Terkuak! Ini Fakta Baru Santri Banyuwangi yang Tewas Dianiaya Seniornya
Fakta baru terkait kasus kematian santri Pondok pesantren Al Hanafiyyah bernama Bintang Balqis Maulana, 14, sedikit demi sedikit terkuak.
Dilansir Radar Kediri (JawaPos Grup), Kamis (29/2), santri asal Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi itu ternyata tidak hanya dikeroyok sekali oleh santri lainnya.
Sebelum meninggal, korban ternyata sudah beberapa kali dipukuli. Pemukulan itu sudah terjadi sejak Selasa (20/2) hingga Kamis (22/2) siang.
Korban dipukuli di beberapa bagian tubuhnya mulai dari pipi, dada, punggung, dan beberapa bagian tubuhnya lainnya. Selain itu, korban juga sempat disundut menggunakan rokok.
“Pemicu pemukulan itu karena beberapa alasan,” kata sumber koran Radar Kediri (JawaPos Grup).
Pemukulan yang terjadi pada hari Selasa (20/2), diketahui dipicu karena korban menolak piket bersih-bersih lingkungan pondok. Hal itu karena dia baru saja sembuh dari sakit.
Lalu, pemukulan kedua yang terjadi pada Rabu (21/2) malam, pemicunya yakni karena korban tidak mengikuti salat berjemaah.
Kemudian, pada pemukulan terakhir yakni hari Kamis (22/2) siang, AF, 16, salah satu tersangka yang juga sepupu korban melakukan pemukulan bersama tersangka lain.
Alasannya, karena korban diketahui sering mengadukan masalah di pesantren kepada Suyanti, 38, sang ibu. “Sering wadul, jadi tersangka marah,” lanjut sumber Jawa Pos Radar Kediri di Polres Kediri Kota.
Setelah pemukulan terakhir itu, kondisi korban menjadi semakin lemah pada Kamis malam. Luka di wajahnya sempat diobati. Namun, dia jadi semakin pucat.
Saat itu, para tersangka pun segera membawa korban ke RS Arga Husada Ngadiluwih sekitar pukul 03.00 Jumat (23/2). Nahas, beberapa jam kemudian korban dinyatakan meninggal.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam kasus ini Polres Kediri Kota telah menetapkan empat tersangka dalam kasus penganiayaan terhadap korban.
Mereka adalah MN, 18, santri asal Sidoarjo; MA, 18, santri asal Nganjuk; AF, 16, santri asal Bali yang juga sepupunya; serta AK, 17, santri asal Surabaya. Alhasil, keempat pemuda ini dijebloskan ke tahanan.
Disisi lain, Rini Puspitasari, penasihat hukum empat tersangka menyebut, penganiayaan dilakukan karena korban beberapa kali tidak mengikuti salat berjemaah. “Konteksnya menasihati, tetapi tetap tidak sholat,” katanya.
Rini juga membenarkan terkait pemukulan yang dilakukan beberapa kali oleh pelaku. Menurutnya, pemicunya tetap sama, yakni karena korban tidak salat berjemaah.
Selain itu, ada pula momen dimana para tersangka merasa emosi saat melihat korban melotot ketika diajak berbicara oleh para pelaku.
“Jadi Kamis (22/2) tersangka meminta Bintang untuk mandi. Ternyata dia keluar dari kamar mandi dalam kondisi telanjang. Diajak bicara juga tidak sinkron,” ucapnya.
Saat sampai di kamar, korban kemudian diajak bicara. Namun, saat itu korban malah memelototi mereka. Alhasil, para pelaku emosi dan berujung pemukulan.
“Pemukulan dengan tangan kosong,” jelasnya sembari menyebut para tersangka tidak mengira jika pemukulan itu berujung pada tewasnya sang teman.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Kediri Kota AKP Nova Indra Pratama menyebute, meski beberapa orang melihat temannya menjadi korban kekerasan, para saksi tidak berani menghentikan nya.
Sebab, usia mereka lebih kecil dari para pelaku. “Kemungkinan takut karena masih kecil. Jadi nggak berani,” jelas Nova sembari menyebut hingga kemarin penyidik masih mendalami kasus tersebut.
Saking memilukannya kasus ini, Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea pun mengatakan ketersediannya untuk memastikan dan membantu proses hukum kasus tersebut.
“Sudah tadi (kemarin), mengirim surat kuasa, dokumen, dan identitas kami ke Pak Hotman,” tutur Suyanti, 38, ibu korban.
“Saya sebagai pihak korban kehilangan nyawa. Saya membutuhkan pendamping yang benar-benar membela saya,” lanjutnya.
Untuk melancarkan pengusutan kasus anaknya itu, Suyanti telah mengirim kartu keluarga (KK) ke Polresta Banyuwangi dan bukti terakhir percakapan dengan korban.
Diketahui, nomor HP tersebut juga ikut diselidiki oleh polisi. Sebab, keluarga merasa kesulitan saat hendak menghubungi nomor tersebut lagi pasca kejadian.
“Saya minta diselidiki juga, karena nomor saya dan Bintang diblokir. Saya juga sering tidak direspons oleh seniornya Bintang,” akunya.
Besar harapan Suyanti agar kasus kematian Bintang dapat ditangani seadil-adilnya. “Saya dari pihak keluarga tetap harus ada tanggung jawab atas kematian anak saya seadil-adilnya,” pintanya.
Ia yakin korban tidak meninggal akibat jatuh di kamar mandi seperti apa yang disampaikan pihak Ponpes. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya luka sundutan rokok dan lebam di seluruh badan korban.
Ia juga mengaku menyesalkan sikap dari pihak pondok yang belum ada itikad baik. Hingga kemarin, belum ada satupun pengasuh atau utusan dari pesantren yang datang ke rumahnya.
***
Tag: #terkuak #fakta #barusantri #banyuwangi #yang #tewas #dianiaya #seniornya