Menerka Strategi Budi Arie: Gelendotan ke Prabowo, Bawa Pengaruh Jokowi
- Projo, organisasi relawan yang lekat dengan Presiden Ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), tak hanya dekat secara nama, tapi logo Projo sendiri pun hadir dengan siluet wajah Jokowi.
Organisasi ini pun lahir dari perjuangan Jokowi menjadi RI 1 pada 2014 silam.
Pada Kongres perdana di tahun 2013, Projo dibidani Budi Arie Setiadi, dan beberapa aktivis 1998 yang juga dekat dengan kader PDI-Perjuangan.
Namun dalam Kongres III Projo yang diselenggarakan di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (2/11/2025) kedekatan yang sudah terjalin selama satu dekade lebih itu seolah goyah.
Logo siluet wajah Jokowi akan dihilangkan, nama anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka tak ada dalam agenda Projo untuk Pemilu 2029.
Cerminan itu terlihat dalam hasil kongres Projo yang dibacakan oleh Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Damanik.
"Ketetapan Kongres III Projo nomor 04/Kongres/3/XI/2025 tentang resolusi kongres III Projo. Memperhatikan hasil sidang komisi politik kongres III Projo, memutuskan hasil resolusi Kongres III Projo," kata Freddy.
"Pertama, mendukung dan memperkuat Pemerintahan Prabowo-Gibran. Kedua, mendukung dan memperkuat agenda politik Presiden Prabowo dan menyukseskan Presiden Prabowo pada 2029. Ketiga, Projo melakukan transformasi organisasi dalam menjawab tantangan dan perubahan situasi nasional. Keempat, Projo mendorong politik persatuan nasional. Kelima, Projo membantu pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045." sambung Freddy.
Lantas apa yang sebenarnya terjadi pada Projo? mengapa seolah menghindari stigma dukungan kepada Jokowi dan entitas yang mengikutinya?
Untuk transformasi
Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi mengatakan, keputusan kongres kali ini tak sekadar menjadi sikap organisasi relawan tersebut, tetapi menjadi langkah transformasi dari Projo yang dianggap sebagai singkatan Pro Jokowi, menjadi Projo, yang lebih dekat dengan Prabowo Jo (Prabowo Saja) dalam bahasa Manado.
"Begini, transformasi itu adalah keniscayaan, transformasi Projo adalah keniscayaan Karena memang kesejarahan Projo itu adalah Lahir untuk mendukung pemerintahan atau pemimpin rakyat yang ada dalam diri Pak Jokowi," kata Budi Arie kepada Kompas.com, Senin (3/11/2025).
Dia menegaskan kembali, Projo bukan saja pendukung Jokowi, tetapi pendukung pemimpin rakyat yang ada di dalam Jokowi.
Perubahan logo juga menjadi langkah transformasi tersebut, Budi Arie mengatakan, Projo mengambil langkah pergantian siluet wajah Jokowi sebagai langkah adaptif.
Projo, kata dia, harus menyesuaikan dengan zaman. Dia malah mempertanyakan mengapa organisasi lain yang logonya berubah tidak dipermasalahkan, sedangkan Projo yang hanya menghilangkan siluet Jokowi tanpa merubah nama organisasi justru diperdebatkan?
"Kenapa sih kalau yang lain-lain diubah nggak heboh kok Projo heboh?" protesnya.
 Ketum Projo Budi Arie Setiadi saat ditemui di Kongres ke-3 Projo, Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (2/11/2025). 
Dia kemudian mengulang penjelasan arti kata Projo sebenarnya.
Projo dalam bahasa sansekerta dinilai memiliki arti negeri, dalam bahasa Jawa Kawi artinya rakyat.
Sebab itu, Projo bisa diartikan sebagai perkumpulan orang yang mencintai rakyat.
Nilai mencintai rakyat dan mencintai negeri dinilai Budi Arie sebagai sifat dan nilai yang dimiliki oleh Jokowi.
"Dan ini ada di dalam Pak Prabowo, jadi pernyataan bahwa perubahan logo dan lain-lain digoreng-goreng (untuk mengadudomba Jokowi dan Projo). Padahal setelah kita tahu, orang yang menyebarkan narasi penghianatan dan adu domba itu sejatinya bukanlah sedang memilah Jokowi Justru ingin makin mengadu domba mencegah hubungan antara Jokowi dan relawannya termasuk Projo," katanya.
Kasihan Jokowi
Salah satu alasan Projo akhirnya menanggalkan siluet wajah Jokowi adalah karena kasihan terhadap sosok Presiden Ke-7 RI itu.
"Dari satu sisi, pemikiran kita ya, kasihan juga Pak Jokowi beban. Dipakai terus lambangnya, mukanya. Di sisi lain kita juga sampaikan ini (beban wajah Jokowi) gimana," kata Budi Arie.
Ihwal perubahan logo siluet wajah Jokowi ini juga dilaporkan langsung Budi Arie ke Jokowi.
"(Jokowi) Sudah mendapat informasi lah gitu," katanya.
Dia membantah, langkah menanggalkan wajah Jokowi sebagai bentuk pengkhianatan kepada Jokowi.
Karena menurut Budi, Projo sudah berjuang selama lebih dari 10 tahun membela Jokowi, bahkan saat Jokowi purna tugas sebagai Presiden.
"Dari beragam serangan (Projo melindungi Jokowi), mulai dari isu ijazah palsu, Whoosh, hingga pembangunan IKN," tuturnya.
Alasan politik paling kuat Projo untuk bertransformasi adalah mempererat ikatan Prabowo dan Jokowi sebagai dua tokoh nasional yang penting untuk bangsa Indonesia.
Manuver ke Gerindra
Langkah politik Projo yang menjadi sorotan adalah manuver Ketum Projo Budi Arie menjadi kader Partai Gerindra.
"Mau ke Gerindra? Iya dong," katanya singkat.
Langkah ini cukup berbeda dari Jokowi yang lebih dekat dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Iya enggak apa-apa dong (Jokowi lebih dekat ke PSI)," katanya.
Budi Arie mengatakan, langkah politiknya adalah ujud cinta neger dan cinta rakyat. Dia tak ingin lagi ada yang membenturkan Jokowi dengan Prabowo.
Budi Arie dinilai cari tempat gelendotan
Langkah Projo dan para pimpinan terasnya diteropong pemerhati politik sebagai upaya organisasi ini mengekor pada kekuasaan.
Mencari tempat "gelendotan" alias lendotan (bersandar dengan manja bak anak ke orangtuanya) agar tetap eksis di kancah politik nasional.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, membaca pernyataan-pernyataan Projo sebagai kekeliruan besar karena menyebut ingin membantu Gerindra dan kepimpinan Presiden Prabowo Subianto.
"Saya coba ingin melihat statement dari Budi Ari sendiri Yang mengatakan bahwa Untuk mendukung pemerintahan Prabowo, program-programnya Kita ingin perkuat dengan masuk di partai yang dipimpin oleh Prabowo," katanya.
Namun faktanya, Prabowo sebagai orang nomor 1 di Indonesia sudah memiliki kekuatan elektoral yang super kuat dengan koalisi gemuk 85 persen di parlemen.
Belum lagi partai yang lebih dekat dengan Jokowi, yakni PSI dengan Ketua Umumnya adalah putra Jokowi, Kaesang Pangarep.
Jika menggunakan logika Budi Arie, Yunarto menyebut Projo seharusnya merapat ke PSI, bukan ke Gerindra. Pernyataan Budi Arie justru membuat Gerindra seolah-olah membutuhkan kekuatan dan suara Projo.
"Artinya, kalau saya lihat di sini Jangan diputarbalikan seakan-akan Gerindra Yang butuh Projo Projo atau Budi Ari yang butuh kemudian Kekuatan politik bernama Gerindra, butuh partai besar untuk gelendotan," ucapnya.
 Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya atau yang biasa disapa Mas Toto berpose setelah diwawancarai KOMPAS.com dalam Program Gaspol, Jakarta pada, Senin (9/6/2025).
Hendri Satrio: Budi Arie strategi Jokowi susupi Gerindra
Pandangan berbeda datang dari analis komunikasi politik Hendri Satrio alias Hensa.
Menurut dia, manuver politik Projo ini bukan kebetulan tapi merupakan strategi politik.
Hensa mengatakan, langkah Projo tak bisa dilihat sebagai perpisahan biasa, melainkan strategi Jokowi untuk memberikan pengaruhnya ke tubuh Gerindra.
"Menurut saya, itu sangat mungkin adalah strategi Jokowi juga untuk menyusupkan Projo ke Gerindra, supaya Jokowi juga memahami arah dan strategi Gerindra mau apa ke depan," ujar Hensa.
Hensa menjelaskan, cara Projo bisa jadi ini merupakan strategi di depan publik agar tampak berpisah dengan pengaruh Jokowi, tapi bisa jadi di belakang layar strategi pengaruh Jokowi bisa dijalankan.
Dia memberikan contoh Projo pernah mencoba membubarkan diri, namun hal tersebut dibatalkan karena Ketua Umum Budi Arie Setiadi diangkat jadi Wakil Menteri Desa saat itu.
 Analis komunikasi politik Hendri Satrio dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (16/10/2024).
Sebab itu, dia menilai kepiawaian Jokowi dikenal dalam manuver politik seperti yang dilakukan Jokowi, sehingga ia pun berpendapat bahwa ini murni strategi.
Projo bisa saja sengaja disusupkan untuk memengaruhi keputusan internal Gerindra, sekaligus memantau strategi Prabowo Subianto dan partainya dalam dua periode ke depan.
Perubahan logo Projo, yang direncanakan akan diubah menjadi semut yang melambangkan rakyat kecil, dinilai Hendri sebagai bagian dari "drama" atau pertunjukkan politik.
"Menjadi Gajah versus Semut itu tandanya sudah terbaca seolah-olah berpisah, padahal politik yang sesungguhnya itu tidak mungkin di permukaan atau terlihat, kalau yang terjadi di depan itu namanya drama atau pertunjukkan politik," tutur Hensa.
 Bakal calon presiden Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo, Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, Sabtu (14/10/2023) sore.
Atas analisis dan penilaian manuver dari Yunarto dan Hensa tersebut, Budi Arie enggan berkomentar.
Dia tidak ingin narasi yang dikatakan pengamat dikomentari balik oleh dirinya sebagai Ketua Umum Projo.
"Saya kan bukan komentator, kalau mau berpendapat silakan aja, itu hak mereka," ucapnya.
"Yang pasti Projo itu bertekad untuk menyatukan Prabowo dan Jokowi, karena itu baik untuk bangsa. Kalau orang mau ngomong apa, masak kita mau nanggepin orang ngomong. Orang mau ngomong boleh lah, kalau saya disuruh ngomongin komentator, ya enggak. Sikap kita itu aja," tandasnya.
Tag: #menerka #strategi #budi #arie #gelendotan #prabowo #bawa #pengaruh #jokowi