Indonesia Percepat Transformasi Digital dengan IPv6 dan Net5.5G
- Indonesia mulai mempercepat lompatan besar menuju jaringan generasi baru untuk memperkuat keamanan siber, meningkatkan kualitas layanan internet, dan mendorong ekonomi digital nasional.
Momentum itu ditegaskan dalam 'IPv6 Enhanced Net5.5G Conference 2025' di Jakarta, Kamis (4/12) yang sekaligus menjadi ajang peluncuran whitepaper nasional tentang transformasi jaringan.
Langkah ini menjadi penting karena Indonesia dinilai masih tertinggal dalam beberapa indikator transformasi digital. Penetrasi IPv6 baru 15–16 persen, adopsi 5G masih berada di angka 4,4 persen, sementara literasi digital Indonesia tercatat terendah di ASEAN, yakni 62 persen dari rata-rata kawasan 70 persen.
Pada saat yang sama, risiko kebocoran data publik dan sektor industri terus meningkat. Di tengah tantangan itu, pemerintah, akademisi, operator telekomunikasi, dan pelaku industri sepakat membangun strategi bersama untuk percepatan migrasi IPv6 dan jaringan Net5.5G sebagai fondasi infrastruktur internet nasional.
Konferensi yang digelar Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) bersama Bappenas, Kominfo Digital (Komdigi), APJII, Mastel, Universitas Indonesia, dan Telkom University ini menghasilkan dokumen penting 'Building Indonesia’s Connection Highway Based on IPv6 and Net5.5G'.
Whitepaper tersebut disusun bersama Bappenas dan Komdigi sebagai blueprint nasional untuk modernisasi jaringan Indonesia hingga 2030.
Ketua ASIOTI Teguh Prasetya menegaskan bahwa dokumen ini bukan sekadar laporan teknis.
“Whitepaper ini adalah fondasi bersama untuk masa depan konektivitas Indonesia. Kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan penyedia teknologi menjadi kunci membangun infrastruktur yang tangguh untuk ekonomi digital berbasis IPv6 Enhanced Net5.5G,” ujarnya kepada wartawan.
Menurut Teguh, pencapaian IPv6 Indonesia saat ini sebenarnya sudah membentuk fondasi awal bagi ekosistem IoT. Namun percepatan sangat dibutuhkan mengingat jumlah perangkat cerdas yang akan terkoneksi di masa depan dapat mencapai puluhan miliar unit.
Deputi Bidang Ekonomi dan Transformasi Digital Bappenas Dr. Vivi Yulaswati menyebut transformasi digital sebagai salah satu mesin percepatan ekonomi menuju Visi Indonesia Emas.
“Net5.5G dan IPv6 Enhanced adalah infrastruktur strategis untuk meningkatkan produktivitas nasional dan menciptakan lapangan kerja bernilai tinggi,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan pasar digital terbesar di Asia Tenggara dengan potensi GMV mencapai USD 360 miliar. Namun rendahnya literasi digital dan tingginya risiko kebocoran data menjadi hambatan yang harus segera diatasi.
Staf Ahli Sosial Ekonomi dan Budaya Komdigi, Raden Wijaya Kusumawardhana, menambahkan bahwa migrasi ke IPv6 memiliki dampak langsung pada keamanan nasional.
“IPv6 Enhanced dan Net5.5G memberikan dasar arsitektur jaringan yang lebih aman secara native. Ini penting bagi kedaulatan data dan keamanan siber Indonesia,” jelasnya.
Ia mencatat bahwa pemerintah menargetkan 31 persen adopsi IPv6 pada 2030, namun tantangan masih besar mulai dari rendahnya penetrasi 5G, keterbatasan perangkat, hingga kebutuhan spektrum tambahan.
Sejalan dengan strategi pemerintah, operator dan penyedia teknologi mengumumkan respons konkret. Telkomsel, XLSMART, dan Huawei meluncurkan whitepaper teknis 'NET5.5G AI WAN: Jaringan Transportasi IP' yang menguraikan evolusi jaringan berbasis AI.
Direktur Network Telkomsel Indra Mardiatna menjelaskan bahwa migrasi ke IPv6 memberi peningkatan keamanan signifikan:
“IPv6 membuat IPsec menjadi standar bawaan sehingga memungkinkan enkripsi end-to-end. Selain itu, fragmentasi hanya bisa dilakukan pengirim sehingga menurunkan risiko serangan,” ungkapnya.
Indra menambahkan, ruang alamat IPv6 yang jauh lebih besar akan mendukung otomatisasi routing dan mengurangi ketergantungan pada CGNAT, yang selama ini menjadi bottleneck jaringan operator.
Dari sisi penyedia teknologi, GH Planning & Design Transport XLSMART Fadly Hamka menyebut pentingnya keberanian industri untuk mempercepat implementasi.
“Kami berharap whitepaper ini memicu standarisasi jaringan dan mendorong operator lain mempercepat monetisasi Net5.5G guna mendukung masa depan digital Indonesia,” terangnya.
Konferensi juga menegaskan bahwa jaringan berbasis IPv6 Enhanced dan Net5.5G akan menjadi katalis bagi tiga pilar pembangunan digital Indonesia.
Penelitian terbaru dari Telkom University juga menunjukkan kesiapan kampus dalam mengembangkan kampus gigabit, yang menjadi model penerapan jaringan generasi baru di lingkungan akademik.
Dari keseluruhan diskusi, satu pesan menjadi sorotan, Indonesia harus mempercepat adopsi teknologi jaringan generasi baru agar tidak kehilangan momentum ekonomi digital regional.
Dengan migrasi IPv6, modernisasi menuju Net5.5G, dan percepatan literasi digital, Indonesia diproyeksikan mampu membangun fondasi konektivitas nasional yang lebih aman, cepat, dan stabil.
Jika eksekusi berlangsung konsisten, transformasi ini akan memperkuat daya saing Indonesia di Asia Tenggara, mendorong inovasi industri, mengamankan data publik, serta meningkatkan kualitas layanan digital bagi masyarakat luas, sebuah langkah strategis menuju Visi Indonesia 2045.
Tag: #indonesia #percepat #transformasi #digital #dengan #ipv6 #net55g