Purbaya Akui Proyek Whoosh Punya Misi Hidupkan Ekonomi Daerah
Kereta cepat Whoosh. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut proyek Whoosh tak sekadar cari laba, tapi juga punya misi menghidupkan ekonomi daerah(Whoosh)
10:32
29 Oktober 2025

Purbaya Akui Proyek Whoosh Punya Misi Hidupkan Ekonomi Daerah

- Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membenarkan pernyataan Presiden RI Ke-7 Joko Widodo (Jokowi) bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) tidak semata-mata dibangun untuk mencari keuntungan finansial.

Menurutnya, proyek ini juga membawa misi pengembangan kawasan atau regional development di sepanjang jalur yang dilalui.

“(Pernyataan Jokowi) ada betulnya juga sedikit, karena kan Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga kan,” ujar Purbaya saat ditemui di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Whoosh Belum Optimal Kembangkan Kawasan Sekitar

Purbaya menilai, hingga kini proyek Whoosh belum benar-benar membantu mengembangkan kawasan di sekitar jalur kereta cepat. Karena itu, ia berharap ke depan pemerintah dapat memastikan pertumbuhan ekonomi di titik-titik pemberhentian kereta.

“Mungkin di mana ada pemberhentian di sekitar jalur Whoosh supaya ekonomi sekitar tumbuh itu harus dikembangkan ke depan. Jadi ada betulnya,” katanya.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pandangan Presiden Jokowi yang menyebut proyek Whoosh dibangun bukan untuk mengejar laba, melainkan sebagai investasi sosial bagi masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi di Mangkubumen, Banjarsari, Kota Solo, pada Senin (27/10/2025).

Menurut Jokowi, pembangunan transportasi massal seperti Whoosh berawal dari permasalahan kemacetan parah di Jabodetabek dan Bandung yang telah terjadi selama 20–40 tahun.

“Dari kemacetan itu negara rugi secara hitung-hitungan. Kalau di Jakarta saja sekitar Rp 65 triliun per tahun. Kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira sudah di atas Rp 100 triliun per tahun,” ujarnya.

Manfaat Sosial dan Investasi Transportasi Publik

Jokowi menjelaskan, tujuan utama pembangunan transportasi massal adalah mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi agar kerugian akibat kemacetan bisa ditekan. Ia menegaskan, proyek seperti Whoosh, MRT, dan LRT adalah bagian dari investasi sosial.

“Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal sehingga kerugian akibat kemacetan dapat ditekan,” ujar Jokowi.

Menurut Jokowi, transportasi publik tidak diukur dari keuntungan finansial, melainkan dari manfaat sosial yang dihasilkan.

“Jadi, transportasi umum tidak diukur dari keuntungan finansial, tetapi dari keuntungan sosial,” tegasnya.

Ia menambahkan, keuntungan sosial tersebut meliputi penurunan emisi karbon, peningkatan produktivitas masyarakat, pengurangan polusi, dan efisiensi waktu tempuh. “Kalau ada subsidi, itu adalah investasi, bukan kerugian seperti MRT,” ujarnya.

Utang dan Skema Pembiayaan Whoosh

Di balik manfaat sosialnya, proyek kereta cepat Whoosh juga memiliki beban finansial besar. Berdasarkan pemberitaan Kompas.com sebelumnya, total utang proyek ini mencapai sekitar 7,27 miliar dollar AS atau sekitar Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500 per dollar AS).

Dari total tersebut, 75 persen dibiayai melalui pinjaman China Development Bank (CDB) dengan bunga 2 persen per tahun dan tenor 40 tahun.

Seiring waktu, biaya proyek meningkat akibat cost overrun sebesar 1,2 miliar dollar AS dengan bunga tambahan di atas 3 persen per tahun.

“Untuk loan denominasi dollar AS bunganya 3,2 persen, sedangkan untuk renminbi atau RMB 3,1 persen,” kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Didiek Hartantyo, kepada Kompas.com pada 9 Januari 2024.

Pinjaman tambahan sebesar 542,7 juta dollar AS digunakan untuk menutup pembengkakan biaya yang menjadi tanggungan konsorsium Indonesia sebesar 75 persen, sementara sisanya dipenuhi melalui penyertaan modal negara (PMN) dari APBN.

Utang Whoosh Dikelola Danantara

Pemerintah Indonesia dan China telah sepakat untuk melakukan restrukturisasi utang proyek kereta cepat hingga tenor 60 tahun.

Meski begitu, Purbaya menegaskan dirinya tidak terlibat dalam tim restrukturisasi yang melibatkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dan Dewan Ekonomi Nasional.

“Saya sebisa mungkin gak ikut, biar aja mereka selesaikan business to business. Berarti dia top,” kata Purbaya saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).

Ia menilai penyelesaian utang sebaiknya dilakukan langsung antar pihak yang terlibat tanpa intervensi pemerintah. “Kalau mereka sudah putus kan udah bagus, top,” ujarnya.

Dalam pandangan Purbaya, utang Whoosh kini sebaiknya dikelola di bawah BPI Danantara, lembaga investasi yang menaungi sejumlah BUMN strategis, termasuk PT KAI.

“Kan KCIC di bawah Danantara ya, kalau di bawah Danantara kan mereka sudah punya manajemen sendiri, punya dividen sendiri yang rata-rata setahun bisa dapat Rp 80 triliun atau lebih. Harusnya mereka manage dari situ. Jangan kita lagi,” katanya.

Dengan skema ini, pembiayaan dan pengelolaan utang dipisahkan dari APBN agar tidak menjadi beban langsung bagi keuangan negara.

Danantara dan Sikap China terhadap Proyek Whoosh

Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, mengatakan pemerintah dan lembaganya masih mencari opsi terbaik dalam penyelesaian utang kereta cepat agar tidak memberatkan PT KAI.

“Menurut saya kita terjebak sama itu ya. Perdebatan itu yang menurut saya sebetulnya kita akan cari opsi terbaik. Belum tentu pakai itu (APBN) dan kami mengikuti saja arahan Presiden,” ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (23/10/2025).

Dony menegaskan, keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah. “Bagi kami yang penting memastikan bahwa layanan publiknya sudah nyata,” katanya.

Ia menambahkan, Danantara saat ini juga tengah menyiapkan negosiasi dengan pihak kreditur China. “Kita sedang diskusikan juga dengan Menko Infrastruktur untuk segera kita akan menegosiasikan. Hubungan kita juga bagus, komunikasi bagus,” ujarnya.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan pemerintah China siap memastikan operasional Whoosh tetap berjalan lancar.

“Selain angka-angka keuangan dan indikator ekonomi, manfaat publik dan imbal hasil komprehensifnya juga harus dipertimbangkan,” kata Guo dalam konferensi pers di Beijing, Senin (20/10/2025), dikutip dari Antara.

Menurut Guo, proyek kereta cepat Jakarta–Bandung telah dua tahun beroperasi dengan aman dan lancar. “Kereta cepat ini telah melayani lebih dari 11,71 juta penumpang, dengan arus penumpang yang terus meningkat, dan manfaat ekonomi serta sosialnya terus dirasakan,” ujarnya.

Guo menambahkan, proyek ini berperan penting dalam mendorong pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia serta meningkatkan konektivitas kawasan.

(Tim Redaksi: Isna Rifka Sri Rahayu, Suparjo Ramalan, Sakina Rakhma Diah Setiawan, Aprilia Ika, Muhammad Idris)

Artikel ini bersumber dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya: 

Ogah Ikut Restrukturisasi Utang Whoosh, Purbaya: Biar Saja Selesaikan Business to Business

Tag:  #purbaya #akui #proyek #whoosh #punya #misi #hidupkan #ekonomi #daerah

KOMENTAR