Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
Pelaku penculikan anak di Mapolrestabes Makassar, Senin (10/11/2025).[SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]
07:44
13 November 2025

Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar

Baca 10 detik
  • Pendamping hukum menduga ada sindikat besar di balik penculikan Bilqis, bukan Suku Anak Dalam.
  • Bilqis, yang diculik dari Makassar, ditemukan selamat setelah dijual seharga Rp80 juta di Jambi.
  • Kecil kemungkinan Suku Anak Dalam mengadopsi, menguatkan dugaan mereka hanya dimanfaatkan oleh pelaku utama.

Wahida Baharuddin Upa, yang menjadi Pendamping Hukum Masyarakat Suku Anak Dalam, menyuarakan keprihatinan mendalam dan menduga kuat bahwa komunitas Suku Anak Dalam (SAD) hanyalah pihak yang dimanfaatkan dalam skema kejahatan ini.

Wahida secara kritis mempertanyakan informasi awal yang menyebut Bilqis ditemukan dan dititipkan kepada SAD.

Ia meragukan kemungkinan keterlibatan langsung komunitas tersebut sebagai pelaku adopsi ilegal, apalagi penculikan.

"Kami nggak tahu. Ini seperti sindikat sebenarnya. Tapi kan yang kasihannya adalah orang yang mengadopsi," ujar Wahida saat ditemui di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Rabu (12/11/2025).

Menurut analisisnya, pihak yang 'mengadopsi' Bilqis kemungkinan besar memiliki intensi baik untuk memiliki keturunan, namun terjebak dalam prosedur ilegal yang dirancang oleh sindikat.

Oleh karena itu, Wahida menekankan bahwa fokus penegakan hukum seharusnya menyasar pada aktor intelektual dan pelaku utama yang mendalangi penculikan dari lokasi awal.

"Sebenarnya yang patut dihukum adalah tentu adalah pelaku pertama. Pelaku utama ya dalam hal ini yang menculik dari tempat yang berada di lokasi penculikan itu," tegasnya.

Keraguan Wahida semakin menguat ketika ia mempertanyakan narasi adopsi oleh SAD.

"Sebenarnya informasi ditemukan di Suku Anak Dalam. Dititipkan. Tetapi apakah mereka yang mengadopsi itu ya kami juga belum tahu. Karena kan juga belum disampaikan secara tegas oleh kepolisian," jelasnya.

Ia juga menyoroti karakteristik sosial komunitas SAD yang secara umum memiliki banyak anak dan hidup komunal, sehingga kecil kemungkinan mereka membutuhkan adopsi dari luar.

"Setahu saya, Suku Anak Dalam itu rata-rata punya anak banyak. Nggak ada yang sedikit. Contoh Bang Fukar, anaknya 13. Jadi sangat kecil kemungkinan mereka mengambil dari luar," paparnya.

Berdasarkan fakta ini, Wahida menduga kuat kasus ini adalah tipu muslihat yang dirancang oleh para penculik.

Sebelumnya, pencarian tragis Bilqis yang diculik dari Makassar berakhir di pedalaman Jambi.

Korban ditemukan selamat setelah dijual seharga Rp80 juta kepada sebuah kelompok dalam komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Mentawak, Kabupaten Merangin.

Pengungkapan ini adalah buah kerja investigatif tim gabungan Polrestabes Makassar, Resmob Polda Jambi, dan Satreskrim Polres Kerinci.

Dua pelaku kunci, Adefrianto Syahputra (36) dan Mery Ana (42), berhasil ditangkap di sebuah penginapan di Kota Sungai Penuh pada Jumat (7/11/2025).

Pendamping Hukum Masyarakat Suku Anak Dalam, Wahida Baharuddin Upa. [Suara.com/Bagaskara] PerbesarPendamping Hukum Masyarakat Suku Anak Dalam, Wahida Baharuddin Upa. [Suara.com/Bagaskara]

"Setelah dilakukan pemeriksaan, pelaku menyampaikan bahwa korban berinisial B (4) telah di jual ke kelompok SAD di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Korban B dijual pelaku dengan harga Rp80 juta," ungkap Kepala Seksi Humas Polres Kerinci, Iptu DS Sitinjak, di Kerinci seperti dilansir Antara, Minggu (9/11/2025).

Kisah pilu ini bermula pada 2 November 2025 di sebuah taman di Makassar.

Saat orang tuanya berolahraga, Bilqis yang sedang bermain di taman Pakui menghilang sekitar pukul 10.00 WIB.

Setelah pencarian mandiri gagal, kasus ini dilaporkan ke Polrestabes Makassar.

Penyelidikan polisi mengungkap jejak penjualan korban yang berlapis. Setelah menangkap pelaku pertama di Makassar, tim mendapati korban telah dijual ke Yogyakarta.

Di sana, pelaku lain ditangkap, namun korban kembali telah berpindah tangan ke Adefrianto dan Mery Ana di Jambi.

Pengejaran lintas pulau inilah yang akhirnya mengungkap peran Suku Anak Dalam sebagai lokasi terakhir penjualan korban.

Editor: Chandra Iswinarno

Tag:  #misteri #penculikan #bilqis #pengacara #duga #suku #anak #dalam #hanya #kambing #hitam #sindikat #besar

KOMENTAR