Duduk Perkara di Balik Desakan Penutupan TPA Cipeucang
Aksi damai warga Kampung Curug Serpong RT 06 RW 04 di Kantor UPT Cipeucang, Serpong, Tangsel. Mereka minta TPA Cipeucang ditutup.(KOMPAS.com/INTAN AFRIDA RAFNI)
07:10
9 Desember 2025

Duduk Perkara di Balik Desakan Penutupan TPA Cipeucang

Tuntutan warga Kampung Curug Serpong agar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang ditutup menyisakan persoalan panjang yang hingga kini belum menemukan jalan keluar.

Pasalnya, tekanan warga sudah memuncak setelah gunungan sampah yang terus bergeser hingga mendekati permukiman.

Kondisi ini yang diduga menjadi penyebab banjir dan gangguan kesehatan.

Di sisi lain, Pemerintah Kota Tangerang Selatan menilai penutupan total tidak bisa dilakukan secara instan. Alasannya, karena menyangkut koordinasi lintas instansi serta kesiapan anggaran.

Demo dan Enam Tuntutan Warga

Aksi damai di Kantor UPT Cipeucang, Senin (8/12/2025) menjadi titik akumulasi kekecewaan warga.

Mereka berbondong-bondong datang membawa spanduk putih dan menuntut TPA Cipeucang untuk ditutup.

Permintaan itu mereka tulis besar lewat spanduk yang bertuliskan “Tutup TPA Cipeucang!”.

Tidak hanya itu, ada juga selembar kertas yang berisi enam tuntutan utama yang sudah berkali-kali disuarakan namun tak kunjung direspons.

Kondisi gunungan sampah yang semakin tinggi di TPA Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/12/2025).KOMPAS.com/INTAN AFRIDA RAFNI Kondisi gunungan sampah yang semakin tinggi di TPA Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/12/2025).

Enam tuntutan yang dimaksud meliputi penutupan TPA Cipeucang per 8 Desember 2025, normalisasi aliran kali seperti kondisi awal, perapihan sampah di sekitar rumah warga, keberadaan alat berat yang siaga untuk mengerjakan perapihan saluran air dan lingkungan, penanganan lindi dan bau sampah, serta kejelasan terkait dampak kesehatan dan kompensasi bagi warga terdampak.

“Sering diabaikan kita. Gunungan sampah sudah mendekati rumah terus air lindi sudah jatuh ke tanah kita semua,” ujar Agus (50), warga yang rumahnya berada paling dekat dari gunungan sampah, saat ditemui, Senin.

Menurut Agus, warga telah berulang kali melapor ke UPT Cipeucang, namun keluhan mereka dianggap angin lalu.

Situasi kian memburuk ketika banjir merendam dua RT yang berdekatan dengan TPA belum lama ini, diduga akibat saluran air tertutup timbunan sampah.

Akibat dari peristiwa itu, sebanyak 12 kepala keluarga terdampak dalam kejadian tersebut.

“Kalau ada pengerukan lebih parah. Saya sering banget sesak di dada,” ucap Agus menggambarkan kondisi udara yang mereka hirup setiap hari.

Respons Pemkot

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel, Hadi Widodo, mengakui tuntutan warga, namun menyebut penutupan TPA Cipeucang tidak bisa diputuskan dalam waktu singkat.

Menurutnya, penutupan TPA Cipeucang perlunya koordinasi dengan berbagai pihak serta penyusunan kebijakan yang matang.

“Ada beberapa poin tuntutan warga termasuk penutupan lokasi TPA Cipeucang. Ini tentu tidak bisa serta-merta kita langsung tutup, kita perlu koordinasi ke berbagai pihak termasuk pimpinan,” kata Hadi.

Lebih lanjut, ia mengatakan, penutupan maupun relokasi TPA memerlukan rencana jangka panjang dan anggaran besar.

Pemerintah daerah saat ini masih menyiapkan tahapan perencanaan, termasuk kajian teknis dan kesiapan pembiayaan.

“Kita pengennya secepatnya, tapi banyak hal yang harus disiapkan. Termasuk perencanaan yang matang dan sisi penganggaran yang berpengaruh,” ujarnya.

Pembebasan Lahan jadi Solusi

Di tengah desakan penutupan, Pemkot Tangsel mulai mengupayakan pembebasan lahan untuk warga yang tinggal paling dekat dengan area TPA.

Tahap awal dipersiapkan untuk lahan seluas 4.000 meter persegi yang akan dibebaskan dalam waktu dekat.

Sisanya ditargetkan menyusul pada tahun depan, dengan total lahan yang disiapkan mencapai sekitar 3 hektar.

“Total sementara sekitar Rp 50 miliar, bidangnya banyak. Kita saat ini sedang menyusun perencanaan, DPPT, appraisal, dan seterusnya,” jelas Hadi.

Meski demikian, bagi warga, langkah tersebut belum menjawab kebutuhan mendesak.

Mereka berharap penanganan awal dilakukan segera agar lingkungan kembali aman ditinggali.

“Ya kita sih sementara dirapihkan saja dulu, jangan sampai dekat-dekat rumah kita. Pokoknya sampah seperti semula,” kata Agus.

Warga memastikan, apabila enam tuntutan mereka tidak ditindaklanjuti, aksi lanjutan dengan massa lebih besar bukan hal yang mustahil.

“Kalau enggak direalisasikan, aksinya bakal lebih besar lagi. Ini baru awal,” ucap dia.

Tag:  #duduk #perkara #balik #desakan #penutupan #cipeucang

KOMENTAR