Gibran Abai Filosofi Lamun Siro Sekti Ojo Mateni, Pengamat: Kehilangan Ceruk Swing Voters
Cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar beradu gagasan dengan Cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka saat debat Capres-Cawapres keempat di JCC Senayan, Jakarta, Mnggu (21/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
16:00
25 Januari 2024

Gibran Abai Filosofi Lamun Siro Sekti Ojo Mateni, Pengamat: Kehilangan Ceruk Swing Voters

Pembahasan seputar pasca debat cawapres Pilpres 2024 yang berlangsung akhir pekan lalu masih jadi topik di publik. Sorotan tentu saja terarah kepada cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.

Gestur dan pernyataan-pernyataan Gibran masih jadi sorotan. Menurut pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, penampilan Gibran menjadi antiklimaks sekaligus antitesis bagi Gibran yang selama ini dipersonifikasi Jokowi.

Menurut Mikhael Bataona, debat cawapres kemarin membuat Gibran ditilik dari kajian akademik justru menghilangkan personifikasi Jokowi yang selama ini melekat kepada dirinya.

Mikhael Bataona jelaskan bahwa atraksi, gimik Gibran kepada dua paslon lain melunturkan citra dan personifikasi karakter Jokowi. Gibran kata Bataona sama sekali tidak tunjukkan jatidiri Jokowi yang punya filosofi hidup, Lamun siro sekti ojo mateni, yang artinya meskipun kamu sakti jangan suka menjatuhkan.

"Dari sana ia sedang melawan filosofi hidup ayahnya, yaitu, meskipun kamu sakti, janganlah suka menjatuhkan. Hal ini terjadi karena bagi publik, sebagai anak Jokowi, Gibran tidak bisa melepaskan diri dari karakter dan jatidiri ayahnya yang punya filosofi hidup, meski dirinya punya kekuasaan dan kesaktian, ia tidak akan menjatuhkan orang lain," jelasnya.

Gibran dijelaskan oleh Bataona justru menyerang dengan nuansa merendahkan Mahfud Md juga Muhaimin. Hal yang oleh publik dinilai kurang elok dan jauh dari standar etis juga berkaitan dengan tuduhan Gibran kepada Muhaimin.

Menyerang pribadi atau ad homminem, tidak diperbolehkan dalam debat. Faktanya, berkali-kali publik menilai bahwa Gibran seolah-olah merendahkan dua pasangan calon yang lain. Artinya dia justru menjadi antitesis dari ajaran dan filosofi hidup ayahnya, kata Mikhael Bataona.

Lebih lanjut kata Bataona, kondisi ini bisa merugikan elektabilitas paslon 02 di mata publik.

"Karena debat ini disaksikan secara telanjang oleh publik maka bisa dikatakan bahwa Gibran dan timnya gagal memaksimalkan debat semalam untuk menaikkan elektabilitas Prabowo-Gibran yang mulai stagnan alias mandek," ungkapnya.

"Jadi inilah kesalahan strategi Tim Prabowo-Gibran yang tidak menasehati Gibran untuk tampil elegan dan boleh menyerang tapi menyerang ide dan gagasan, bukan merendahkan dan menyerang pribadi lawan debat," tambahnya.

Kata Bataona, apa yang dilakukan Gibran memang akan mempertebal basis pemilih para pendukung 02, namun justru gagal menggaet pemilih baru dari ceruk pemilih mengambang yang masih cukup besar. [Antara]

Editor: Galih Prasetyo

Tag:  #gibran #abai #filosofi #lamun #siro #sekti #mateni #pengamat #kehilangan #ceruk #swing #voters

KOMENTAR