



Pembelaan Fadli Zon Usai Panen Kritik soal Pemerkosaan Massal Mei 1998: Laporan TGPF Hanya Sebut Angka Tanpa Data Pendukung yang Solid
- Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon memberikan penjalan terkait pernyataan soal pemerkosaan massal pada Mei 1998. Menurutnya, peristiwa huru-hara yang terjadi pada 13-14 Mei 1998 menimbulkan silang pendapat, termasuk ada atau tidaknya pemerkosaan massal pada saat itu.
Bahkan, liputan investigatif sebuah majalah terkemuka tidak dapat mengungkap fakta-fakta kuat soal dugaan pemerkosaan massal pada Mei 1998.
"Laporan TGPF ketika itu hanya menyebut angka tanpa data pendukung yang solid baik nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian atau pelaku. Di sinilah perlu kehati-hatian dan ketelitian karena menyangkut kebenaran dan nama baik bangsa. Jangan sampai kita mempermalukan nama bangsa sendiri," kata Fadli Zon dalam akun media sosial X, Senin (17/6).
Politikus Partai Gerindra itu menegaskan, dirinya tidak mentolelir terhadap setiap bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan. Ia memastikan, pernyataannya tidak menghilangkan terhadap penderitaan korban Mei 1998.
"Sebaliknya, segala bentuk kekerasan dan perundungan seksual terhadap perempuan adalah pelanggaran terhadap nilai kemanusiaan paling mendasar, dan harus menjadi perhatian serius setiap pemangku kepentingan," ucap Fadli.
Mantan aktivis 98 itu menyatakan, dirinya hanya tidak ingin istilah perkosaan massal itu berdampak serius terhadap karakter bangsa. Sebab, setiap peristiwa yang terjadi harus berdasarkan fakta-fakta yang kuat.
"Pernyataan saya dalam sebuah wawancara publik menyoroti secara spesifik perlunya ketelitian dan kerangka kehati-hatian akademik dalam penggunaan istilah “perkosaan massal,” yang dapat memiliki implikasi serius terhadap karakter kolektif bangsa dan membutuhkan verifikasi berbasis fakta yang kuat," tegasnya.
Fadli Zon menyatakan sejarah perlu bersandar pada fakta-fakta hukum dan bukti yang telah diuji secara akademik dan legal. Karena itu, penting untuk berpegang pada bukti yang sudah teruji secara hukum dan akademik, sebagaimana lazimnya dalam praktik historiografi.
Ia tak menampik berbagai kejahatan terjadi di tengah kerusuhan 13-14 Mei 1998, termasuk kekerasan seksual. Namun terkait perkosaan massal perlu kehati-hatian karena data peristiwa itu tak pernah konklusif.
Meski demikian, mantan Wakil Ketua DPR RI itu menampik akan menghilangkan narasi perempuan dalam buku Sejarah Indonesia. Ia menegaskan, penulisan ulang buku Sejarah Indonesia untuk memperkuat peran dan kontribusi perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa.
"Dalam perkembangan penulisan hingga Mei 2025, pembahasan mengenai gerakan, kontribusi, peran, dan isu-isu perempuan telah diakomodasi secara substansial dalam struktur narasi sejarah. Tema-tema yang dibahas mencakup antara lain: kemunculan organisasi-organisasi perempuan pada masa kebangkitan nasional, termasuk Kongres Perempuan 1928 serta peran organisasi perempuan sebagai ormas; kontribusi perempuan dalam perjuangan diplomasi dan militer; dinamika perempuan dari masa ke masa; penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, hingga pemberdayaan dan kesetaraan gender dalam kerangka pembangunan berkelanjutan (SDGs)," paparnya.
Lebih lanjut, Fadli Zon mengajak masyarakat untuk terlibat dalam dialog secara sehat dan konstruktif, sebagai bagian dari upaya bersama membangun narasi sejarah Indonesia yang berkeadaban, berkeadilan, reflektif, dan terus berkembang. Ia juga menyatakan, kesiapan untuk berdialog secara langsung dengan berbagai kelompok masyarakat, untuk mendengarkan aspirasi dan masukan lebih lanjut.
"Prinsip keterbukaan, partisipasi publik, profesionalisme dan akuntabilitas tentu tetap menjadi dasar penyusunan sejarah. Kami akan melakukan diskusi publik yang terbuka untuk menerima masukan dari berbagai kalangan, termasuk para tokoh dan komunitas perempuan, akademisi, dan masyarakat sipil," tuturnya.
"Sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang tanggung jawab kita di masa kini dan masa depan. Karena itu, mari kita menjadikannya ruang bersama untuk membangun pembelajaran, empati, dan kekuatan pemersatu," imbuhnya.
Tag: #pembelaan #fadli #usai #panen #kritik #soal #pemerkosaan #massal #1998 #laporan #tgpf #hanya #sebut #angka #tanpa #data #pendukung #yang #solid