'Kiamat' Ekonomi Dimulai, Yang Terjadi Jika Iran Tutup Selat Hormuz: Harga BBM di RI Bisa Meledak
Ilustrasi peta Selat Hormuz. (ist)
14:08
23 Juni 2025

'Kiamat' Ekonomi Dimulai, Yang Terjadi Jika Iran Tutup Selat Hormuz: Harga BBM di RI Bisa Meledak

Di tengah peta konflik global yang kian rumit, ada satu titik sempit di perairan Teluk Persia yang memegang takdir ekonomi dunia di ujung tanduknya yakni Selat Hormuz. Jalur air strategis yang diapit oleh Iran dan Oman ini bukanlah sekadar selat biasa.

Selat Hormuz adalah urat nadi utama, jalur paling vital bagi distribusi energi global. Setiap kali ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, memanas, satu ancaman pamungkas selalu muncul ke permukaan—ancaman penutupan Selat Hormuz.

Bagi banyak orang, ini mungkin terdengar seperti isu geopolitik yang jauh. Namun, jika Teheran benar-benar nekat menekan "tombol nuklir ekonomi" ini, dampaknya akan terasa seperti tsunami yang menghantam setiap sudut dunia, termasuk langsung ke dompet masyarakat di kota-kota besar Indonesia.

Untuk memahami skala bencananya, kita harus melihat angka. Sekitar 21 juta barel minyak per hari, atau setara dengan 21% dari konsumsi minyak global, melewati Selat Hormuz. Ini adalah jalur utama bagi ekspor minyak dari raksasa energi seperti Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.

Menutup jalur ini sama saja dengan memotong suplai seperlima minyak dunia dalam sekejap.

Seorang analis keamanan energi memberikan gambaran betapa cepatnya krisis ini akan melumpuhkan dunia. Menurutnya, ini bukan lagi soal kenaikan harga, melainkan soal kelumpuhan total.

"Penutupan Selat Hormuz oleh Iran bukanlah sekadar isu regional, itu adalah tombol detonator bagi krisis ekonomi global. Kita tidak hanya bicara soal harga minyak yang melonjak 200-300% dalam 24 jam, tapi soal runtuhnya rantai pasok, kepanikan pasar finansial, dan eskalasi militer yang hampir pasti tak terhindarkan. Bagi negara pengimpor minyak seperti Indonesia, dampaknya akan terasa langsung di setiap SPBU dan pasar dalam hitungan hari," ungkap Dr. David Suroyo, Analis Keamanan Energi dari Global Strategic Institute, dalam sebuah webinar tentang keamanan energi global, (5/6/2025).

Pernyataan tersebut melukiskan tiga tahap kiamat ekonomi yang akan terjadi. Tahap pertama adalah kepanikan pasar energi. Harga minyak mentah dunia, seperti Brent dan WTI, akan langsung melesat ke level yang belum pernah terbayangkan, mungkin menembus $250 hingga $300 per barel.

Kapal tanker minyak melewati selat hormuz (Reuters/Hamad I Mohammed)Kapal tanker minyak melewati selat hormuz (Reuters/Hamad I Mohammed)

Bagi Indonesia, negara yang statusnya adalah net importir minyak, ini adalah bencana. Anggaran subsidi BBM dalam APBN akan jebol seketika.

Pemerintah akan dihadapkan pada pilihan neraka: membiarkan harga pertalite dan solar meroket tiga hingga empat kali lipat, atau menanggung beban subsidi yang bisa menguras habis kas negara.

Tahap kedua adalah keruntuhan ekonomi makro. Lonjakan harga energi akan memicu inflasi liar. Biaya logistik untuk mengangkut bahan pangan dan barang kebutuhan pokok akan membengkak, yang artinya harga mie instan, beras, hingga ongkos transportasi umum akan ikut meroket.

Perusahaan yang bergantung pada bahan bakar dan listrik murah akan terancam bangkrut, memicu gelombang PHK massal. Pasar saham di seluruh dunia akan anjlok karena investor melarikan diri dari ketidakpastian.

Tahap ketiga, dan yang paling berbahaya, adalah eskalasi militer. Amerika Serikat, yang telah mendeklarasikan bahwa keterbukaan Selat Hormuz adalah kepentingan vital nasionalnya, tidak akan tinggal diam.

Armada Kelima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain akan dikerahkan untuk membuka paksa selat tersebut. Ini berarti perang terbuka antara AS dan sekutunya melawan Iran.

Sebuah konflik yang tidak hanya akan menghancurkan fasilitas minyak di Timur Tengah, tetapi juga berpotensi meluas menjadi perang regional atau bahkan global yang jauh lebih mengerikan.

Editor: Bangun Santoso

Tag:  #kiamat #ekonomi #dimulai #yang #terjadi #jika #iran #tutup #selat #hormuz #harga #bisa #meledak

KOMENTAR