Evaluasi PSSI Terkait Kegagalan Timnas U22 Indonesia di SEA Games 2025
Pemain Timnas U22 Indonesia tertunduk usai dipastikan tersingkir di fase grup cabang sepak bola putra SEA Games 2025 yang digelar di Thailand.(KOMPAS.com/Firzie A. Idris)
15:09
13 Desember 2025

Evaluasi PSSI Terkait Kegagalan Timnas U22 Indonesia di SEA Games 2025

Timnas U22 Indonesia harus menerima kenyataan pahit setelah langkah mereka terhenti di fase grup cabang sepak bola putra SEA Games 2025 yang digelar di Thailand.

Hasil tersebut membuat PSSI angkat bicara dan menegaskan bahwa evaluasi menyeluruh akan dilakukan terhadap performa Timnas U22 Indonesia sepanjang turnamen.

Kegagalan Timnas U22 Indonesia dipastikan usai pertandingan terakhir Grup C SEA Games 2025, meski Garuda Muda mampu meraih kemenangan atas Myanmar.

Namun, hasil tersebut belum cukup mengantarkan Timnas U22 Indonesia melaju ke babak semifinal.

Terhenti di Fase Grup SEA Games 2025

Timnas U22 Indonesia mengawali perjalanan di Grup C SEA Games 2025 dengan hasil kurang maksimal.

Kekalahan 0-1 dari Filipina membuat posisi Indonesia berada dalam tekanan sejak awal. Filipina kemudian melaju ke semifinal sebagai juara grup setelah mengantongi dua kemenangan.

Pada laga terakhir, Timnas U22 Indonesia berhasil mengalahkan Myanmar dengan skor 3-1 di The 700th Anniversary of Chiang Mai Stadium, Thailand, Jumat (12/12/2025).

Kemenangan tersebut membuat Indonesia finis sebagai runner-up Grup C dengan raihan tiga poin.

Namun, hasil itu belum cukup membawa Timnas U22 Indonesia lolos ke semifinal SEA Games 2025 melalui jalur runner-up terbaik karena kalah produktivitas gol dari Malaysia.

PSSI Tegaskan Evaluasi Tanpa Kambing Hitam

Menanggapi kegagalan tersebut, Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, menegaskan bahwa federasi akan melakukan evaluasi internal tanpa menyalahkan pihak mana pun.

Zainudin menilai sepak bola tidak selalu bisa diprediksi secara pasti soal hasilnya.

Pesepak bola Timnas U22 Indonesia Toni Firmansyah (kiri) berupaya melewati adangan pesepak bola Timnas Myanmar Oakkar Naing (kedua kanan) pada pertandingan babak penyisihan Grup C Sepak Bola SEA Games 2025 di The 700th Anniversary of Chiang Mai Stadium, Chiang Mai, Thailand, Jumat (12/12/2025). ANTARA FOTO/NAY/sth/foc.ANTARA FOTO/NAY Pesepak bola Timnas U22 Indonesia Toni Firmansyah (kiri) berupaya melewati adangan pesepak bola Timnas Myanmar Oakkar Naing (kedua kanan) pada pertandingan babak penyisihan Grup C Sepak Bola SEA Games 2025 di The 700th Anniversary of Chiang Mai Stadium, Chiang Mai, Thailand, Jumat (12/12/2025). ANTARA FOTO/NAY/sth/foc.

"Ya itulah sepak bola, bukan hal yang bisa dihitung secara matematis. Kenyataan di lapangan bisa berbeda dengan hitungan kita," ungkapnya.

"Bahkan kita sudah menargetkan maksimal seperti yang lalu, tapi ada pelajaran yang perlu diambil dari kejadian ini."

Ia menekankan bahwa kegagalan Timnas U22 Indonesia merupakan tanggung jawab bersama dan harus disikapi dengan kepala dingin.

"Kita tidak perlu mencari kambing hitam, siapa yang salah dan sebagainya. Itu kurang baik untuk kita. Internal harus mengevaluasi kejadian ini," tambah Zainudin Amali.

Soroti Persiapan dan Durasi Pemusatan Latihan

Lebih lanjut, Zainudin Amali menilai kegagalan Timnas U22 Indonesia di SEA Games 2025 juga tidak lepas dari durasi persiapan yang relatif singkat.

Menurutnya, pembentukan chemistry pemain sangat bergantung pada waktu kebersamaan yang panjang, khususnya di level kelompok umur.

"Ya itulah sepak bola, bukan hal yang bisa dihitung secara matematis. Kenyataan di lapangan bisa berbeda dengan hitungan kita," tegas Amali.

"Bahkan kita sudah menargetkan maksimal seperti yang lalu," tambah Waketum PSSI itu.

"Tapi ada, saya kira ada satu pelajaran yang harus kita ambil dari ini. Yang pertama federasi harus melakukan evaluasi terhadap hasil ini tanpa harus menyalahkan siapa pun."

Amali kemudian membandingkan dengan kesuksesan Timnas U22 Indonesia di SEA Games 2023 yang meraih medali emas setelah persiapan panjang sejak 2020.

"Saya melihat ada hal yang penting yaitu durasi untuk berkumpulnya mereka, itu penting," ujar Zainudin Amali.

"Kenapa generasinya Rizky Ridho itu menghasilkan emas? Karena mereka itu berkumpul sejak tahun 2020 ketika masih di bawah Shin Tae-yong."

"Kalau masih ingat, kita kirim mereka ke Kroasia. Kemudian kita kirim mereka ke Spanyol, lalu ada ke Turki. Dua tahun lebih, hampir tiga tahun mereka bersama-sama. Sehingga muncul kekompakan dan saling memahami di lapangan," pungkasnya.

Tag:  #evaluasi #pssi #terkait #kegagalan #timnas #indonesia #games #2025

KOMENTAR