Surat Cinta dalam Ompreng, Cerita Hangat dari Dapur MBG di SPPG Lanud Suryadarma Subang
Suasana SPPG Lanud Suryadarma, Subang, pada dini hari. Seluruh petugas sibuk menyiapkan menu MBG. Kepala BGN pada Jumat (10/10/2025) mengatakan akan turunkan 5.000 juru masak profesional ke SPPG untuk MBG aman, higienis, dan bernutrisi, dukung program prioritas nasional.(Dok KOMPAS TV)
15:46
11 Oktober 2025

Surat Cinta dalam Ompreng, Cerita Hangat dari Dapur MBG di SPPG Lanud Suryadarma Subang

Di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Lanud Suryadarma, Subang, aroma masakan mulai tercium sejak tengah malam. Sementara sebagian besar warga masih terlelap, beberapa orang sudah bersiap mengenakan celemek dan penutup kepala, mencuci tangan, lalu mulai bekerja di antara suara gemericik air dan denting alat masak.

Namun, bukan hanya uap panas dan suara penggorengan yang menemani mereka. Sesekali, para petugas menemukan secarik kertas kecil di antara tumpukan ompreng kosong berisi tulisan tangan sederhana dari anak-anak sekolah. Ada yang menulis permintaan menu esok hari, atau sekadar ucapan terima kasih dan doa.

Bagi mereka yang bekerja di dapur itu, surat-surat kecil tersebut adalah penyemangat di sela lelah. Bukti bahwa setiap sendok makanan yang mereka siapkan dini hari membawa kebahagiaan nyata bagi ribuan anak di Subang.

Di balik setiap ompreng yang dikirim ke sekolah-sekolah, tersimpan kerja keras yang dimulai bahkan sebelum fajar.

Setiap hari, aktivitas di SPPG Lanud Suryadarma dimulai sekitar pukul 11 malam. Petugas mulai mencuci food tray, menyiapkan bahan, hingga memotong dan membersihkan sayuran segar. Semua proses dilakukan dengan disiplin tinggi dan standar kebersihan ketat.

“(Secara SOP, kami awali dengan) penerimaan bahan baku yang perlu seleksi dulu. Kalau sudah sesuai, baru masuk ke gudang, dibedakan antara gudang kering dan basah. Setelah itu, bahan dipotong, dicuci, baru diolah,” jelas Kepala SPPG Lanud Suryadarma Subang, Gilang Satria.

Setiap harinya, tim ini menyiapkan 3.953 paket Makan Bergizi Gratis (MBG) yang didistribusikan ke 11 sekolah dan 1 posyandu di wilayah Kalijati, Subang.

Proses memasak dibagi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 03.00 pagi untuk siswa sekolah dasar (SD), dengan distribusi pada pukul 07.00 pagi. Sementara sesi kedua dimulai pukul 06.00 pagi untuk siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), dikirim sekitar pukul 10.00 pagi.

“Jarak antara waktu masak dan konsumsi tidak boleh terlalu lama, karena kami tidak pakai pengawet. Makanan harus sampai ke anak-anak dalam kondisi segar dan aman,” jelas Gilang.

Jaga kualitas hingga surat dalam ompreng

Di balik rutinitas itu, tim SPPG juga memastikan kualitas makanan selalu terjaga. Mereka hanya bekerja sama dengan pemasok bahan baku tepercaya, dan seluruh menu disusun oleh ahli gizi.

Petugas SPPG mendistribusikan menu MBG ke sekolah-sekolah.Dok KOMPAS TV Petugas SPPG mendistribusikan menu MBG ke sekolah-sekolah.

Quality control kami sangat ketat. Kami tidak sekadar memasak, tapi memastikan makanan yang sampai di tangan anak-anak benar-benar layak dan bergizi,” ujar Gilang.

Namun, bukan berarti tanpa tantangan. Pada awal pelaksanaan program pada Januari 2025, anak-anak di Subang sempat kesulitan menyesuaikan diri dengan menu yang disediakan, terutama olahan ikan.

“Banyak anak-anak yang awalnya tidak suka ikan, tapi setelah kami evaluasi dan ubah cara penyajian, sekarang mereka mulai suka,” jelasnya.

Di tengah rutinitas yang padat, ada momen kecil yang tak pernah gagal membuat para petugas tersenyum, yakni surat dari anak-anak penerima MBG.

“Banyak anak yang mengirim surat di dalam ompreng, isinya minta menu tertentu atau sekadar bilang terima kasih,” kenang Gilang.

Permintaan menu yang sesuai rekomendasi ahli gizi biasanya bisa dipenuhi. Namun jika yang diminta junk food, tim menjelaskan dengan sabar bahwa menu MBG disusun untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, bukan sekadar memanjakan lidah.

Dampak nyata bagi keluarga Indonesia

Program MBG tak hanya membawa manfaat bagi anak-anak penerima, tapi juga bagi para petugas dan keluarga mereka.

Siswa SD menerima menu MBG.Dok KOMPAS TV Siswa SD menerima menu MBG.

Salah satu petugas SPPG Endang Ahmad, mengaku bersyukur bisa menjadi bagian dari program ini.

“Program ini sangat membantu ekonomi keluarga saya, tapi yang paling membahagiakan adalah bisa berkontribusi untuk anak-anak Indonesia agar tumbuh sehat dan cerdas,” ujarnya.

Dari sisi sekolah, dampaknya pun terasa nyata. Salah satu Guru SDN Angkasa 1 Kalijati Subang menuturkan, anak-anak kini lebih semangat datang ke sekolah karena selalu menantikan menu harian MBG.

“Anak-anak jadi hemat, tidak jajan sembarangan. Kalau menunya bervariasi, mereka tambah semangat makan. Biasanya makanan di omprengnya habis semua,” katanya.

Hal itu diamini salah satu siswa kelas 6 SDN Angkasa 1 Kalijati, Muhammad Medistra Dirgantara.

Ia merasa senang sebagai penerima MBG di sekolahnya. Diakui olehnya, menu variatif yang disajikan dalam ompreng menjadi salah satu penyemangatnya dating ke sekolah.

“Mudah-mudahan ke depan, buah pendampingnya juga lebih variatif,” ujarnya.

Tag:  #surat #cinta #dalam #ompreng #cerita #hangat #dari #dapur #sppg #lanud #suryadarma #subang

KOMENTAR