Lelang Frekuensi 1,4 GHz: Telkom Tak Menang, Pemenang Masih “Belajar Terbang”
Telkom Indonesia. (Mastel.id)
15:06
27 Oktober 2025

Lelang Frekuensi 1,4 GHz: Telkom Tak Menang, Pemenang Masih “Belajar Terbang”

LELANG spektrum frekuensi 1400 MHz (1,4Ghz) selebar 80 MHz untuk layanan akses nirkabel pita lebar di kawasan yang masih langka internet, sudah usai 17 Oktober lalu.

Emiten milik adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusomo lewat Surge (PT Telemedia Komunikasi Pratama) menjadi pemenang, selain MyRepublic (PT Eka Mas Republik, anak perusahaan Sinar Mas.

Sementara PT Telkom tidak mendapat satu pun dari tiga regional yang diperebutkan.

Surge memenangkan regional paling bergengsi, regional 1 yang meliputi Pulau Jawa, seluruh provinsi di Papua dan Provinsi Maluku serta Maluku Utara, dengan tawaran Rp 403,764 miliar.

Mereka mengalahkan tipis-tipis PT Telkom yang menawar Rp 399,763 miliar dan MyRepublic yang menawar jauh, Rp 331,776 miliar.

Regional 2 – Sumatera, Bali dan kedua Nusa Tenggara – dimenangkan MyRepublic dengan penawaran Rp 300,888 miliar, Telkom Rp 259,999 miliar dan Surge Rp 136,714 miliar.

Sementara Regional 3 yang meliputi Kalimantan dan Sulawesi, dimenangi MyRepublic lagi (Rp 100,888 miliar), mengalahkan PT Telkom (Rp 80.054 miliar) dan Surge yang menawar Rp 64,411 miliar.

Banyak pengamat menyayangkan kenapa Telkom bersikap letoy (tidak semangat) saat mengikuti lelang sehingga memberi tawaran rendah. Selain ketiga entitas tadi, operator seluler Indosat Ooredoo Hutchison dan Xl Smart tidak ikut.

Padahal boleh dikata, (Kelompok) Telkom sangat unggul dalam mengelola bisnis akses pita lebar nirkabel, antara lain lewat anak perusahaannya, Telkomsel yang memegang pangsa pasar lebih dari 54 persen di industri seluler, disusul Indosat dan XL Smart.

Semua prasarana nirkabel mereka miliki, baik berupa jaringan BTS (base transceiver station) maupun serat optik (FO – fiber optic) dan jaringan bawah laut.

Prasarana Telkomsel komplet, punya 280.434 BTS (Juni 2025), mengalahkan XL Smart yang punya 209.000 BTS, dan Indosat yang punya 119.850 BTS.

Juluran FO mereka, Telkomsel sepanjang 173.000 km, yang kalau diulur sekitar empat kali mengelilingi bumi, belum lagi 20.000 kilometer kabel bawah laut; XL Smart punya FO 113.000 km, Indosat 51.000 kilometer FO teresterial dan 18.000 km kabel bawah laut.

Kekalahan Telkom mengesalkan banyak pihak – mungkin terutama mereka yang ikut bertaruh – karena Telkom memiliki semua teknologi yang dibutuhkan untuk menerapkan layanan BWA (broadband wireless access).

Bagi Kelompok Telkom, BWA sekadar teknologi alternatif, sebagai pelengkap dari sistem akses kabel serat optik.

Tarif bus kota

Seperti kata seorang mantan anggota direksi PT Telkom, PT Indosat dan PT Telkomsel, Telkom tampaknya sedang demam panggung.

Mereka tidak percaya diri, atau menganggap implementasi spektrum 1,4 GHz sebagai sesuatu yang sepele, sehingga memberikan penawaran rendah.

Sejatinya penggelaran BWA bukan masalah kecil-besarnya porsi bisnis, melainkan seberapa besar para penawar bisa segera menggelar layanannya.

Spektrum 1,4 GHz termasuk frekuensi rendah, segolongan dengan spektrum 700 MHz hingga 1800 Mhz dan 2100 Mhz, di atasnya ada medium band, lalu milimeter band/milimeter wave seperti 26 GHz ke atas yang umumnya digunakan untuk layanan generasi kelima (5G).

Makin tinggi frekuensi, makin sempit cakupan layanannya. Gelombang rendah seperti frekuensi 1,4 GHz bisa sampai radius 3 kilometer sampai 5 kilometer, frekuensi tinggi cakupannya hanya radius antara 100 meter dan 300 meter.

Artinya layanan internet di spektrum ini bisa “dititipkan” di menara yang berjauhan sehingga lebih efisien modalnya. Walau akibatnya kualitas internet mereka yang jauh dari BTS tidak sebaik mereka yang dekat menara.

BWA yang dijanjikan tidak sampai 100 MHz, walau harganya seperti bus kota, jauh dekat sama. Hal ini juga dipengaruhi kepemilikan BTS dan cakupan internet dari para pemenang lelang.

Catatan menyebutkan, Surge yang sejak lama bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sudah punya pelanggan di sekitaran jaringan rel KA. Sedikitnya wilayah se-Jabodetabek akan punya 5 juta pelanggan dalam 12 bulan, lalu jadi 40 juta dalam lima tahun.

Mereka belum bicara soal cakupan layanan internet di Papua dan Maluku. Di kawasan ini, juga kawasan yang ada di regional dua dan tiga (Sumatera, Bali dan NTB-NTT serta Kalimantan dan Sulawesi), masih banyak daerah permukiman yang blank dari layanan internet, tiada BTS pula.

Surge bilang akan bekerja sama dengan pengelola menara PT Tower Bersama (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia (CENT), jumlahnya 50.000 menara.

Dengan “menempelkan” spektrum 1,4 GHz di menara-menara yang juga digunakan semua operator seluler itu, Surge berharap dapat mempeluas jaringan di kawasan dengan 45 juta rumah tangga, di kawasan dengan jaringan tulang punggung (backbone) yang terintegrasi, biaya pun lebih efisien saat mengoptimalkan adopsi pita lebar nasional.

Sejauh ini belum ada catatan berapa banyak menara terbangun di daerah 3T (terdepan, tertinggal dan terluar) dari tiap pengelola, kecuali yang dibangun operator seluler dan Bakti Komdigi Mitratel – milik PT Telkom – yang sudah punya 37.000 lebih menara sewa, masih berencana membangun 1.500 menara di 3T.

Surge juga akan bekerja sama dengan Nokia, Huawei, Orex Sai, Baicells, Fiberhome dan Qualcomm serta ESR yang akhirnya membuat tugas utama mereka diserahkan sepenuhnya kepada para sub-kontraktor tadi.

Mereka tidak bicara soal alasan diterbitkannya spektrum frekuensi 1400 Mhz untuk internet di Papua dan Maluku yang masih langka.

Sementara MyRepublic yang saat ini punya pelanggan sejuta dan akan jadi 2 juta pada akhir tahun, baru akan bekerja sama dengan Corning untuk layanan FTTH (fiber to the home) di Sumatera, Bali, NTB-NTT serta Kalimantan dan Sulawesi.

Di jagat telekomunikasi kita, belum pernah ada perusahaan yang menggelar FO sepanjang jalur Tanah Air kecuali Telkomsel, XL Smart dan Indosat Ooredoo Hutchison, belum ada Corning.

Sejatinya masyarakat di 3T dirugikan imbas kemenangan Surge dan MyRepublic yang miskin prasarana nirkabel BWA.

Mereka sama sekali belum siap melayani kawasan yang sebenarnya jadi sasaran penyediaan internet cepat, malah sibuk berebut di perkotaan yang justru sudah jenuh.

Tag:  #lelang #frekuensi #telkom #menang #pemenang #masih #belajar #terbang

KOMENTAR