8 Hal Ini Sering Ditakuti Seseorang Saat Musim Natal Tiba, Salah Satunya Merindukan Orang yang Disayangi Tapi Sudah Tiada
Ilustrasi orang yang sedang merayakan Natal. (Freepik)
16:16
7 Desember 2024

8 Hal Ini Sering Ditakuti Seseorang Saat Musim Natal Tiba, Salah Satunya Merindukan Orang yang Disayangi Tapi Sudah Tiada

- Tinggal menghitung hari semua umat kristiani akan merayakan Natal, dimana semua keluarga dan kerabat berkumpul sambil menikmati momen liburan.

Perayaan Natal ini juga berdampingan dengan pergantian tahun baru masehi, sehingga momen ini bisa sangat meriah dan kesempatan untuk terhubung kembali setelah satu tahun sibuk dengan urusannya masing-masing.

Tapi meskipun ini adalah momen bahagia bagi mereka, ada pula yang merasa takut saat musim natal tiba, melansir dari laman Small Business Bonfire pada (07/12) biasanya mereka kerap memikirkan 8 hal ini :

1. Merindukan orang yang disayangi tapi sudah tiada

Musim Natal erat dengan kebersamaan, tapi bagi mereka yang kehilangan seseorang yang disayangi, ini bisa menjadi pengingat menyakitkan. Tradisi Natal dan kenangan momen bersama dapat membangkitkan rasa kehilangan teramat mendalam.

Kerinduan terhadap orang-orang terkasih yang tidak lagi bersama kita merupakan ciri umum di antara mereka yang saat musim Natal tiba. Psikologi memberi tahu bahwa kesedihan bisa menjadi lebih intens selama periode perayaan. Penting untuk diingat bahwa tidak masalah jika mengalami hal ini.

2. Sensasi stres yang luar biasa

Musim Natal seringkali identik dengan kegembiraan dan relaksasi bagi mereka yang merayakannya, tapi ada pula orang yang takut saat musim Natal tiba.

Tekanan untuk membeli hadiah, mendekorasi rumah, dan mengadakan pertemuan bisa menjadi beban yang sangat berat. Hal ini disadari bahwa bagi sebagian orang, Natal membawa gelombang tanggung jawab dan harapan yang dapat memicu tingkat stres cukup tinggi.

Memahami hal ini dapat membantu kita menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung selama musim Natal. Karena bagaimanapun juga, Natal dimaksudkan sebagai suasana kedamaian.

3. Meningkatnya kesepian

Bukan hal yang aneh jika musim Natal membangkitkan perasaan kesepian. Hal ini dirasakan oleh mereka yang tinggal jauh dari rumah, baik itu luar kota atau luar negeri.

Ketika semua orang pulang untuk merayakan Natal bersama keluarga, mereka hanya sendirian di kamar, memandang lampu, serta mendekorasi pohon Natal seindah mungkin.

Psikologi menunjukkan bahwa selama musim perayaan, perbedaan antara suasana umum perayaan dan perasaan kesendirian bisa sangat mencolok. Kesepian yang semakin parah ini adalah hal paling ditakuti saat musim Natal tiba.

4. Rutinitas yang terganggu

Ketika rutinitas sehari-hari kita terganggu, hal itu dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan tertekan. Selama musim Natal, hal ini sering kali diabaikan. Ada pesta yang harus dihadiri, mempersiapkan banyak makanan, dan perjalanan yang harus direncanakan.

Menurut sebuah penelitian, gangguan dalam rutinitas dapat menyebabkan penurunan persepsi kontrol terhadap lingkungan. Kurangnya kendali ini dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan selama musim Natal.

5. Stres karena keadaan finansial

Musim Natal sering kali dikaitkan dengan kemurahan hati, tapi semangat kebajikan ini harus dibayar mahal. Membeli hadiah, dekorasi pesta, dan makanan mewah dapat membebani dompet siapa pun.

Bagi mereka yang memiliki masalah keuangan, musim Natal dapat memperbesar kekhawatiran tersebut, sehingga menutupi keceriaan hari raya. Stres finansial dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan mental.

6. Masalah keluarga yang belum terselesaikan

Musim Natal sering kali berarti menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga, dan hal ini tidak selalu berdampak positif bagi semua orang. Masalah keluarga yang belum terselesaikan atau hubungan tegang dapat memengaruhi kemeriahan pesta.

Ikatan kekeluargaan yang tegang ini dapat menguras emosi, menyebabkan individu menghadapi luka lama, dan konflik. Memahami hal ini dapat mengingatkan kita untuk mendekati pertemuan keluarga dengan kepekaan dan kebijaksanaan, sehingga menciptakan ruang yang ramah bagi semua orang.

7. Tekanan untuk menjadi bahagia

Masyarakat seringkali melukiskan Natal sebagai saat yang penuhkebahagiaan. Tekanan terus-menerus untuk tampil bahagia padahal sebenarnya tidak bisa, menimbulkan perasaan terisolasi yang lebih dalam.

Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat berubah menjadi kecemasan dan kesusahan, membuat Natal tidak terasa seperti saat perayaan dan lebih seperti pertunjukan yang melelahkan.

8. Kelebihan sensorik

Saat musim Natal penuh dengan cahaya terang, musik keras, dan bau yang menyengat. Meskipun ledakan sensorik ini menambah suasana pesta bagi banyak orang, tapi bagi yang lainnya bisa sangat melelahkan.

Beberapa orang lebih peka terhadap masukan sensorik dibandingkan yang lain, dan kepekaan yang meningkat ini dapat membuat banyaknya pemandangan, suara, dan bau selama Natal terasa luar biasa.

Bagi mereka yang sangat sensitif terhadap rangsangan ini, serangan terus-menerus terhadap masukan sensorik terkait Natal dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kecemasan.

Alih-alih merasa tenggelam dalam semangat liburan Natal, mereka malah malah menjauh dari perayaan, mencari ketenangan untuk menghindari perasaan terlalu peka.

Mengutip dari laman Unicef, segala macam rasa takut ini sangat manusiawi. Perasaan ini juga bisa melindungi kita dari segala marabahaya, tapi jika sudah berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari maka perlu ada penanganan khusus.

Kamu bisa mengenali diri jauh lebih baik dan merefleksikan diri, karena Natal ini momen yang setahun sekali maka perlu dimaksimalkan dengan baik. Terkadang pikiran kitalah yang berlebihan, bahkan tidak sepenuhnya sama dengan keadaan aslinya.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #sering #ditakuti #seseorang #saat #musim #natal #tiba #salah #satunya #merindukan #orang #yang #disayangi #tapi #sudah #tiada

KOMENTAR