Kemendikti Wanti-Wanti Para Dosen agar Tak Kebablasan Demo Tukin: Jangan Sampai Coreng Marwah ASN
DOSEN ASN DEMO - Dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikti Saintek menggelar aksi demontrasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta, pada Senin (3/2/2025). Mereka menuntut pembayaran tunjangan kinerja (tukin) yang tak dibayarkan negara sejak 2020. Dosen ASN Kemendikti Saintek demo soal tukin yang tak kunjung cair, Sekretaris Kemendikti Saintek ingatkan jangan sampai kebablasan. 
20:36
3 Februari 2025

Kemendikti Wanti-Wanti Para Dosen agar Tak Kebablasan Demo Tukin: Jangan Sampai Coreng Marwah ASN

- Dosen aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) seluruh Indonesia menggelar aksi demo di depan Patung Kuda dekat pintu masuk Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada hari Senin (3/2/2025).

Mereka menuntut agar pemerintah memberikan kejelasan soal pencairan tunjangan kinerja (tukin) dosen tahun 2020-2024.

Selain itu, para dosen ASN tersebut juga menuntut pemerintah segera membayarkan tukin dari 2020-2024.

Mengenai hal ini, Sekretaris Kemendikti Saintek, Togar M Simatupang mewanti-wanti para dosen agar tidak kebablasan ketika menyampaikan aspirasi mengenai tukin yang tak cair tersebut.

Supaya tidak mencoreng marwah mereka sebagai seorang ASN.

"Jangan sampai penyampaian aspirasi kebablasan mencoreng marwah ASN karena tidak memperhatikan rambu-rambu regulasi," kata Togar saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Togar lantas mengatakan, polemik tunjangan kinerja 2020-2024 ini merupakan kenyataan menyakitkan yang harus diterima oleh para dosen.

Meski demikian, ia menilai masih banyak ruang perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dosen.

"Jujur, kenyataan ini menyakitkan tetapi kalau bisa memberikan saran, masih banyak ruang perbaikan yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dosen," kata dia. 

Selain itu, Togar juga menilai bahwa alasan tidak cairnya tunjangan kinerja para dosen telah begitu jelas. 

"Penyampaian aspirasi itu keniscayaan tetapi selalu ada cara yang lebih baik. Alasan mengapa tukin yang lalu 2020-2024 tidak bisa dicairkan sudah terang benderang," ujar dia.

Mengenai tukin ini, sebelumnya, Togar menyampaikan bahwa pemerintah memang akan mencairkannya pada 2025.

Namun dana tukin yang cair itu, tidak diberikan serta merta kepada semua dosen

"Ini (tukin) bukan otomatis, tetapi berdasarkan pada evaluasi kinerja. Diukur dulu kinerjanya dan dari kinerja itulah ditetapkan besaran tukin dan selisihnya terhadap tunjangan profesi."

"Ini adalah untuk PTN Satker dan PTN BLU yang belum memiliki remun," kata Togar, Jumat (31/1/2025). 

Togar mengatakan, pihaknya akan berupaya mencukupkan anggaran sebesar Rp2,5 triliun untuk memberikan tukin pada semua dosen ASN Kemendikti Saintek.

Dia berharap, ke depannya anggaran tukin Kemendikti Saintek akan bertambah dan bisa mencakup memberikan tukin untuk semua dosen

"Iya dicukupkan, sama dengan pengalaman dari kementerian lain dimulai dengan 80 persen dan 20 persen adalah ruang perbaikan yang bisa ditingkatkan sampai dengan 100 persen," ujar Togar.

Togar juga menegaskan, pihaknya tidak bisa membayarkan tukin sejak tahun 2020 karena kementerian terdahulu yakni Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tidak mengajukan alokasi anggaran tukin ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). 

"Iya, tidak bisa (dibayarkan tukin 2020-2024) kepatuhan parsial dan tutup buku, itu karena "ketidaksempatan" dari kementerian yang lalu. Itu fakta yang terjadi. Kecuali ada penjelasan lain yang lebih populi," ujarnya.

Dosen ASN Kemendikti Hanya Makan Sehari Sekali Imbas Tukin Tak Dibayar

Pembina Aliansi Dosen ASN Kemendikti Saintek Seluruh Indonesia (Adaksi), Fatimah mengatakan para dosen ASN Kemendikti Saintek hanya bisa makan sehari sekali, imbas tukin tak kunjung dicairkan. 

Bahkan, kata Fatimah, ada yang sampai ingin mengakhiri hidup mereka sendiri karena hal tersebut.

"Saya telah mendapatkan banyak masukan dari para dosen. Ada yang sampai mau bunuh diri, makan sehari sekali," kata Fatimah kepada awak media di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin.

Fatimah mengatakan, memang kebanyakan kalau baru diterima PNS gaji hanya Rp2 jutaan. Itu buat makan sehari-hari.

Dengan pendapatan tersebut, ia mempertanyakan bagaimana membayar rumah dan lainnya. 

"Jadi tidak layak sekali, gaji kita jauh di bawah UMR," terangnya. 

Karena hal tersebut, katanya, berdampak pada kinerja para dosen

"Dari segi pelanggaran integritas akademik. Mohon maaf perjokian, jasa-jasanya nggak jelas," kata Fatimah. 

"Rangking pendidikan kita lebih rendah dari negara lain karena dosen itu fokus cari sampingan," tandasnya. 

(Tribunnews.com/Rifqah/Rahmat Fajar) (Kompas.com)

Editor: Nuryanti

Tag:  #kemendikti #wanti #wanti #para #dosen #agar #kebablasan #demo #tukin #jangan #sampai #coreng #marwah

KOMENTAR