Sesuaikan Hari Jadi Jogjakarta, Penggunaan Pakaian Tradisional Diubah ke Kamis Pon
Pegawai Pemerintahan di DIY menggunakan pakaian tradisonal sorjan. (jogjaprov.go.id)
16:21
13 Januari 2024

Sesuaikan Hari Jadi Jogjakarta, Penggunaan Pakaian Tradisional Diubah ke Kamis Pon

–Setiap hari berdasar penanggalan Jawa, pegawai pemerintahan maupun pelajar di Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) menggunakan pakaian tradisional. Pakaian itu mulanya dikenakan setiap Kamis Pahing.

Namun, pada 2024, penggunaan pakaian tradisional berupa Sorjan di DIJ tidak lagi digunakan setiap Kamis Pahing melainkan Kamis Pon. Mengutip Radar Jogja (Jawa Pos Group), perubahan itu merupakan wujud internalisasi dan pengenalan hari jadi DIJ.

Sekretaris Provinsi DIJ Beny Suharsono mengatakan, Hari Jadi DIJ belum pernah ditetapkan secara resmi. Selain itu, belum pernah dibahas untuk memperingatinya. Sehingga perlu penyesuaian-penyesuaian terhadap hari untuk mengenakan pakaian adat tradisional Jogja.

”Hanya penyesuaian-penyesuaian supaya kita bisa mulai bahwa ternyata DIJ sekarang punya hari jadi,” ujar Beny Suharsono.

Pemprov DIJ pun melakukan sosialisasi melalui surat edaran yang dikeluarkan pada Senin (8/1). Penyesuaian itu bertujuan menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat DIJ yang memiliki penghayatan akan nilai-nilai luhur budaya dan perjuangan bangsa.

”Sehingga mendorong timbulnya etos hidup dan etos kerja yang positif di DIJ, papar Beny Suharsono.

Selain itu, dia menambahkan, hari jadi sebagai penanda berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman yang merupakan cikal bakal pemerintahan di DIJ yang ditetapkan melalui UU Keistimewaan.

Sementara itu, pakaian Sorjan merupakan pakaian yang didesain Sunan Kalijaga. Nama pakaian itu berasal dari satu kata bahasa Arab sirajan yang terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 46 pada kalimat sirajan munira yang berarti cahaya yang menerangi.

Dalam bahasa Jawa sirajan bermakna pelita atau pepadangan yang berarti menyinari.

Pakaian dengan motif garis lurus vertikal itu juga menyimbolkan furqon atau pembeda. Bermakna pakaian tersebut melambangkan pemisah antara kebaikan dan keburukan.

Selain itu, pakaian sorjan juga memiliki kancing yang melambangkan Rukun Iman. Serta terdapat tiga kancing di bagian di antara dada dan perut yang menyimbolkan nafsu yang harus disembunyikan manusia, yaitu nafsu hewan, nafsu makan dan minum, serta nafsu setan.

Kancing di pakaian daerah itu juga terdapat di kedua lengan dengan jumlah masing-masing lima yang melambangkan Rukun Islam. Dengan begitu saat menggunakan sorjan seakan menyatukan badan penggunanya dengan nilai-nilai keislaman yang dapat mengingatkan kepada Tuhan.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #sesuaikan #hari #jadi #jogjakarta #penggunaan #pakaian #tradisional #diubah #kamis

KOMENTAR