China Peringatkan Negara yang Buat Kesepakatan Dagang dengan AS
Ilustrasi China. (Shutterstock)
07:16
22 April 2025

China Peringatkan Negara yang Buat Kesepakatan Dagang dengan AS

China memperingatkan negara-negara lain agar tidak membuat kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang dapat merugikan kepentingannya.

Pernyataan ini disampaikan pada Senin (21/4/2025), saat perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia kembali memanas.

“China akan menentang dengan tegas siapa pun yang membuat kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan kami, dan akan mengambil tindakan balasan secara tegas dan timbal balik,” kata Kementerian Perdagangan China, seperti dilansir Reuters.

Pernyataan itu disampaikan sebagai respons terhadap laporan Bloomberg. Dalam laporan itu disebutkan, pemerintahan Presiden Donald Trump sedang bersiap menekan negara-negara mitra dagang untuk membatasi hubungan dagang dengan China jika ingin mendapatkan keringanan atau pengecualian tarif dari AS. Bahkan, AS dikabarkan siap mengenakan sanksi finansial.

Pada 2 April 2025, Trump mengumumkan tarif besar-besaran terhadap puluhan negara, kecuali China yang dikenakan tarif paling tinggi.

Dalam beberapa gelombang, Washington telah menaikkan tarif impor dari China hingga 145 persen.

Jika dikonversi dengan kurs saat ini, tarif itu bernilai sekitar Rp2,44 juta. Sebagai balasan, China memberlakukan tarif sebesar 125 persen terhadap barang-barang asal AS, atau sekitar Rp2,10 juta.

Langkah ini memperbesar ketegangan dan membuat perdagangan kedua negara nyaris berhenti total. Pekan lalu, China menyatakan tidak akan menaikkan tarif lebih lanjut.

“Amerika Serikat telah menyalahgunakan tarif terhadap semua mitra dagang atas nama 'kesetaraan', sambil memaksa negara-negara lain memulai negosiasi tarif timbal balik,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan China.

China menegaskan tetap bertekad dan mampu melindungi hak serta kepentingan nasional, dan siap memperkuat kerja sama dengan negara lain.

Sikap tegas itu diperkuat dengan rencana China menggelar pertemuan informal di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam forum tersebut, China akan menuduh AS melakukan intimidasi dan menutup jalan menuju perdamaian serta pembangunan global dengan menggunakan tarif sebagai senjata.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer sebelumnya mengatakan, hampir 50 negara telah menghubunginya untuk membahas tarif tinggi yang diberlakukan oleh Trump.

Beberapa negara mulai membuka jalur negosiasi. Jepang, misalnya, mempertimbangkan meningkatkan impor kedelai dan beras dari AS.

Sementara itu, Indonesia berencana menambah impor makanan dan komoditas dari AS dan mengurangi pesanan dari negara lain.

Langkah Trump itu mengguncang pasar keuangan global karena memicu kekhawatiran akan resesi akibat gangguan serius dalam perdagangan internasional.

Namun, pasar saham China relatif stabil pada Senin lalu, meskipun investor tetap berhati-hati terhadap aset-aset China karena meningkatnya risiko pertumbuhan ekonomi.

Ketegangan dagang ini juga berdampak pada sektor teknologi. AS kini berupaya menahan kemajuan China dalam pengembangan chip semikonduktor canggih, yang dianggap berpotensi digunakan untuk kepentingan militer.

Pekan lalu, AS mengenakan biaya pelabuhan terhadap kapal buatan China untuk membatasi dominasi negeri itu dalam industri galangan kapal.

Perusahaan chip kecerdasan buatan (AI) asal AS, Nvidia, mengumumkan akan mencatat kerugian sebesar 5,5 miliar dolar AS, atau sekitar Rp92,5 triliun, akibat pembatasan ekspor chip AI yang diterapkan pemerintah AS.

Presiden China Xi Jinping pekan lalu mengunjungi tiga negara Asia Tenggara. Dalam kunjungan itu, ia menyerukan perlawanan terhadap bentuk intimidasi sepihak.

“Tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif,” kata Xi dalam artikel yang diterbitkan di media Vietnam, tanpa menyebut nama AS.

China kini mendorong perluasan kerja sama dagang dengan negara-negara lain. Beijing menyatakan siap “meruntuhkan tembok” dan memperluas jaringan mitra dagang di tengah tekanan AS.

Negara-negara Asia Tenggara kini berada di posisi sulit karena harus menghadapi tekanan dari dua kekuatan ekonomi besar dunia.

Keenam negara di kawasan itu terkena tarif antara 32 persen hingga 49 persen dari AS, yang mengancam perekonomian berbasis ekspor yang sebelumnya diuntungkan dari relokasi investasi akibat tarif terhadap China.

Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) saat ini merupakan mitra dagang terbesar China, dengan nilai perdagangan mencapai 234 miliar dolar AS atau sekitar Rp3.936 triliun pada kuartal pertama 2025, menurut data dari Bea Cukai China.

Sementara itu, nilai perdagangan antara ASEAN dan AS pada tahun 2024 tercatat sebesar 476,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp8.020 triliun, menjadikan AS mitra dagang terbesar keempat bagi blok kawasan ini.

Tag:  #china #peringatkan #negara #yang #buat #kesepakatan #dagang #dengan

KOMENTAR