



Jaga Stabilitas Rupiah, BI Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga Acuan
- Sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI April 2025.
Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengatakan, BI akan menahan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang melemah.
Adapun rupiah berada di level Rp 16.820 per dollar AS pada 17 April lalu, melemah sebesar 2,59 persen melemah 2,59 persen dari Rp 16.395 per dollar AS pada sebulan sebelumnya.
Meski tekanan nilai tukar juga dirasakan oleh berbagai negara berkembang lainnya, namun mata uang garuda ini cenderung memiliki kinerja yang lebih buruk.
Secara year to date (ytd) hingga 18 April lalu, rupiah mengalami depresiasi 4,5 persen. Rupiah hanya lebih baik dari Lira Turki dan Peso Argentina yang pelemahannya mencapai 8 persen dan 10,5 persen.
Sementara Ruble Rusia, Lira Brasil, Baht Thailand, Peso Filipina, Ringgit Malaysia, dan Rupee India justru menguat terhadap dollar AS sejak awal tahun.
Pelemahan rupiah selama sebulan terakhir disebabkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih memanas dan memperburuk ketidakpastian global sehingga mengakibatkan arus modal keluar dari Indonesia sebesar 1,99 miliar dollar AS.
"Tekanan terhadap rupiah nampaknya masih akan berlanjut di beberapa bulan mendatang seiring berlanjutnya ketidakpastian global yang dipicu tensi perang dagang," ujarnya dalam laporan riset LPEM FEB UI, dikutip Rabu (23/4/2025).
Kendati demikian, BI masih memiliki cadangan devisa yang cukup untuk mestabilkan nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing (valas) tanpa harus menaikkan suku bunga.
Per akhir Maret lalu, cadangan devisa Indonesia tercatat meningkat sebesar 2,6 miliar dollar AS dari 154,5 miliar dollar di Februari 2025 menjadi 157,1 miliar dollar AS.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan berisiko memperlambat ekonomi, terlebih tingkat inflasi saat ini masih dalam batas aman yakni sebesar 1,03 persen secara tahunan pada Maret lalu.
Inflasi itu terjadi setelah mengalami deflasi dua bulan berturut-turut pada Januari dan Februari akibat kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen di periode itu.
Riefky menjelaskan, berbagai kondisi tersebut juga memungkinkan BI tidak memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan yang berisiko memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah.
"Dengan kondisi ini, BI sebaiknya menahan suku bunga acuannya di 5,75 persen pada RDG April 2025 dan tetap menjaga fokusnya untuk upaya intervensi dalam menjaga stabilitas nilai tukar," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen pada RDG BI April 2025.
Kebijakan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian global akibat perang dagang, tekanan inflasi dari kebijakan tarif AS, dan volatilitas pasar keuangan internasional.
"Dengan mempertahankan suku bunga tetap di level 5,75 persen, BI berupaya menjaga daya tarik aset dalam negeri sehingga mencegah capital outflow yang berpotensi memperlemah rupiah secara signifikan," kata Josua saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/4/2025).
Ia menambahkan, ketidakpastian global yang masih tinggi akibat perang dagang, tekanan inflasi dari kebijakan tarif AS, serta volatilitas pasar keuangan internasional, membuat investor cenderung mengalihkan dana ke aset yang lebih aman (safe haven), seperti dolar AS dan emas.
Dalam kondisi ini, lanjut Josua, menurunkan suku bunga acuan justru dapat menjadi bumerang karena dapat memperbesar risiko keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia.
Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia berpotensi melebar, seiring meningkatnya impor untuk mendukung agenda pertumbuhan pemerintah.
"Pemangkasan suku bunga berisiko memperbesar tekanan defisit transaksi berjalan dan melemahkan stabilitas eksternal, terutama ketika ekspor terancam melemah akibat perang tarif global," tuturnya.
Tag: #jaga #stabilitas #rupiah #diperkirakan #pertahankan #suku #bunga #acuan