Sajak: Sebelum ke Ujung Benang
Sebelum ke Ujung Benang
Pita itu masih mencari letak motif di dadamu. Bukan
sasaran atau alasan yang membuat semua penggaris,
pensil, atau sekadar cinta berlebih-lebihan kemudian
bergetar di atas kertas minyak milikku.
Aku tahu ada sebuah pengukur lain di seberang
keinginanmu. Ambillah, meski warna hijaunya
akan terus memanjangkan sebuah keraguan
saat menuju hamparan kain putih itu.
Andai kau memotong kehendak lama,
kebaikan lain mungkin tersembunyi di ujung gunting
yang melengkung ini. Potonglah sisa mimpi kita
yang tidak bersih. Biarkan mereka menyebar
ke arah sebaliknya di balik bolpoin kosong
dan plastik bening milikmu.
2024
Variasi Lain sebelum Hujan
Sebelum yang awal itu atau jika akhir
Menjadi garis pertanyaanmu, mungkin
Semua perlu disusun ulang.
Kau memulainya dengan kata diri
Aku ingin menyebut buih lirih setelah itu.
Jika bergelombang kenyaringan sampai
Ke tebing ucapan, siapa membaca siapa
Ketika suara-suara pecah dan kita seperti
Merindukan sebuah puncak hening di dada
Kehendak bebas.
Kemudian kau ingin mengakhiri tetirahmu
Dengan kata jatuh. Sementara aku masih
Berdiam di awan putih dalam igauan
dan tak sabar menemukan celah keluar
menuju gemuruh yang lain.
2024
Lakon Empat Persegi Panjang
Empat titik, mencari bingkai masa lalu, lantas bergerak
Menuju pusat keinginan. Membuat pelarian baru
Di permukaan alibimu. Begitu dibusungkan dada peristiwa
Ia menjadi panggung besar, tempat para petualang
Saling mengelak kesamaran.
Bersilang arah dan pose yang sama, mereka beranjak
Ke ceruk selisih. Membaca isyarat lain di luar tubuh siasat
Meski sapuan hasratmu kembali pada tangkisan peristiwa
Yang bertubi-tubi datang, rampak melupakan beban pilihan
Di empat jalur simetris.
Terjeratlah semua pijakan, sebelum garis-garis tabiat
Mengebat semua sikutan para tertuduh, sesudah skenario
Meluas, bersama kesedihan dalam komposisi diagonal
Membatalkan hasrat yang kini tertumpat arah perjumpaannya.
Selalu berulang, seperti direncanakan para penghamba kegaduhan
Sebagai permutasi angan-angan yang terus meyakinkan kita
Bahwa kau sedang terbius irama kebohongan. Hanya
Variasi ucapan yang dapat kau lingsirkan atas nama kepasrahan.
2019-2024
Sulaman Pertama Untukmu
Ada air mata di antara benang, pensil, dan gunting
yang ujungnya melengkung.
Ia membuat garis iktikad bebas di luar lipatan kain,
mengambil jarak tusukan lebih rapat
ke arah pergantian musim.
Dimasukkannya jarum itu dari bawah ke atas, kemudian
sebuah tusukan lembut memiuhkan kisah semula. Aku
merasakan sebuah semesta samar sedang melingkar
pada ujung ketajaman dan mimpiku seperti mengerdil,
menjadi ekor benang belaka.
2024
YANA RISDIANA, penulis berdomisili di Bandung