Sebanyak 40 Persen Galon Guna Ulang Tua Masih Dipakai, KKI: Risiko BPA Mengintai Setiap Hari
Ilustrasi galon isi ulang.(DOK. Shutterstock.)
19:28
2 Juli 2025

Sebanyak 40 Persen Galon Guna Ulang Tua Masih Dipakai, KKI: Risiko BPA Mengintai Setiap Hari

- Temuan mengejutkan datang dari hasil investigasi Komunitas Konsumen Indonesia (KKI).

KKI menemukan bahwa hampir 40 persen galon air guna ulang di kota-kota besar Indonesia ternyata sudah melewati batas usia aman pemakaian.

Menurut KKI, galon yang dikategorikan sebagai galon lanjut usia (ganula) tersebut berpotensi menimbulkan risiko kesehatan. Namun, masalah ini luput dari perhatian publik.

Dalam penelusuran yang dilakukan di 31 titik, KKI menemukan bahwa empat dari 10 galon sudah berusia lebih dari satu tahun. Bahkan, sebagian besar galon telah digunakan berulang kali selama lebih dari dua tahun tanpa diganti.

Penelusuran dilakukan di agen distribusi, depot isi ulang, kendaraan pengangkut, serta rumah warga.

Ketua KKI David Tobing memaparkan, kondisi tersebut mengkhawatirkan dan harus segera ditangani.

“Seharusnya galon ini ditarik dari peredaran karena sudah tidak lagi memenuhi standar keamanan,” kata David lewat keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (2/7/2025).

Untuk diketahui, galon guna ulang terbuat dari plastik polikarbonat yang hanya direkomendasikan untuk digunakan hingga 40 kali pengisian ulang atau setara satu tahun pemakaian.

Jika digunakan di luar batas tersebut, material galon bisa mengalami kerusakan mikro. Kondisi ini berpotensi melepaskan zat kimia berbahaya, yakni Bisfenol A (BPA) ke dalam air minum.

BPA diketahui dapat mengganggu sistem hormon dalam tubuh, terutama jika terakumulasi dalam jangka panjang.

David melanjutkan, penanganan yang tidak tepat dalam proses distribusi turut memperparah kondisi galon lanjut usia.

Sebanyak 75 persen galon diangkut menggunakan truk bak terbuka yang membuatnya terpapar langsung sinar Matahari. Kondisi ini dapat mempercepat degradasi plastik.

Kemudian, pencucian di banyak depot isi ulang masih menggunakan sabun keras dan sikat kasar.

“Padahal, tindakan ini bisa mengikis permukaan bagian dalam galon yang bisa meningkatkan risiko peluruhan BPA ke dalam air minum,” tuturnya.

David menilai, BPA memang tidak menyebabkan sakit secara langsung. Kerusakannya berlangsung perlahan dan dampaknya bersifat akumulatif.

Banyak orang mengonsumsi air terkontaminasi BPA tanpa sadar. Padahal, risikonya makin besar seiring umur galon.

“Inilah alasan utama kita tidak boleh menggunakan ganula,” tutur David.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, sekitar 40 persen masyarakat Indonesia atau 111 juta jiwa masih mengandalkan air minum kemasan, termasuk galon guna ulang, sebagai sumber air utama.

Melihat fakta tersebut, KKI pun mendesak pemerintah untuk segera merumuskan aturan tegas terkait batas usia galon guna ulang serta standar penanganan yang aman.

“Air minum yang aman seharusnya tidak membawa risiko tersembunyi bagi kesehatan,” tegas David.

Tag:  #sebanyak #persen #galon #guna #ulang #masih #dipakai #risiko #mengintai #setiap #hari

KOMENTAR