Remaja Bisa Terus Makan Meski Tak Lapar, Ini Penjelasan Ilmiahnya
ilustrasi makan. Makanan ultra-proses dapat membuat remaja makan berlebihan, bahkan ketika tubuh sebenarnya sudah tidak merasa lapar, menurut studi terbaru dari Virginia Tech yang dirilis pada Desember 2025.(Freepik/Freepik)
12:36
16 Desember 2025

Remaja Bisa Terus Makan Meski Tak Lapar, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Makanan ultra-proses dapat membuat remaja makan berlebihan, bahkan ketika tubuh sebenarnya sudah tidak merasa lapar, menurut studi terbaru dari Virginia Tech yang dirilis pada Desember 2025.

Penelitian ini menunjukkan bahwa usia akhir remaja menjadi fase paling rentan, karena respons tubuh terhadap makanan ultra-proses berbeda dibandingkan orang dewasa muda.

Kondisi tersebut dinilai berbahaya karena kebiasaan makan tanpa rasa lapar berpotensi memicu kenaikan berat badan sejak usia muda.

Remaja lebih sulit menghentikan makan

Studi ini melibatkan 27 partisipan berusia 18 hingga 25 tahun yang diminta menjalani dua pola makan berbeda selama dua minggu.

Pada satu fase, peserta mengonsumsi makanan tinggi ultra-proses, sementara pada fase lain mereka menjalani diet tanpa makanan ultra-proses sama sekali.

Hasilnya menunjukkan perbedaan mencolok pada kelompok usia 18–21 tahun, yang cenderung makan lebih banyak setelah menjalani diet makanan ultra-proses.

Bahkan setelah menyantap makanan utama, kelompok usia ini masih terus ngemil meski tidak merasa lapar.

“Kelompok usia lebih muda mengonsumsi lebih banyak kalori dari makanan ultra-proses, bahkan ketika mereka sudah tidak lapar,” kata ahli saraf dari Virginia Tech, Alex DiFeliceantonio, yang terlibat dalam penelitian ini.

Perilaku makan tanpa dorongan rasa lapar ini disebut sebagai salah satu tanda awal yang dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan.

Bukan soal kalori, tapi cara makanan diproses

Peneliti memastikan bahwa kedua pola makan dalam studi ini memiliki kandungan kalori dan nutrisi yang seimbang.

Artinya, peningkatan asupan makan tidak disebabkan oleh jumlah energi, gula, atau lemak semata.

“Kami sengaja menyamakan kandungan gizinya, sehingga yang diuji benar-benar efek dari tingkat pengolahan makanan,” ujar Brenda Davy, profesor gizi sekaligus penulis senior studi tersebut.

Setelah menjalani masing-masing pola makan, peserta diberikan sarapan prasmanan dan sesi camilan untuk melihat apakah mereka masih makan saat rasa lapar sudah hilang.

Kelompok usia 22–25 tahun tidak menunjukkan perubahan berarti, sementara kelompok usia 18–21 tahun justru makan lebih banyak setelah diet makanan ultra-proses.

Peneliti menilai fase akhir remaja merupakan masa krusial, karena pada usia ini seseorang mulai mandiri dalam memilih makanan dan membentuk kebiasaan makan jangka panjang.

“Jika pola ini terus berulang, risiko kenaikan berat badan pada usia muda akan meningkat,” kata Davy.

Penelitian ini dipublikasikan oleh Virginia Tech dan dijadwalkan terbit di jurnal Obesity.

Studi ini menjadi pengingat bahwa makanan ultra-proses bukan hanya berdampak pada asupan gizi, tetapi juga memengaruhi cara tubuh dan otak merespons rasa lapar, terutama pada remaja.

Tag:  #remaja #bisa #terus #makan #meski #lapar #penjelasan #ilmiahnya

KOMENTAR