Dampak Penurunan Fed Fund Rate bagi Indonesia
BANK Sentral AS (The Fed) baru saja memangkas bunga acuannya (Fed Fund Rate) 25 basis poin ke Level 3,75 – 4 persen pada Oktober 2025.
Pemangkasan ini adalah penurunan kedua di tahun 2025. Pemangkasan pertama dilakukan September 2025 dengan 25 basis poin menjadi 4 – 4,25 persen setelah Januari sampai Agustus 2025 bertahan di level 4,25 – 5 persen.
Alasan utama penurunan Fed Fund Rate, yakni pemerintah AS kini lebih fokus mengurangi angka pengangguran yang kini sedikit naik menjadi 4,3 persen pada Agustus 2025 dari posisi 4,2 persen pada bulan sebelumnya.
Pemangkasan Fed Fund Rate diharapkan bisa meningkatkan investasi. Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengangguran akan turun.
Pemangkasan Fed Fund Rate ini dilakukan saat dua kondisi yang sebenarnya sangat riskan.
Pertama, tingkat inflasi AS sampai saat ini masih berada di kisaran 3 persen, lebih tinggi dari target 2 persen.
Risiko jika Fed Fund Rate dipangkas di tengah inflasi yang masih tinggi adalah akan memicu naiknya kembali inflasi lewat komponen impor.
Dolar AS akan mengalami penurunan (depresiasi) terhadap mata uang lain sehingga harga barang-barang impor di AS akan meningkat hingga memicu kenaikan inflasi.
Sampai saat ini, AS masih mengimpor berbagai komoditas, antara lain produk elektronik terutama smartphone dan komputer dari Asia, sumber energi terutama minyak mentah, produk tekstil dan pakaian jadi, produk pertanian buah-buahan dan sayur, hingga kendaraan bermotor serta suku cadangnya.
Kedua, kebijakan pemangkasan Fed Fund Rate diambil di tengah kondisi berhenti beroperasinya administrasi pemerintahan AS (Government Shutdown).
Kondisi berhentinya kegiatan operasional pemerintahan membuat The Fed kehilangan akses data strategis seperti tentang lapangan kerja untuk mendukung pemangkasan Fed Fund Rate.
Namun, The Fed- seperti bank-bank sentral lainnya- tampaknya mulai menggeser perhatiannya dari mempertahankan stabilitas ekonomi lewat stabilitas nilai mata uang, antara lain tercermin dari rendahnya inflasi, menuju pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Dampak bagi Indonesia
Minimal ada dua dampak penurunan Fed Fund Rate terhadap Indonesia. Pertama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat.
Pada pembukaan perdagangan 30 Oktober 2025, Rupiah menguat 0,12 persen ke level Rp 16.590 per dolar AS.
Penjelasannya, di pasar uang, pemegang uang akan membandingkan mana yang lebih menguntungkan ketika memegang aset keuangan antara dua denominasi mata uang.
Caranya dengan membandingkan suku bunga dari asal mata uang dua negara tersebut (disebut selisih suku bunga atau interest parity).
Dengan turunnya Fed Fund Rate, maka orang akan mengalihkan uangnya dari dolar AS ke mata uang lain, termasuk rupiah.
Penukaran dolar AS ke rupiah akan menyebabkan pasokan dolar AS meningkat. Jika rupiah yang beredar tetap, maka dolar AS akan melemah. Sebaliknya rupiah akan menguat terhadap dolar AS.
Kedua, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga meningkat. IHSG ditutup menguat 0,22 persen ke level 8.184,06 pada perdagangan Kamis (30/10/2025).
Hal ini karena orang melepas dolar AS dan membeli saham, termasuk saham-saham di BEI.
Implikasi penurunan Fed Fund Rate bagi Indonesia khususnya Bank Indonesia (BI) adalah BI menjadi punya ruang untuk menurunkan lagi BI Rate tanpa khawatir akan terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Penurunan BI rate yang berlanjut akan terus mendorong kenaikan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan investasi akan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
Data Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka Indonesia menurut BPS adalah 4,6 persen atau 7,28 juta orang. Angka yang masih cukup besar.
Di samping menciptakan lapangan kerja, kenaikan investasi juga akan membantu tercapainya target pertumbuhan ekonomi 6 persen di jangka pendek tahun 2025 dan 8 persen di akhir pemerintahan Prabowo-Gibran pada 2029 mendatang.
Namun, perlu diingat bahwa Indonesia, terutama BI, harus hati-hati menyikapi kebijakan The Fed terhadap Fed Fund Rate.
Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa belum ada keputusan lebih lanjut apakah Desember 2025 nanti, Fed Fund Rate kembali diturunkan atau tidak.
Juga perlu dicermati dinamika global seperti perang Rusia-Ukraina yang belum berhenti, perang Israel-Hamas yang kemungkinan masih akan berlanjut di tengah gencatan senjata, serta dinamika penetapan tarif Trump yang juga masih berlanjut.