Tongkonan Berusia 300 Tahun Dirobohkan, Rumah Adat Toraja yang Penuh Makna
Proses eksekusi lahan adat di Tongkonan Ka?pun, Kelurahan Ratte Kurra, Kecamatan Kurra, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Jumat (5/12/2025). Eksekusi lahan berakhir ricuh. (Dok. Tribun Toraja)
16:07
9 Desember 2025

Tongkonan Berusia 300 Tahun Dirobohkan, Rumah Adat Toraja yang Penuh Makna

Kericuhan yang terjadi dalam proses eksekusi lahan adat di Tongkonan Ka’pun, Kelurahan Ratte Kurra, Kecamatan Kurra, Tana Toraja, pada Jumat (5/12/2025) bukan sekadar konflik lahan biasa.

Pembongkaran enam lumbung padi (alang), tiga tongkonan, dan dua rumah semi permanen menggunakan alat berat memantik penolakan keras dari warga.

Kompas.com (9/12/2025) memberitakan, salah satu tongkonan yang dirobohkan disebut berusia lebih dari 300 tahun, mewarisi sejarah panjang keluarga besar Tongkonan Ka’pun.

Perlawanan warga dalam eksekusi tersebut membuka kembali diskusi penting: apa sebenarnya tongkonan dalam kehidupan masyarakat Toraja? Mengapa pembongkarannya memicu reaksi emosional dan sosial yang begitu kuat?

Tongkonan lebih dari sekadar rumah adat

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, tongkonan adalah rumah adat suku Toraja yang memiliki makna mendalam, lebih daripada bangunan tempat tinggal.

Dalam bahasa Toraja, tongkonan berasal dari kata tongkon atau duduk, menandakan tempat musyawarah, tempat bermukim keluarga besar, sekaligus pusat kehidupan komunal.

Secara fisik, tongkonan merupakan rumah panggung berbentuk persegi panjang dengan tiga struktur utama:

  • Bagian kaki – melambangkan alam bawah
  • Bagian badan – melambangkan alam tengah (dunia manusia)
  • Bagian atap – melambangkan alam atas

Tiga bagian ini merefleksikan kosmologi masyarakat Toraja dalam ajaran Aluk Todolo, yang melihat kehidupan sebagai harmoni antara tiga lapisan alam.

Perkembangan tongkonan dalam sejarah

Tongkonan bukan bangunan yang muncul dalam bentuknya sekarang secara tiba-tiba. Arsitekturnya berkembang dalam empat tahap:

  • Banua pandoko dena – bentuk paling awal, seperti rumah bundar dengan dinding dari daun dan rerumputan
  • Banua lenton – rumah dengan empat tiang namun masih kecil
  • Banua tamben – konstruksi kayu disusun berselang-seling
  • Banua tolo – tahap terakhir, menggunakan pasak kayu besar yang kemudian menjadi bentuk tongkonan modern

Perkembangan ini menunjukkan bahwa tongkonan memiliki sejarah panjang yang melekat pada perjalanan masyarakat Toraja.

Makna ukiran dan status sosial

Setiap tongkonan dihias ukiran khas Toraja. Ukiran-ukiran itu bukan hiasan semata, tetapi penanda status sosial dan identitas marga.

Seseorang dapat diketahui latar belakang marganya hanya dengan mengetahui asal tongkonannya.

ilustrasi rumah adat tongkonan.canva.com ilustrasi rumah adat tongkonan.

Tongkonan bukan hanya rumah, tetapi juga:

  • simbol status sosial
  • pusat kehidupan adat
  • tempat berlangsungnya upacara
  • lambang kehormatan keluarga

Arah menghadap tongkonan dan filosofinya

Secara filosofis, semua tongkonan selalu menghadap utara. Dalam kepercayaan Toraja, arah utara adalah ulunna lino (kepala dunia) tempat bersemayam Puang Matua, sang pencipta.

Dengan menghadap ke arah utara, tongkonan diharapkan selalu menerima berkah dari sang pencipta.

Di depannya selalu berdiri alang, lumbung padi yang melambangkan kesejahteraan keluarga. Tata hadap tongkonan dan alang ini menjadi penanda kosmologi Toraja sekaligus mencerminkan keteraturan sosial.

Pusat kehidupan komunal

Tongkonan adalah pusat kehidupan sosial masyarakat Toraja. Keberadaan tongkonan menandai struktur kekerabatan, peran komunal, hingga hak dan kewajiban dalam adat.

Karena itu, pembongkaran tongkonan bukan hanya meruntuhkan bangunan. Ia juga menyentuh:

  • identitas keluarga
  • jejak sejarah leluhur
  • struktur sosial masyarakat
  • hubungan spiritual dalam ajaran Aluk Todolo

Mengapa Pembongkaran Menimbulkan Konflik?

Kericuhan di Tongkonan Ka’pun terjadi karena tongkonan tidak dipandang sebagai aset fisik belaka. Ia adalah simbol martabat keluarga dan leluhur.

Ketika tongkonan (apalagi yang berusia ratusan tahun) dirobohkan akibat putusan hukum, masyarakat yang terikat pada nilai adat merasakan kehilangan yang bersifat kultural, historis, dan spiritual.

Hal inilah yang memicu upaya warga menghalangi alat berat dan menolak eksekusi.

Tag:  #tongkonan #berusia #tahun #dirobohkan #rumah #adat #toraja #yang #penuh #makna

KOMENTAR