Ratusan Prajurit TNI Akan Dilibatkan Syuting Film Berlatar Sejarah Operasi Seroja 1975
Film berjudul BELIEVE - The Ultimate Battle itu terinspirasi dari buku berjudul Believe yang disusun oleh Valent Hartadi berdasarkan sejarah perjalanan hidup Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).
Film itu mengisahkan perjalanan hidup seorang prajurit veteran perang 1975 yang menghadapi kenyataan pahit.
Kenyataan pahit itu ditemui saat pengorbanannya di medan perang tak sepenuhnya dipahami oleh keluarga dan anaknya.
Sementaraang anak dihadapkan oleh bayang-bayang ketidakhadiran ayahnya tumbuh sebagai remaja yang kurang disiplin.
Kematian ayahnya pun membuka matanya pada kebenaran pengorbanan ayahnya.
Terinspirasi, sang anak mengikuti jejak ayahnya memasuki dunia militer dan menghadapi tantangan serta pergolakan batinnya sendiri.
Berdasarkan keyakinan atas segala tindakan yang diambilnya, akhirnya menemukan jalan yang mengubah kehidupannya.
"Untuk TNI tentu saja (ikut serta), karena ternyata banyak lho bakat-bakat dari TNI yang bisa kita kembangkan. Ada ratusan ya TNI. Ada ratusan TNI," kata Produser film tersebut Celerina Tjandra Judisari jumpa pers pemutaran Trailer film BELIEVE - The Ultimate Battle di Jakarta Pusat pada Jumat (8/11/2024).
Untuk itu, ia mengatakan pihaknya menggelar pelatihan kepada para prajurit TN yang turut berperan dalam film tersebut.
Selain itu, terdapat juga para aktor yang berperan sebagai prajurit TNI.
Dalam pelatihan tersebut, ungkapnya, para aktor dan prajurit TNI tersebut kemudian saling melatih.
"Ya tentunya ada cast-cast (aktor-aktor) yang pendalaman karakternya memang ada disitu, dibutuhkan. Tetapi kita juga membutuhkan TNI yang dia sudah mempunyai body language-nya secara otomatis sebagai TNI. Tapi dia nggak bisa ber-acting. Jadi kita cross. Ada itu workshopnya," ungkapnya.
"Jadi mereka (prajurit TNI) tuh suka. Mungkin juga bosan ya kalau mereka cuma setiap hari tuh baris berbaris atau apa. Tapi sekarang ada tantangan. Bagaimana menghapalkan sebuah blocking. Berantem kan bukan berantem aja ya, ternyata berantem tuh ada blockingnya," sambungnya.
Sutradara film tersebut, Rahabi Mandra, mengamini hal tersebut juga menjadi tantangan yang dihadapinya dalam menyutradarai film tersebut.
Tantangan tersebut, kata dia, antara lain adalah melatih akting para prajurit TNI.
"Dan kalau action itu kan gak cuma acting ya. Latihan kena tembak, latihan jatuh. Itu ternyata beda. Mereka (prajurit TNI) pikir jatuh seperti itu. Enggak, jatuh harus goyang dikit biar kelihatan, nanti baru jatuh. Nggak bisa langsung jatuh," ungkapnya.
"Kita semua tau kalau kena tembak langsung jatuh. Cuma gak ditambah dikit. Dan kita emang melibatkan mereka juga. Sebanyak mungkin," sambungnya.
Pria yang akrab disapa Abi itu juga menjelaskan pihaknya juga melakukan riset mendalam untuk mengejar akurasi sejarah dalam film tersebut.
Riset tersebut, kata Abi, tidak hanya dilakukan dengan membaca buku melainkan juga mewawancarai para veteran perang yang masih hidup dan keluarganya.
Riset itu, juga dilakukan untuk menampilkan properti hingga adegan dalam film sedekat mungkin dengan situasi sejarah aslinya.
"Ini adalah challenge-nya kita. Oke baik, kalau kita memang mau bikin film perang kali ini, mari kita bikin yang betul. Yang semuanya otentik," kata dia.
"Jadi ketika dilihat, ya memang sejarahnya dulu seperti itu. Orang tuh jadi bisa nonton ini yang terjadi waktu itu ditonton, pakaiannya memang begini, gaya bicaranya memang begini, gayanya memang begini, gaya nembaknya aja beda. Tahun berapa sama tahun berapa," sambungnya.
Tag: #ratusan #prajurit #akan #dilibatkan #syuting #film #berlatar #sejarah #operasi #seroja #1975