BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di Wilayah Terdampak Bencana Aceh, Sumut dan Sumbar
Warga Takengon berdiri di antara kayu-kayu yang terbawa banjir dan longsor. (Jurnalisa untuk JawaPos.com)
12:16
1 Desember 2025

BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di Wilayah Terdampak Bencana Aceh, Sumut dan Sumbar

- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tengah menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC) di wilayah terdampak bencana hidrometeorologi, yakni Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Operasi modifikasi cuaca itu dilakukan untuk mendukung penanganan bencana dan mencegah potensi gangguan akibat cuaca ekstrem. 

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, memimpin langsung kegiatan ini untuk memastikan operasi berlangsung optimal di lapangan. Modifikasi cuaca itu difokuskan pada tiga bandara yang wilayahnya terdampak bencana. 

“Baru saja kemarin kami ke Bandara Kualanamu untuk memantau memimpin langsung operasi modifikasi cuaca kerja sama antara BMKG dan BNPB. Saat ini kita rencanakan masih tetap berlangsung di tiga bandara yaitu di Sultan Iskandar Muda, di Kualanamu, serta di Bandara di Padang sampai dengan 3 November," kata Teuku Faisal Fathani saat Rakor Pusat dan Daerah dalam rangka mengantisipasi momentum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (1/12).

Menurutnya, operasi modifikasi cuaca sangat penting untuk menjaga kelancaran penanganan darurat. Mengingat, warga terdampak bencana saat ini sangat membutuhkan bantuan logistik di tempat-tempat pengungsian.

“Intinya kita berusaha agar untuk menjaga agar proses penyelamatan, proses kedaruratan, upaya drop logistik dan sebagainya tidak terganggu dengan cuaca atau curah hujan tinggi, sehingga kita menebarkan NaCl di daerah-daerah yang sekiranya hujan bisa turun di daerah yang tidak rawan, misalnya di laut atau di daerah yang tidak terdampak bencana," ungkapnya.

Menurutnya, modifikasi cuaca juga dilakukan untuk mengendalikan awan hujan yang berpotensi mengguyur wilayah rawan bencana. 

“Atau jika dia menumpuk di daerah yang sekarang sangat rawan bencana, itu kita menyebarkan CaO kalsium oksida untuk meluruhkan memecah, sehingga hujan yang tadinya akan terjadi menjadi menyebar dan tidak terjadi hujan," paparnya.

Dalam operasi modifikasi cuaca, lanjut Faisal, terdapat lima pesawat yang beroperasi di wilayah terdampak bencana. Ia menekankan, operasi modifikasi cuaca itu diperlukan untuk meminimalisir potensi terjadinya bencana. 

“Jadi kita melakukan operasi modifikasi cuaca ini dua hal, menghujankan dan mencegah terjadinya hujan. Ini penerbangan terus kita lakukan total ada lima pesawat yang membantu kegiatan di daerah posko Aceh, Medan dan Padang," tegasnya.

Faisal menuturkan, dinamika atmosfer ke depan masih fluktuatif dan berpotensi memengaruhi banyak wilayah. Ia juga mengingatkan wilayah lainnya untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem.

“Dinamika atmosfer sepekan ke depan dipengaruhi oleh banyak hal, ini meningkatkan potensi hujan di beberapa wilayah terutama Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi Barat dan Papua," urainya.

Lebih lanjut, Faisal menekankan bahwa pelaksanaan OMC hanya bisa dilakukan setelah daerah menetapkan status darurat. Menurutnya, tanpa status darurat operasi tersebut tidak bisa dilakukan.

“Perlu disampaikan sekali lagi bahwa operasi modifikasi cuaca, kerjasama BMKG dan BNPB hanya bisa dilaksanakan ketika gubernur itu menerbitkan status siaga darurat. Tanpa status siaga darurat itu operasi tidak bisa dilaksanakan," pungkasnya.

Editor: Sabik Aji Taufan

Tag:  #bmkg #gelar #operasi #modifikasi #cuaca #wilayah #terdampak #bencana #aceh #sumut #sumbar

KOMENTAR