



Soal Tantangan Industri Pertahanan, Kemenhan Singgung TNI Enggan Pakai Produk Lokal
- Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengungkap sejumlah tantangan krusial yang dihadapi industri pertahanan nasional, salah satunya adalah minimnya keberpihakan pengguna, terutama TNI, terhadap produk dalam negeri.
“Yang membuat kita tidak cukup maju sampai sekarang adalah keengganan pengguna untuk menggunakan hasil produk dalam negeri," Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhan Marsekal Pertama TNI Arief Handoyo di pameran Indo Defence, Kamis (12/6/2025).
Sebagai perbandingan, Arief menyebut bagaimana China mampu membangun kekuatan industri pertahanannya secara konsisten sejak era 1970-an, meski awalnya kualitas produknya diragukan.
“Akan tetapi karena konsistensi dari pemerintahnya untuk industri pertahanan, mendukung industri pertahanan, kita lihat sekarang tahun 2025, kita lihat produk-produk dari Tiongkok tidak kalah dari produk lainnya," ujar dia.
Arief pun menekankan bahwa posisi Indonesia sebagai negara non-blok menuntut kemandirian, tetapi di saat yang sama juga membutuhkan kolaborasi internasional yang cermat.
Ia tidak memungkiri bahwa industri pertahanan sebuah negara tidak mungkin dapat berdiri sendiri, tetapi harus berkolaborasi dengan negara lain.
Arief melanjutkan, tantangan lain yang dihadapi industri pertahanan adalah pasar di Indonesia yang bersifat monopsoni atau hanya memiliki satu pembeli utama.
“Tantangan yang kita hadapi sekarang adalah untuk industri pertahanan yang dihadapi seluruh industri pertahanan Indonesia dalam negeri adalah bahwa produk-produk Litbang itu atau produk-produk industri pertahanan bersifat monopsoni, pasarnya tunggal, yaitu hanya TNI dan mungkin Polri," kata dia.
Arief menjelaskan bahwa kondisi ini menyulitkan pengembangan dan keberlanjutan industri pertahanan dalam negeri, terlebih ketika ekosistem industri, terutama pada level tier 3 (subkomponen) dan tier 4 (bahan baku), belum terbentuk dengan ideal.
“Yang memperparah itu, yang membuat semakin runyamnya permasalahan yang kita hadapi adalah ekosistem industri pertahanan belum terbentuk dalam wujud yang kita inginkan," kata Arief.
"Kita masih bergantung untuk komponen kritis dari penyediaan luar negeri," imbuh dia.
Arief juga menyinggung soal transfer teknologi yang seringkali tidak sebanding karena posisi tawar Indonesia belum cukup kuat.
Ia mencontohkan negara seperti India yang berhasil mendapatkan transfer teknologi besar dari Rusia karena membeli ratusan unit Sukhoi.
“Tapi kalau Indonesia hanya membeli sekitar dua skadron pesawat F-16 begitu, ya saya tidak yakin akan ada teknologi transfer," kata Arief.
Tag: #soal #tantangan #industri #pertahanan #kemenhan #singgung #enggan #pakai #produk #lokal