Pembangkit Listrik Nuklir Indonesia, Mimpi Lama Sejak era Soekarno
Ratna Sari Dewi Soekarno saat mendampingi Presiden Soekarno.(Instagram @kartikasoekarnofoundation)
14:04
1 Juli 2025

Pembangkit Listrik Nuklir Indonesia, Mimpi Lama Sejak era Soekarno

Wacana pembangkit listrik nuklir Indonesia kembali mengemuka. Keinginan Indonesia bisa menghasilkan listrik dari reaksi fusi nuklir sebenarnya merupakan angan-angan lama yang tak kunjung terealisasi.

Indonesia sebenarnya sempat serius menjalankan program pengembangan nuklir di era Orde Lama atau masa pemerintahan Soekarno. Saking seriusnya, Soekarno membentuk Lembaga Tenaga Atom (LTA).

Soekarno meresmikan 2 reaktor nuklir pada masa pemerintahannya. Pertama adalah proyek reaktor nuklir TRIGA-Mark II di Bandung, Jawa Barat, pada 9 April 1961.

Reaktor itu merupakan buatan General Atomic, Amerika Serikat. Negeri Abang Sam juga yang memberikan bantuan dana pembangunan dan penelitian proyek itu sebesar 350.000 dan 141.000 dollar AS.

Reaktor kedua adalah Pusat Penelitian Nuklir dengan menggunakan reaktor IRI-2000 buatan Uni Soviet yang dibangun di Serpong, Tangerang Selatan, dan diresmikan pada 16 Januari 1965.

LTA kemudian ditingkatkan kapasitasnya setara kementerian dan berubah nama menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) pada Maret 1965. Institusi itu masih Siwabessy yang statusnya dinaikkan menjadi Menteri BATAN.

Tak puas cuma punya nuklir untuk listrik, Soekarno bahkan menjajaki kemungkinan kerja sama dengan China untuk memiliki bom atom. Poros politik luar negeri Jakarta-Peking pun digagas pada Januari 1965.

Soekarno juga sempat mengirimkan banyak mahasiswa ke Uni Soviet kala itu. Rencana memiliki reaktor nuklir besar kandas di tahun 1965.

Sebagian besar mahasiswa yang belajar nuklir di Uni Soviet bahkan tak bisa pulang ke Indonesia pasca pergantian kekuasaan. Di awal era Orde Baru, praktis wacana pembangkit listrik nuklir Indonesia lalu tak pernah lagi terdengar.

Baru di tahun 1970-an, Soeharto kemudian mulai mempertimbangkan kembali rencana pembangunan pembangkit listrik nuklir Indonesia. Namun sampai kejatuhannya pada 1998, PLTN masih sebatas wacana yang tak kunjung terlaksana.

Pembangkit listrik nuklir Indonesia kembali mengemuka

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru-baru ini tengah menyiapkan aturan terkait pengolahan uranium menjadi bahan baku untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Ini kami lagi siapkan PP (Peraturan Pemerintah)-nya, mudah-mudahan dari PP-nya itu bisa diimplementasikan untuk pemurnian pengolahan bahan radioaktif itu bisa dimanfaatkan untuk energi," ujar Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung di kantornya, Jakarta, dikutip pada Selasa (1/7/2025).

Sebagai tahap awal, pemerintah tidak berniat membangun reaktor pembangkit nuklir skala besar. Namun Indonesia akan memulai dari pendirian reaktor kecil alias Small Modular Reactor (SMR).

Kapasitas pembangkit listrik nuklir SMR memang lebih kecil dibanding reaktor-reaktor besar yang dimiliki beberapa negara maju.

Rusia contohnya, mayoritas PLTN di Rusia memiliki kapasitas yang cukup besar yakni 1.000 megawatt (MW) per unit reaktor.

Bila 1 PLTN mengoperasikan setidaknya 4 unit reaktor, maka kapasitas pembangkit listrik nuklir 1 PLTN saja bisa sampai 4.000 MW.

Teknologi SMR nuklir sendiri saat ini dikuasai Rusia dan China. Pemerintah berencana menjajaki kerja sama dengan Rusia untuk merealisasikan pendirian SMR di Tanah Air.

Pemerintah berencana membangun kapasitas pembangkit listrik nuklir SMR 500 MW, yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034.

PLTN direncanakan dibangun di Sumatera dan Kalimantan dengan masing-masing berkapasitas 250 MW. Pasokan listrik dari PLTN ditargetkan mulai masuk ke jaringan PLN pada 2032-2033.

Ia menuturkan, pengolahan uranium masuk ke dalam wilayah usaha radioaktif. Pemerintah pun sedang menata perizinannya karena wilayah usaha radioaktif pengawasannya lebih ketat.

Pembahasan pengolahan radioaktif berupa uranium untuk PLTN ini akan melibatkan pula Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).

"Jadi kami juga akan memperhatikan dari aspek lingkungan," beber Yuliot.

Rusia tawari pembangkit listrik nuklir Indonesia

Sementara itu Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan Kanada dan Rusia sudah mengajukan proposal pembangunan pembangkit listrik nuklir Indonesia. Penetapan lokasi pembangkit listrik nuklir juga sudah dibahas.

“Kanada, saya sudah ketemu sama menterinya. Rusia (juga). Ada beberapa negara lain yang saya tidak bisa ungkapkan,” ucap Bahlil setelah menghadiri Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI di Jakarta, dikutip dari Antara.

Bahlil menyampaikan bahwa peta jalan pengembangan pembangkit listrik nuklir Indonesia sudah dibuat hingga 2034, dengan kapasitas mencapai 500 MW.

Lokasi pembangkit listrik nuklir direncanakan di dua pulau. Sebesar 250 megawatt (MW) akan dibangun di Sumatera, dan 250 MW sisanya akan dibangun di Kalimantan.

Indonesia berencana untuk menggunakan teknologi SMR (small modular reactor/reaktor modular kecil) untuk di dua lokasi tersebut.

“Namun, kerja samanya seperti apa? Konsep sekarang lagi dibahas. Tawaran mereka sudah kami bahas,” tutur Bahlil.

Bentuk badan khusus nuklir

Sebelumnya Kementerian ESDM mengaku sudah mengantongi rancangan keputusan presiden (keppres) soal pembentukan Badan Pelaksana Program Energi Nuklir.

Dari Menteri ESDM, rancangan Keprres tersebut akan dimintakan izin prakarsa ke Presiden. Wacana pembangkit listrik nuklir Indonesia pun bisa segera direalisasikan.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eniya Listiani Dewi.

Menurut Eniya, Kementerian ESDM sudah menyiapkan struktur yang lebih sederhana terkait dengan pembentukan Badan Pelaksana Program Energi Nuklir atau Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO), sebagaimana mandat dari Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Walau Bahlil sudah kantongi rancangan Keppres, namun Eniya belum dapat memastikan kapan keppres pembentukan badan nuklir tersebut dapat diluncurkan. “Kita berdoa bersama, ya,” kata dia.

Eniya bilang, bahwa yang akan menjadi anggota dalam struktur organisasi dari badan nuklir tersebut adalah seluruh kementerian terkait.

“Nanti itu (badan nuklir) semacam mirip-mirip satgas gitulah. Nanti Pak Menteri bisa lebih intens di situ, ini baru di meja Pak Menteri,” kata Eniya.

(Penulis: Aryanto Putranto, Yohana Artha Uly | Editor: Teuku Valdy Arief, Erlangga Djumena)

Artikel ini bersumber dari pemberitaan di KOMPAS.com berjudul:

 

Tag:  #pembangkit #listrik #nuklir #indonesia #mimpi #lama #sejak #soekarno

KOMENTAR