Warga Asli Papua Suarakan Penolakan Tambang Nikel di Raja Ampat Lewat AI
Cuplikan video yang menampilkan sosok warga Papua yang digambarkan oleh teknologi digital artificial intelligence (AI) menolak pertambangan nikel di Raja Ampat.(Instagram: reza_erfit)
23:56
5 Juni 2025

Warga Asli Papua Suarakan Penolakan Tambang Nikel di Raja Ampat Lewat AI



- Penolakan publik terhadap pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, tengah ramai disuarakan. Penolakan itu ramai disuarakan setelah kelompok masyarakat dan pegiat lingkungan menilai aktivitas pertambangan dapat merusak ekosistem kawasan pesisir dan hutan tropis di Raja Ampat.

Penolakan terhadap aktivitas pembangunan pertambangan di Raja Ampat ramai diperbincangkan di media sosial. Penolakan itu juga disuarakan melalui cuplikan video yang menampilkan sosok warga Papua yang digambarkan oleh teknologi digital artificial intelligence (AI).

Cuplikan video hasil AI itu diunggah oleh akun @reza_erfit ke dalam media sosial Instagram. Cuplikan video pendek itu menggambarkan warga Papua yang tengah menggunakan pakaian adat mengecam serta menolak pembangunan pertambangan nikel di Raja Ampat.

Potongan video itu menarasikan bahwa Raja Ampat merupakan tanah leluhur warga Papua yang harus dijaga kelestarian alamnya.

"Kami bukan tamu di tanah sendiri. Laut ini bukan kolam tambang, ini dapur kami, rumah leluhur kami. Tapi sekarang, kami cuma penonton," ucap warga Papua sebagaimana digambarkan AI, dalam unggahan @reza_erfit.

Raja Ampat telah dijaga kelestarian alamnya oleh warga Papua. Namun, merasa miris kini dijual perlahan-lahan atas nama pembangunan.

"Dulu kami jaga surga ini tanpa upah, sekarang dijual pelan-pelan atas nama pembangunan. Raja Ampat bukan pajangan dunia, tapi warisan hidup kami," paparnya.

Raja Ampat yang dikenal dengan destinasi wisata alam internasional itu merupakan warisan yang harus dijaga.

"Kalau semua dibuka demi uang, apa yang tersisa buat anak cucu kami. Jangan pemerintah ubah rumah kami jadi surga yang kehilangan tuannya," tegasnya.

Karena itu, penolakan terhadap pembangunan pertambangan nikel di Raja Ampat buka hanya ditolak oleh warga Papua. Tapi juga masyarakat pada umumnya dan ekosistem yang juga menolak.

"#SaveRajaAmpat ini bukan cuma suara orang Papua, ini suara laut, suara karang. Suara kita semua!," imbuhnya.

Sementara, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan telah menghentikan sementara operasi tambang nikel milik PT GAG di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Tambang ini sebelumnya sempat viral karena dianggap merusak lingkungan di kawasan wisata tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Tim inspeksi Kementerian ESDM telah diturunkan untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur lingkungan.  

"Untuk sementara, kami hentikan operasinya sampai dengan verifikasi lapangan. Kami akan cek," tegas Bahlil di kantornya, Kamis (5/6). 

Bahlil menyebut, PT GAG Nikel telah memulai tahap produksi sejak tahun 2017 dan merupakan satu-satunya perusahaan yang berproduksi di wilayah Raja Ampat saat ini. 

Lokasi tambang nikel tersebut berada kurang lebih 30-40 km dari destinasi pariwisata Raja Ampat. Untuk diketahui, langkah ini diambil pemerintah usai massifnya penolakan kegiatan pertambangan nikel di Raja Ampat oleh aktivis lingkungan dan aliansi masyarakat sipil karena mengancam ekosistem lingkungan. 

"Langkah ini menegaskan komitmen pemerintah dalam menyeimbangkan perlindungan lingkungan, penghormatan terhadap kearifan lokal, dan keberlanjutan agenda hilirisasi mineral," jelasnya. 

Bahlil mengklaim, PT GAG Nikel yang merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN), yakni anak perusahaan PT Antam Tbk, telah memiliki Analisisi Mengenai Dampak Lingkungan atau Amdal sebelum beroperasi. 

"Sebelum beroperasi kan ada Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan). Amdal ini sudah ada,” pungkasnya.

 

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #warga #asli #papua #suarakan #penolakan #tambang #nikel #raja #ampat #lewat

KOMENTAR