



Luhut Bantah Industri Garmen RI 'Sunset': Investor Hanya Pindah ke Kota Kecil karena Sesuai Feng Shui Mereka
- Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membantah bahwa industri garmen di Indonesia mengalami penurunan atau 'sunset'. Menurutnya, para investor di tanah air hanya memindahkan perusahaan ke kota-kota kecil.
Seperti investor dari Tiongkok yang menurut Luhut memilih memindahkan produksinya ke Jawa Tengah. Adapun kota kecil dipilih karena lebih disesuaikan dengan feng shui mereka.
"(Industri) Garmen dan juga pakaian katanya menurun, tapi ini tidak betul. Karena kita juga melihat dari China misalnya, ada beberapa industri dan juga ada beberapa yang masuk ke kota-kota kecil di Jawa. Misalnya saja di Jawa Tengah," kata Luhut dalam International Conference on Infrastructure (ICI) di Jakarta, Kamis (12/6).
"Mereka tidak masuk ke dalam zona-zona ekonomi khusus, tapi mereka ke kota-kota kecil karena itu lebih sesuai dengan feng shui mereka," tambahnya.
Lebih lanjut, Luhut membeberkan pemindahan lokasi produksi tersebut berada di luar prediksi pemerintah. Namun, menurutnya dari pemindahan itu justru membuka lapangan kerja mencapai 10 ribu orang.
"Itu (pemindahan pabrik) sesuatu yang di luar prediksi kita, tapi mereka mempekerjakan sampai 10 ribu orang, misalnya di kota-kota kecil ini," lanjut Luhut.
Sebelumnya, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal secara besar-besaran melanda industri tekstil Indonesia akibat maraknya impor ilegal. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSYFI) mengungkapkan PHK besar-besaran terjadi di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sepanjang Januari 2023 – Desember 2024.
Dari data Per Maret 2025, tercatat ada 60 pabrik tekstil yang melakukan PHK hingga menutup produksinya. Sejumlah pabrik yang tutup atau menghentikan produksinya, seperti PT Djoni Texindo, PT Dupantex, PT Efendi Textindo, PT Fotexco Busana Internasional, PT Grand Pintalan, PT Grandtex hingga PT Sritex.
Sementara itu, Ketua APSYFI, Redma Gita Wirawasta, menegaskan bahwa banjir impor ilegal dan penerapan kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) telah merusak industri tekstil nasional.
Ia mengkonfirmasi bahwa 4 perusahaan anggotanya terimbas atas praktik dumping ini, dimana 1 perusahaan tutup permanen, 1 perusahaan tutup sementara dan 2 perusahaan hanya mengoperasikan 40 persen fasilitas produksinya.
Berdasarkan keterangan APSyFI sebelumnya bahwa 3 dari 4 perusahaan ini rencananya akan kembali menjalankan secara penuh lini produksinya ditambah 1 perusahaan relokasi asal China akan berinvestasi mendirikan lini produksi polyester. “Tapi reaktifasi 3 perusahaan dan 1 perusahaan baru dengan total investasi sekitar USD 250 juta ini masih menunggu kepastian pemberlakuan BMAD” ujar Redma.
Tag: #luhut #bantah #industri #garmen #sunset #investor #hanya #pindah #kota #kecil #karena #sesuai #feng #shui #mereka