Unair Kukuhkan Profesor dari Leiden University, Perkuat Riset Kusta dan Penyakit Tropis
Prof. Dr. Annemieke Geluk dari Leiden University Medical Center resmi dikukuhkan sebagai Adjunct Professor FK Unair, Selasa (7/10). (Istimewa)
11:56
9 Oktober 2025

Unair Kukuhkan Profesor dari Leiden University, Perkuat Riset Kusta dan Penyakit Tropis

 

-Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) kembali memperluas jejaring akademik internasional dengan mengukuhkan Prof. Dr. Annemieke Geluk dari Leiden University Medical Center (LUMC), Belanda sebagai Adjunct Professor. Pengukuhan yang digelar di Aula Utama FK Unair pada Selasa (7/10) itu menjadi bagian dari rangkaian Adjunct Professor Inauguration 2025.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Geluk menyampaikan orasi ilmiah berjudul “WhatsLep 2.0: Leprosy in Indonesia – Addressing an Ancient Disease through Modern Population Health Strategies” atau “Kusta di Indonesia: Menangani Penyakit Kuno melalui Strategi Kesehatan Populasi Modern.”

 

Deteksi Dini Kunci Pengendalian Kusta

Dalam orasinya, Geluk menekankan bahwa kusta (leprosy) masih menjadi penyakit tropis yang sering terabaikan, padahal bisa diobati dan dikendalikan jika dideteksi lebih awal. “Kusta merupakan penyakit tropikal yang tidak terlalu diperhatikan. Ini disebabkan oleh bakteri, dan sebenarnya bisa diurus dengan baik bila diketahui sejak awal,” ujarnya.

“Sayangnya, kemahiran klinis dalam mengenali penyakit ini mulai berkurang, dan minat terhadap penelitian kusta juga rendah karena stigma yang masih kuat di masyarakat,” lanjutnya.

Menurutnya, tantangan terbesar di Indonesia adalah masih adanya daerah endemik di mana penularan terus terjadi tanpa terdeteksi. “Beberapa bagian Indonesia masih endemik. Transmisi itu berjalan tapi belum diketahui. Karena itu, perhatian kesehatan di kawasan tersebut masih kurang,” tutur Geluk.

Ia menambahkan, penelitian kolaboratif dengan Unair diharapkan mampu mengembangkan tes diagnostik sederhana, seperti tes darah jari, untuk mendeteksi area berisiko tinggi.

“Harapan kami dalam jangka panjang adalah eliminasi kusta, terutama pada anak-anak. Tes sederhana bisa menunjukkan titik panas transmisi, sehingga deteksi dini dapat dilakukan lebih cepat,” imbuhnya.

 

Kolaborasi Riset dan Pendidikan

Tak hanya riset, kerja sama Unair dan LUMC juga membuka peluang besar di bidang pendidikan dan pertukaran akademik. “Kami sangat terhormat bisa berada di sini. Kolaborasi ini bukan hanya untuk penelitian, tapi juga pendidikan dan layanan kesehatan. Kami akan menjajaki pertukaran mahasiswa, program doktor bersama, dan penelitian kolaboratif lain,” tutur Geluk.

Dekan FK Unair Prof. Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., SpOG.,Subsp. Urogin-RE menyambut baik sinergi ini. “Kami bangga karena kedatangan rekan-rekan dari LUMC. Pengukuhan Adjunct Professor ini menjadi langkah nyata untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” ungkapnya.

Menurut Eighty, kolaborasi tersebut akan mencakup pertukaran mahasiswa kedokteran, residen, hingga staf pengajar, serta memperluas riset bersama di bidang imunologi dan penyakit menular. “Kami berharap semakin banyak joint research yang dilakukan baik di Surabaya maupun Belanda. Semoga komunikasi dan implementasinya berjalan lancar,” tambahnya.

 

Kusta Masih Ada, Tapi Bisa Disembuhkan

Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (DVE) Unair, Dr. Damayanti, dr., Sp.D.V.E., Subsp.DAI menjelaskan bahwa Indonesia masih memiliki beberapa kantong daerah endemik kusta, termasuk di wilayah Indonesia Timur dan sebagian Jawa Timur. “Kusta adalah penyakit infeksi menular, tetapi penularannya membutuhkan kontak lama, jadi tidak mudah menular. Yang terpenting adalah edukasi — bahwa penyakit ini bisa disembuhkan dan bukan kutukan," jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya menghapus stigma agar penderita tidak enggan berobat. “Stigma membuat pasien takut mencari pengobatan, padahal dengan terapi yang tepat, kusta bisa disembuhkan dan komplikasi bisa dicegah,” katanya.

 

Langkah Menuju Eliminasi Global

Menurut data WHO, Indonesia masih termasuk tiga besar negara dengan jumlah kasus kusta tertinggi di dunia. Karena itu, riset imunodiagnostik yang dikembangkan melalui kerja sama UNAIR–LUMC diharapkan dapat mempercepat deteksi dini dan pengendalian penyakit di tingkat populasi.

“Kami berharap hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia, tapi juga berkontribusi pada upaya eliminasi kusta di tingkat global,” tutup Geluk. (*)

Editor: Dinarsa Kurniawan

Tag:  #unair #kukuhkan #profesor #dari #leiden #university #perkuat #riset #kusta #penyakit #tropis

KOMENTAR