korporasi mencapai sekitar Rp 238,68 triliun.
Angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya dan di atas beberapa target awal yang dipasang di semester I 2025.
Peningkatan nilai ini didorong tidak hanya oleh IPO saham, tetapi juga oleh penawaran umum terbatas dan penawaran efek bersifat utang/sukuk yang berlangsung pada 2025.
Sumber berita pasar juga melaporkan bahwa sampai akhir September 2025 dana yang dihimpun dari 23 emiten mencapai sekitar Rp 15,05 triliun.
Angka ini kemudian bertambah seiring pencatatan beberapa emiten dan penerbitan saham dari sektor tertentu pada kuartal akhir.
BEI dan OJK menyatakan, pergeseran komposisi penghimpunan (antara saham dan instrumen lain) adalah salah satu faktor yang membuat nilai penghimpunan terlihat relatif solid meski jumlah emiten lebih rendah.
Sektor yang dominan dan emiten “lighthouse”
Analisis pipeline BEI menunjukkan campuran emiten dari sektor energi, barang baku, dan industri, serta beberapa perusahaan fintech, perbankan, dan usaha barang konsumsi yang memilih jalan pencatatan.
BEI menyebut lima perusahaan sebagai “lighthouse IPO”, yaitu kriteria yang ditetapkan untuk emiten dengan kapitalisasi pasar minimal Rp 3 triliun atau free float yang bernilai signifikan.
Ini menunjukkan upaya mendorong masuknya emiten berkapitalisasi besar yang dapat menarik investor institusi dan meningkatkan likuiditas pasar.
Di sisi lain, banyak emiten yang melantai adalah perusahaan dengan aset menengah hingga kecil.
Ilustrasi saham.
BEI mencatat sebagian besar perusahaan di pipeline melaporkan laporan semester I atau laporan keuangan per Juli sebagai basis penawaran, sehingga profil emiten cenderung beragam dari sisi ukuran dan kualitas.
BEI menegaskan proses evaluasi dan review tetap ketat agar hanya perusahaan yang memenuhi kriteria tata kelola dan kinerja yang layak tercatat.
Performa saham IPO: pemenang besar dan mayoritas menguat
Kinerja saham-saham emiten baru pada 2025 cukup beragam. Beberapa saham yang tergolong “viral” di kalangan investor ritel mencatat lonjakan harga yang sangat tajam setelah listing.
Kenaikan tajam pada saham-saham tertentu menimbulkan dua konsekuensi. Pertama, menarik minat investor ritel yang mencari momentum.
Kedua, meningkatkan sorotan regulator terkait stabilitas pasar dan praktik penawaran.
BEI menanggapi dengan mengingatkan pentingnya transparansi informasi dan mekanisme penjatahan yang adil dalam proses IPO.
Faktor pendorong dan penghambat pasar IPO 2025
Beberapa faktor yang memengaruhi dinamika IPO 2025 dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Kondisi makro dan sentimen global
Ketidakpastian ekonomi global, pergerakan suku bunga internasional, dan sentimen terhadap sektor teknologi dan energi memengaruhi kesiapan perusahaan untuk go public serta minat investor.
Laporan analis menyebutkan investor lebih selektif menilai prospek jangka menengah emiten.
Ilustrasi nilai tukar rupiah.
2. Kondisi pasar domestik dan likuiditas
IHSG dan likuiditas di pasar saham menjadi faktor penting. Ketika pasar lebih volatil, banyak perusahaan menunda pencatatan atau menyesuaikan penawaran untuk menghindari valuasi yang kurang optimal.
3. Fokus regulator pada kualitas
BEI dan OJK menunjukkan preferensi pada kualitas emiten. BEI menyatakan akan mengevaluasi aspek kinerja dan tata kelola, tidak sekadar memenuhi checklist administratif.
Pernyataan itu menjadi alasan revisi target kuantitas dan memperketat proses pencatatan.
4. Ketertarikan sektor tertentu
Sektor fintech, energi terbarukan, dan layanan infrastruktur digital menunjukkan gairah di pipeline, sementara sektor tradisional yang sedang restrukturisasi cenderung lebih hati-hati.
Selain itu, spin-off aset dari korporasi besar (misalnya spin-off bisnis fiber Telkom) membuka peluang IPO anak usaha berskala besar. Pernyataan manajemen Telkom terkait opsi IPO untuk InfraNexia menandakan potensi emiten korporasi besar menjadi katalis pipeline 2026.
Peran OJK, BEI, dan penjamin emisi
OJK dan BEI memperkuat koordinasi untuk memastikan perusahaan yang masuk daftar pencatatan memenuhi standar informasi, kepatuhan, dan tata kelola.
OJK tercatat masih mengantongi rencana IPO dari belasan perusahaan yang berada dalam pipeline, namun proses review yang berlangsung menjadi penentu kapan emiten bisa resmi menawarkan saham ke publik.
Di sisi pasar modal, peran penjamin emisi (underwriter) dan penatausaha pencatatan menjadi penting untuk menyaring emiten berkualitas dan memformulasikan struktur penawaran yang menarik bagi investor institusi dan ritel.
Ilustrasi saham, pergerakan saham.
Implikasi untuk investor dan korporasi
Bagi investor ritel, 2025 menawarkan peluang mendapatkan saham dengan potensi kenaikan pasca-listing, tetapi juga risiko volatilitas tinggi terutama pada emiten berkapitalisasi kecil.
BEI dan analis pasar menyarankan investor melakukan uji tuntas (due diligence) terhadap prospektus, model bisnis, dan tata kelola emiten sebelum berpartisipasi pada penawaran.
Untuk korporasi yang mempertimbangkan IPO, kondisi 2025 menegaskan pentingnya kesiapan laporan keuangan, prospek bisnis yang jelas, dan struktur tata kelola yang memenuhi standar regulator untuk menarik investor institusi dan menjaga reputasi pasar.
Prospek IPO 2026
Berdasarkan pernyataan BEI dan perkembangan pipeline akhir 2025, pasar modal Indonesia diperkirakan akan memasuki fase selektif pada 2026 dengan fokus pada emiten yang memiliki kapitalisasi lebih besar dan free float signifikan.
Spin-off aset strategis dari emiten besar serta kebutuhan pendanaan korporasi di sektor infrastruktur dan energi berpotensi mendorong gelombang IPO berkualitas pada tahun depan.
BEI menyebut target 50 IPO untuk 2026 sebagai sasaran ambisius yang akan ditempuh dengan penekanan pada kualitas emiten.
Daftar emiten yang IPO di BEI pada tahun 2025
Berikut daftar emiten yang mencatatkan sahamnya di BEI sepanjang tahun 2025.
Ilustrasi saham.
- PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII): 8 Januari 2025
- PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU): 8 Januari 2025
- PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX): 8 Januari 2025
- PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC): 9 Januari 2025
- PT Hero Global Investment Tbk (HGII): 9 Januari 2025
- PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT): 13 Januari 2025
- PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK): 13 Januari 2025
- PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG): 13 Januari 2025
- PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI): 10 Maret 2025
- PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE): 10 Maret 2025
- PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI): 25 Maret 2025
- PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE): 14 April 2025
- PT Medela Potentia Tbk (MDLA): 15 April 2025
- PT Citra Sarana Medika Tbk (DKHH): 8 Mei 2025
- PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT): 8 Juli 2025
- PT Asia Pramulia Tbk (ASPR): 8 Juli 2025
- PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN): 9 Juli 2025
- PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA): 9 Juli 2025
- PT Prima Multi Usaha Tbk (PMUI): 10 Juli 2025
- PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK): 10 Juli 2025
- PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI): 10 Juli 2025
- PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG): 10 Juli 2025
- PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS): 23 September 2025
- PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk (PJHP): 6 November 2025
- PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO): 8 Desember 2025
- PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA): 17 Desember 2025
Tag: #2025 #kuantitas #melambat #kualitas #penghimpunan #dana #disorot