Bank Digital Belum Bisa Sepenuhnya Benar-Benar Tanpa Kantor di Indonesia
- Perkembangan bank digital di Indonesia semakin tinggi. Sesuai dengan namanya, bank digital lebih memudahkan nasabah atah konsumen untuk mengakses. Mereka tidak harus serta merta datang ke kantor bank. Di Indonesia, konsep itu sepertinya belum bisa diterapkan secara total.
"Nasabah itu masih pengen tahu bank itu benar-benar ada. Indikatornya kehadiran kantor bank tersebut di daerahnya." ungkap Direktur Utama PT Bank Jago Tbk Arief Harris Tandjung saat berkunjung ke kantor Bank Jago cabang Surabaya Kamis (30/10).
Saat ini Bank Jago yang memiliki kode saham ARTO itu memiliki enam kantor cabang. Tiga di antaranya di Jabobdetabek. Sisanya di Bandung, Semarang, dan Surabaya. Khusus di Surabaya merupakan cabang keenam. Sebagaimana konsepnya, Bank Jago tidak akan memiliki kantor cabang begitu banyak. Kehadiran kantor hanyalah sebagai representasi dan untuk meningkatkan kepercayaan nasabah.
Rencananya tahun depan, 2026, Bank Jago hanya menambah satu kantor cabang. "Lokasinya belum tahu. Kami masih mengkaji," sambung Arief Harris Tandjung di hadapan para awak media, termasuk JawaPos.com.
Dilansir Antara, Arief Harris Tandjung mengklaim PT Bank Jago Tbk mampu meningkatkan efisiensi operasional pada kuartal III-2025. Hal itu tercermin dari penurunan rasio biaya ke pendapatan (cost to income ratio/CIR) menjadi 59 persen dari 74 persen.
"Indikatornya adalah Cost to Income Ratio yang membaik dari sekitar 74 persen menjadi 59 persen. Makin rendah artinya operasi makin efisien. Saya percaya ke depan akan turun terus," kata Arief.
Pada kuartal III-2025, laba bersih Bank Jago tercatat meningkat 132 persen menjadi Rp 199 miliar dibanding Rp 86 miliar pada posisi yang sama di 2024. Pertumbuhan bisnis tersebut tidak dicapai dengan melakukan ekspansi besar-besaran, tetapi dengan efisiensi dan penerapan strategi prioritas yang lebih tajam. "Kami percaya pertumbuhan bisnis harus diiringi peningkatan kompetensi dan produktivitas," ujarnya.
Bank Jago juga memaksimalkan pemanfaatan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI) dalam memperkuat sistem operasional dan mendukung kinerja karyawan. "Tim HR dan bisnis kami memastikan kapasitas SDM meningkat tiap tahun agar bisa tersampaikan hasil lebih baik," katanya.
Head of Culture, Communication, and Sustainability Bank Jago Maya Kartika menambahkan, selain minim kantor, Bank Jago meminimalisasi penggunaan kertas alias paperless. Sehingga segala pelayanan tetap berbasis teknologi dan komunikasi digital.
"Kami lebih fokus kepada konsumen untuk membuka rekening dengan aplikasi. Bukan datang ke kantor cabang," ujar Maya Kartika.
Saat ini Bank Jago memiliki 19 juta nasabah. Dengan kondisi bisnis saat ini, Bank Jago menargetkan pertumbuhan nasabah mencapai dua hingga empat juta setiap tahunnya. Sedangkan pertumbuhan transaksi dan nasabah mencapai 22 persen per bulan. Sebagaimana dengan profilnya, rata-rata nasabah Bank Jago didominasi generasi milenial dan generasi Z.
Menurut Maya, dominannya generasi milenial dan generasi Z menjadi nabasah bank digital, khusus Bank Jago, karena mereka sangat melek dengan teknologi. Waktu mereka bersinggungan teknologi atau smartphone sangat tinggi. Sehingga, siapa saja dapat saja membuka rekening Bank Jago di mana saja dan kapan saja.
Dengan pesatnya perkembagnan teknologi, perilaku nasabah sangat tinggi bertransaksi secara digital. Terutama untuk transaksi pembayaran yang memanfaatkan fitur kode respons cepat alias Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Adapun volume transaksi menggunakan QRIS tumbuh tiga hingga empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Data tersebut menandakan intensitas penggunaan aplikasi Jago yang meningkat di kalangan nasabah.
Ke depan, Bank Jago menyiapkan sejumlah inisiatif baru. Di antaranya Jago Dana Siaga yang merupakan produk pinjaman untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang tak terduga dari nasabah.
"Kolaborasi bukan hanya untuk memperluas bisnis, tapi juga memberi nilai tambah bagi nasabah dari sisi ekosistem partner. Melalui sinergi yang lebih dalam, kami bisa menciptakan produk yang unik dan relevan," ujar dia.
Pertumbuhan total aset Bank Jago mencapai 28 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2025 menjadi Rp 34,5 triliun dari posisi September 2024 sebesar Rp 26,8 triliun. Pertumbuhan aset itu didorong penyaluran kredit sebesar Rp 23,5 triliun hingga akhir September 2025. Artinya tumbuh 36 persen dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 17,3 triliun.
Tag: #bank #digital #belum #bisa #sepenuhnya #benar #benar #tanpa #kantor #indonesia