Gen Z Dicap Lembek di Dunia Kerja? Ini Kata Pengamat Pendidikan dan Soft Skills yang Harus Disiapkan
Ilustrasi Gen Z di dunia kerja. 
21:57
4 Desember 2024

Gen Z Dicap Lembek di Dunia Kerja? Ini Kata Pengamat Pendidikan dan Soft Skills yang Harus Disiapkan

- Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema, memberikan tanggapan terkait Generasi Z (1997-2012) yang dinilai lembek dan sulit mendapatkan pekerjaan.

Diketahui, survei ResumeBuilder tahun 2023 menemukan bahwa 49 persen pemimpin dan manajer bisnis menganggap Gen Z sulit diajak bekerja sama.

Mayoritas juga setuju bahwa Gen Z kurang memiliki keterampilan komunikasi yang efektif, motivasi, usaha, dan bahkan keterampilan teknologi dalam beberapa kasus.

Doni menilai, hasil riset tidak bisa digeneralisasi.

Ia menilai, masih menjumpai para mahasiswa dari kelompok usia ini yang tetap memiliki daya juang tinggi.

"Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa resiliensi, daya tahan, dan sikap lembek itu juga ada di kalangan generasi yang sekarang ini," ungkap Doni dalam siniar Overview Tribunnews dengan tema Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan, Kamis (21/11/2024).

Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema dalam siniar Overview Tribunnews dengan tema Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan, Kamis (21/11/2024). Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema dalam siniar Overview Tribunnews dengan tema Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan, Kamis (21/11/2024). (Tribunnews.com)

Doni mengungkapkan sejumlah faktor yang bisa saja menjadi penyebab sikap Gen Z yang dinilai memiliki kekurangan.

Terutama, banyak Gen Z yang dimanjakan oleh orang tua.

"Mungkin ya karena mereka itu hidup di dalam keluarga yang sejahtera, generasi anak-anak sekarang ini kan dididik oleh generasi milenial yang orang tuanya bekerja keras untuk mendidik generasi milenial agar sukses."

"Dan ketika generasi milenial ini sukses, mereka tidak ingin anak-anaknya itu hidup sengsara seperti mereka," ungkap Doni.

"Sehingga terjadilah apa yang disebut dengan strawberry generation, anak yang lembek, kurang daya juang, tetapi ini tidak dapat dipukul rata, karena memang tergantung dari pola asuh dan pendidikan orang tua," imbuhnya.

Menurutnya, para Human Resource Development (HRD) perlu menyoroti fenomena yang menjadi gejala umum ini dengan seksama.

"Para HRD yang diteliti itu mengatakan mereka enggan menerima anak-anak dari Gen Z itu memang persoalan di ke-HRD-an dan harus dilihat gitu, karena memang saya melihat kalau dari sisi pendidikan banyak guru-guru muda yang sekarang masuk ke sekolah itu rata-rata lembek, egois, dan  main HP sendiri dan seperti tidak tahu apa artinya pekerjaan," ungkap Doni.

Di sisi lain, HRD perusahaan juga membutuhkan para pekerja untuk keberlangsungan perusahaan.

HRD dinilai perlu memberikan pelatihan lebih ekstra untuk Gen Z.

"Ini persoalan bukan mencari yang terbaik, tetapi yang ada seperti itu. Maka konsep HRD harus berubah bagaimana mereka harus menurunkan level kemudian mulai coaching lagi dengan mereka sehingga mereka terbentuk istilahnya," ungkap Doni.

Langkah yang Harus Disiapkan

Lantas, apa yang harus disiapkan generasi muda?

Dalam siniar tersebut, soft skills dan kepemimpinan dinilai menjadi hal yang perlu disiapkan generasi muda, terutama para mahasiswa yang sedang menempuh studi di perguruan tinggi.

Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto, mengungkapkan setidaknya ada sembilan karakteristik kompetensi yang meski dimiliki generasi muda sebagai bekal masuk dunia kerja.

Satu di antaranya adalah self-awareness (mawas diri).

Michael Susanto mengatakan, kompetensi self-awareness adalah bagaimana seseorang betul-betul mengerti siapa dirinya, di mana kelemahan dan kekuatannya, dan mempunyai kebiasaan untuk merefleksi diri.

"Jadi dia tidak cepat mengambil keputusan atau tidak cepat berasumsi, tapi dia punya kebiasaan untuk merefleksi, keadaannya seperti apa ya, seharusnya apa ya, baru dia mengambil keputusan yang tepat."

"Jadi dia enggak buru-buru gitu ya, baik itu dalam pekerjaan, dalam belajar, maupun dalam keuangan misalnya," tuturnya.

Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024). Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024). (Tribunnews)

Termasuk self-awareness, berikut sembilan karakteristik kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa:

1. Self Awareness (Mawas Diri)

Memahami kekuatan dan keterbatasannya; mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan sehari-hari seusai nilai-nilai yang dijadikan panduan hidup.

2. Driven (Gigih)

Menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju. Mendorong diri dari zona nyaman dan tidak menyerah saat menghadapi kendala. Percaya diri dan optimis.

3. Integrity (Integritas)

Memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh termasuk kejujuran, adil dan santun, serta teguh pada komitmen.

4. Continuous Learning (Pembelajar sepanjang hayat)

Memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi dan profesional yang semakin baik. Tidak takut dan belajar dari kesalahan dan memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

5. Grit (Teguh dan Tekun)

Memiliki ketekunan dalam mengejar minatnya dan keteguhan meski menghadapi rintangan. Memiliki tujuan dan berpegang pada komitmen.

6. Care for Others (Peduli sesama)

Mampu memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan, dan bertenggangrasa terhadap sesama manusia, penuh perhatian, dan tanggap. Menyingkirkan perasaan diri paling penting, fokus pada sesama manusia, dan bekerjasama dengan baik dengan orang lain. 

7. Empower Others (Memberdayakan orang lain)

Menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama, dan menyingsingkan lengan untuk bergotong-royong dengan orang lain, dan mengeluarkan potensi terbaik orang lain yang bekerja dengannya.

8. Innovative (Inovatif)

Memiliki kreativitas tinggi. Banyak akal untuk memulai sebuah inisiatif dan pemikir yang mandiri. Mereka senantiasa melakukan hal baru.

9. Entrepreneurial Spirit (Semangat wirausaha)

Berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu. Memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berorientasi pada masa depan, sangat mampu beradaptasi, dan tidak gentar akan kegagalan.

Michael mengungkapkan, dengan sembilan karakteristik tersebut, mahasiswa bisa memiliki kompetensi sebagai bekal masa depan.

Sehingga, mereka memiliki daya saing di masa depan meski berlatar belakang berbeda.

"Riset yang kami lakukan, menemukan bahwa teman-teman mahasiswa-mahasiswi dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung tadi, dengan pelatihan kepemimpinan, pembangunan karakter dan soft skills, mereka bisa mengejar kompetensi sehingga pada waktu mereka lulus mereka mengejar kompetensi teman-teman dia yang mungkin pada awalnya datang dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih beruntung," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto, Garudea Prabawati)

Editor: Suci BangunDS

Tag:  #dicap #lembek #dunia #kerja #kata #pengamat #pendidikan #soft #skills #yang #harus #disiapkan

KOMENTAR