



Karet Rakyat di Persimpangan: Harga Murah, Petani Terancam Tinggalkan Lahan
- Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo), Irfan Ahmad Fauzi menegaskan, sektor karet rakyat masih memiliki potensi besar untuk kembali menjadi penopang ekonomi nasional.
Namun, berbagai tantangan masih membayangi, mulai dari rendahnya harga jual, keterbatasan akses modal, hingga lemahnya daya tawar petani di pasar.
“Harga di tingkat petani Rp 10.000 sampai 13.000 per kilogram. Idealnya di atas Rp 25.000 per kilogram,” ujar Irfan dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (12/10/2025).
Pembelian dari petani karet untuk mendukung perbaikan ekonomi nasional. Menurutnya, kondisi harga yang jauh di bawah nilai ideal membuat petani karet kesulitan melakukan peremajaan kebun.
Banyak lahan karet yang sudah tua tidak lagi produktif, sementara sebagian petani mulai beralih ke komoditas lain seperti sawit.
"Kalau petani tidak mendapat harga layak, lahan akan terus menyusut karena mereka tidak bisa melakukan peremajaan kebun. Sekarang banyak yang beralih ke sawit juga. Ini akan merugikan industri-industri berbasis karet,” tutur dia.
Penopang ekonomi di masa lalu
Data Direktorat Jenderal Perkebunan mencatat, sekitar 2,33 juta keluarga petani di Indonesia menggantungkan hidup dari sektor karet dengan total luas kebun mencapai 3,8 juta hektare.
Pada tahun 2023, nilai ekspor karet alam nasional mencapai sekitar Rp 38 triliun, menjadikannya salah satu penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas.
Irfan mengingatkan, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan eksportir karet terbesar dunia. Pada dekade 1980–1990-an, karet rakyat menjadi tulang punggung ekonomi di banyak wilayah pedesaan, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
“Karet rakyat pernah menjadi kebanggaan bangsa. Desa-desa karet hidup, ekonomi lokal tumbuh, dan petani sejahtera. Kini saatnya kita kembalikan kejayaan itu dengan memperkuat kelembagaan petani, membangun koperasi desa yang tangguh, dan mengembangkan hilirisasi di tingkat akar rumput agar nilai tambah dapat dirasakan langsung oleh petani,” tutur Irfan.
Wadah kolaborasi
Dalam Musyawarah Nasional (Munas) Apkrindo, Sabtu (11/10/2025), Irfan menekankan, asosiasi ke depan akan menjadi wadah kolaborasi antara petani, pemerintah, dan dunia usaha.
Melalui langkah konkret seperti pelatihan teknis, penguatan akses permodalan, serta kemitraan dengan industri hilir, diharapkan produk karet rakyat memiliki daya saing di pasar domestik maupun global.
“Mari kita satukan langkah, kuatkan solidaritas, dan wujudkan karet rakyat yang mandiri, berdaya saing, dan menyejahterakan. Dari petani kita bangkit, dari karet kita majukan Indonesia,” tegasnya.
Tag: #karet #rakyat #persimpangan #harga #murah #petani #terancam #tinggalkan #lahan