Dispar Sebut Kunjungan Wisatawan ke Bali Meningkat Jelang Akhir Tahun
Ilustrasi turis di Bali.(Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
18:07
23 Desember 2025

Dispar Sebut Kunjungan Wisatawan ke Bali Meningkat Jelang Akhir Tahun

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Wayan Sumarajaya mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mulai meningkat jelang Natal dan akhir tahun.

"Beberapa hari ini menjelang Natal sudah mulai ada peningkatan kunjungan wisman (wisatawan mancanegara). Mudah-mudahan terus meningkat lagi di akhir tahun 2025 dan di awal tahun 2026," kata Wayan kepada Kompas.com via WhatsApp, Selasa (23/12/2025).

Peningkatan kunjungan ini, sambungnya, tidak hanya berlaku untuk wisman, tetap juga wisatawan nusantara.

Wayan menjelaskan, secara umum jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Bali pada 2025 cukup tinggi dibanding tahun 2024.

Menambahkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada Oktober 2025 tercatat sebanyak 594.853 kunjungan.

Sementara itu,  jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali pada Oktober 2025 tercatat sebanyak 2.147.680 kunjungan.

"High season terjadi pada bulan Juni sampai September 2025, kunjungan sangat tinggi mencapai 20 ribuan per hari. Bahkan sampai bulan Oktober 2025 kunjungan wisatawan masih tinggi," kata Wayan.

Ia melanjutkan, pada bulan Novermber sampai pertengahan Desember memang low season untuk kunjungan wisatawan ke Bali.

Biasanya, kata Wayan, peningkatan kunjungan wisatawan di Bali akan terjadi pada akhir Desember.

"Jika bulan November sampai pertengahan Desember 2025 ini ada sedikit penurunan wisatawan asing, ini merupakan siklus tahunan karena memang low season," kata Wayan.

Untuk diketahui, Bali belakangan hangat menjadi perbincangan karena kabar sepinya wisatawan jelang libur Natal dan Tahun Baru.

Menanggapi hal ini Ketua Asosiasi Agen Tur dan Perjalanan Indonesia ( ASITA ) Bali, I Putu Winastra mengamini memang terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Bali saat ini. 

Ilustrasi wisata Bali.DOK KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF Ilustrasi wisata Bali.

"Memang terjadi penurunan kunjungan," kata Putu kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (23/12/2025).

Putu menyampaikan belum ada data terkait persentase penurunan kunjungan wisatawan ke Bali saat ini.

Namun, dari usaha perjalanan yang ia kelola secara pribadi di Bali, tercatat tingkat huniannya hanya sekitar 10 sampai 15 persen pada Desember 2025.

Alasan Bali sepi kunjungan wisatawan

Putu menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan kunjungan wisatawan ke Bali jelang libur Natal dan Tahun Baru saat ini.

Faktor pertama, katanya, yaitu pasar wisatawan Eropa Barat yang memang tidak terlalu banyak bepergian saat Natal dan Tahun Baru. Sebab, mereka lebih banyak berkumpul bersama keluarga di rumah. 

Namun, lanjut Putu, lain halnya dengan wisatawan pasar Eropa Timur yang memang melakukan perjalanan karena di daerah asal mereka sedang musim dingin. 

Faktor kedua, kata Putu, yaitu pemberitaan negatif terkait destinasi di Bali yang belakangan dinilai sangat masif di media sosial.

 

“Saya juga melihat bahwa pemberitaan terhadap Bali sebagai destinasi sangat masif sekali di media sosial. Terutama hal-hal yang negatif, pemberitaan terkait dengan banjir, kemudian sampah, kemacetan, dan overtourism,” ujar Putu.

Pemberitaan negatif ini, katanya, justru dimanfaatkan oleh negara kompetitor untuk memanfaatkan situasi. 

Sehingga, tambahnya, wisatawan akan berkunjung ke destinasi lain, dengan faktor keamanan dan keselamatan sebagai bahan pertimbangan. 

“Bali masih banyak tempat-tempat yang bagus, tidak hanya Bali bagian selatan. Ada desa-desa wisata yang juga cantik,” ujar Putu.

Kata Putu, bencana yang terjadi di Bali tentu perlu diterima dan diinformasikan. Namun, sambungnya, informasi destinasi wisata lainnya tentu perlu disebarluaskan.

Sehingga, publik tidak semata-mata mengonsumsi informasi negatif di media sosial. Tetapi, juga terpapar pemberitaan positif mengenai destinasi wisata lainnya. 

Ilustrasi wisata Bali.DOK KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF Ilustrasi wisata Bali.

"Pemerintah wajib memberikan pelurusan terhadap informasi-informasi itu. Contoh, Bali tidak hanya Kuta, Sanur, Canggu, Nusa Dua, kami juga punya Singaraja, kami punya Karang Asem, yang daerahnya cukup cantik-cantik," ujar Putu.

Putu menilai, faktor konektivitas juga turun mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali. 

Misalnya, untuk penerbangan dalam jangka waktu yang panjang (long flight), wisatawan perlu transit di hub yang juga terintegrasi dengan destinasi lain di Asia Tenggara. 

"Ketika dari Eropa ke Bali ini harganya jauh lebih mahal daripada ke Vietnam, misalnya, orang pasti akan memilih Vietnam," katanya.

Begitu juga dengan pasar wisatawan nusantara. Kata Putu, mahalnya harga tiket pesawat ke Indonesia bagian timur, termasuk Bali, menjadi salah satu alasan wisatawan tidak memilih Bali menjadi destinasi tujuan. 

Ia melanjutkan, wisatawan kini cenderung memilih destinasi yang dekat dan bisa lebih mudah dijangkau. 

"Anggap misalnya dari Jakarta tidak perlu flight, mereka bisa naik kereta api, bisa naik mobil (ke Yogyakarta), yang mana tidak terlalu jauh. Kalau ke Bali, kalaupun naik mobil, jauh sekali," ujar Putu.

Tag:  #dispar #sebut #kunjungan #wisatawan #bali #meningkat #jelang #akhir #tahun

KOMENTAR