eFishery Berhenti Beroperasi, Ribuan Petani Ikan Terancam Gagal Panen
eFishery umumkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan serta ekspansi global yang signifikan. (Istimewa)
21:09
17 Februari 2025

eFishery Berhenti Beroperasi, Ribuan Petani Ikan Terancam Gagal Panen

 

- Perusahaan teknologi akuakultur, eFishery, kini menghadapi tantangan besar. Berhenti beroperasi sejak Desember 2024 dan tengah dalam proses penyelidikan, perusahaan ini telah melakukan Pemutusah Hubungan Kerja (PHK) terhadap 90 persen atau hampir seluruh karyawannya yang mencapai sekitar 2.000 orang.

Icad, mantan karyawan eFishery yang juga mantan Sekjen Serikat Pekerja PT Multidaya Teknologi Nusantara (SPMTN) berharap agar proses penyelidikan ini dapat membawa keadilan bagi semua pihak yang terlibat. "Termasuk karyawan, para pembudidaya, dan investor," katanya, Senin (17/2).

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa kontribusi eFishery terhadap digitalisasi sektor akuakultur telah membantu ribuan pembudidaya dan mengubah industri perikanan Indonesia. Teknologi eFishery telah digunakan oleh lebih dari 30.000 pembudidaya ikan serta petambak udang, dan berhasil membantu mereka dalam menghemat biaya pakan hingga 20 persen dan meningkatkan produktivitas hingga 34,1 persen.

Icad menilai, secara bisnis, yang dilakukan oleh eFishery sangat membantu para pembudidaya ikan, udang, dan juga pemasok pakan dan alat. Apalagi saat ini ekosistem yang dibentuk sudah mulai rapih.

Data para pembudidaya ikan dan tambak udang yang mendapat manfaat dari eFishery sudah mulai terkoneksi dari seluruh pulau di Indonesia. "Dengan adanya teknologi kami itu, mereka malah bisa berkembang. Yang tadinya hanya satu kolam, sekarang menambah tiga kolam. Ini kan membuat mereka sejahtera," kata dia.

Icad juga mengungkapkan walapun proses penyelidikan sedang berlangsung, namun pihaknya tetap bangga dapat menjadi bagian dari eFishery.

"Kami banyak belajar dari para founder, Mas Gibran dan Mas Chrisna, yang merupakan sosok sederhana di balik kesuksesan eFishery. Mereka selalu hadir di lapangan, mendengarkan keluhan para pembudidaya, dan mencari solusi untuk setiap masalah yang ada," katanya.

Ia menilai bahwa persoalan yang ada jangan sampai membuat ekosistem perikanan para pembudidaya yang dibuat berantakan. Untuk itu, semua pihak mesti berpikir jernih atas masalah yang terjadi.

Icad mengungkapkan bahwa saat ini operasional eFishery sudah berhenti sehingga banyak petani ikan dan pembudidaya yang dirugikan. Tidak ada lagi yang mendampingi mereka dalam berbisnis.

"Mereka mengatakan, tahun ini sudah pasti gagal panen. Ini menyedihkan padahal mereka sangat bergantung pada eFishery selama ini," terang dia.

Ardi, mantan karyawan eFishery mengatakan, dirinya sudah 11 tahun menjadi pekerja di bidang iOT. Mayoritas pekerja di eFishery memiliki rata-rata usia 30-35 tahun.

Ia mengatakan, skema bisnis yang diterapkan para pembudidaya dalam waktu setahun dapat membantu mereka meningkatkan jumlah kolam. Misalnya pada tiga tahun kemarin itu, ketika dirinya meng-install alat, terbukti para pembudidaya sudah bisa menambah kolam dan produktivitas meningkat.

"Jadi, meningkat dua kali lipat saat bekerja sama dengan eFishery," kata dia.

Mulai dari benih, pakan, dan dibantu budidaya lebih efisien (terjadwal) setelah panen dibeli. "Kami juga memutus rantai tengkulak yang ada," ujar dia.

Sehingga, menurutnya, secara margin para pembudidaya sangat merasakan karena langsung menjual ke pembeli. Untuk itu, secara bisnis harusnya skemanya bisa terus berjalan.

"Kami sudah terkoneksi di tahun 2024, satu ekosistem di beberapa area sudah ada. Mulai pemberian bibit, pakan, alternatif teknologi eFisheryFeeder," tambahnya.

Ia menyatakan, selama bekerja di eFishery sudah bisa merasakan kesejahteraan dan banyak kesempatan berkembang di perusahaan ini. "Selama ini karyawan dengan Founder Mas Gibran dan Mas Chrisna sudah seperti teman, dan komunikasi kami bagus. Jadi, memang nggak terlihat glamor dan foya-foya, biasa saja," kata dia.

Dia mengatakan bahwa selama ini karyawan di eFishery bekerja untuk memberikan dampak ke berbagai pihak, khususnya untuk keluarga dan para pembudidaya, namun dituduh melakukan kecurangan. "Teman-teman saya tidak ada urusan kesana, kami di teknologi untuk bikin produk menghasilkan impact ke user. Bahkan sekarang kami sudah di PHK dan dilihat negatif, melamar kerja sulit karena berasal dari eFishery. Padahal kami hanya berkarya," keluhnya.

Ketua Kelompok Petani Ikan Tasik Mujahid mengungkapkan teknologi eFishery telah membantu pihaknya mengurangi biaya operasional dan meningkatkan pendapatan. "Sebelum pakai teknologi eFishery, kami sering boros pakan sehingga sulit bersaing karena biaya tinggi. Sekarang, kami bisa hemat dan hasil panen jadi lebih baik." kata dia kepada media.

Selain itu, eFishery telah membantu mereka mendapatkan akses pembiayaan yang sebelumnya sulit didapat. "Sebelum ada eFishery, kami susah cari modal. Sekarang, kami bisa pinjam uang dengan mudah dan bayarnya dicicil sesuai hasil panen,” ujar dia.

Ia menjelaskan bahwa dirinya adalah petani ikan lele yang sebelumnya hanya memiliki 30 kolam. Tetapi dengan adanya program eFishery maka dirinya berinvestasi menjadi 180 kolam ikan lele.

"Selama ada program itu saya sangat terbantu. Karena memang ada akses pembelian yang pasti setiap hari. Saya produksi 3 ton per hari," jelasnya.

Melalui program iFeshery Mujahid bisa mendapatkan margin sebesar Rp 3.000 per kilogram. "Saya berharap program dari eFishery bisa berjalan lagi. Karena ini menguntungkan para petani ikan," ucap dia.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #efishery #berhenti #beroperasi #ribuan #petani #ikan #terancam #gagal #panen

KOMENTAR