



Jarang Disadari, Ini 7 Ciri Orang yang Haus Validasi di Media Sosial, Salah Satunya Suka Over Sharing
- Di era digital seperti saat ini, media sosial yang telah mengubah cara manusia berinteraksi, berbagi informasi, dan menjalin hubungan dengan banyak orang.
Dengan platform-platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya, seseorang dapat terhubung dengan teman, keluarga, dan bahkan orang-orang di seluruh dunia dalam hitungan detik.
Meskipun memberikan kemudahan untuk memperluas jaringan sosial dan memperoleh akses cepat ke berita dan konten, media sosial juga memunculkan tantangan baru.
Risiko privasi, penyebaran informasi palsu, dan dampak negatif pada kesehatan mental menjadi masalah umum untuk penggunaan media sosial.
Bahkan penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membuat seseorang terus menerus mengejar validasi orang lain secara virtual.
Dilansir dari laman Geediting pada Sabtu (11/5), berikut ini beberapa tanda yang menunjukkan seseorang haus validasi media sosial tanpa disadari.
1) Membandingkan diri dengan orang lain
Tanda-tanda lain orang yang haus validasi di media sosial yakni terus-menerus membandingkan diri.
Unggahan yang dikurasi dengan sempurna dan foto-foto yang membuat iri dapat membuat Anda menebak-nebak perjalanan Anda sendiri.
Ketika Anda terlalu sibuk mengukur nilai Anda dengan tolok ukur orang lain, Anda akan melupakan apa yang benar-benar penting. Percayalah, tidak ada filter untuk menjalani kehidupan terbaik Anda secara otentik.
2) Terus terusan mencari ‘like’
Entah dengan cara membual tentang pencapaian terbaru atau berbagi momen yang sempurna, semua yang dibagikan hanyalah umpan untuk mendapatkan ‘likes’ dan komentar yang berharga.
Hidup untuk tanda suka yang diberika orang lain adalah salah satu cara untuk membangkitkan kegembiraan.
Namun, Kepercayaan diri yang sesungguhnya datang dari diri sendiri yang sebenarnya, bukan dari kontes popularitas virtual.
3) Terobsesi dengan penampilan yang sempurna
Terobsesi dengan kesempurnaan adalah tanda bahaya bagi para pencari validasi di media sosial.
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengkurasi bidikan yang sempurna, membuat caption yang sempurna, dan hanya berbagi sorotan kehidupan.
Mengejar kesempurnaan sering kali mengarah pada pengecekan realitas. Padahal, hidup bukanlah tentang foto yang sempurna, tetapi kepingan momen-momen yang berantakan dan tidak sempurna yang membuat kita menjadi manusia.
4) Memprioritaskan persona online di atas tanggung jawab di dunia nyata
Dominasi digital merupakan tanda paling jelas yang menunjukkan seseorang haus validasi. Ini berarti daya tarik validasi online lebih besar daripada tanggung jawab dan koneksi di dunia nyata.
Media sosial adalah sebuah alat, bukan penguasa. Mari gunakan dengan bijak, jaga agar tetap terkendali sehingga memperkaya dan bukannya menelan pengalaman dunia nyata kita.
5) Membagikan informasi pribadi secara berlebihan
Tanda yang samar dari orang yang haus validasi media sosial adalah berbagi informasi pribadi secara berlebihan.
Membagikan hal-hal kecil sehari-hari hingga emosi yang mendalam ditujukan untuk mencari koneksi, persetujuan, serta empati atau dukungan dari kerumunan online.
Namun, berbagi informasi secara berlebihan bisa menjadi bumerang. Hal ini mengaburkan batas-batas, membuat Anda terekspos pada penghakiman atau penyalahgunaan informasi.
Alih-alih menyiarkan kepada massa, fokuslah untuk membangun hubungan yang tulus dengan orang-orang yang benar-benar peduli. Ini adalah ikatan yang baik.
6) Menghindari interaksi di dunia nyata
Ironisnya, meskipun platform media sosial dimaksudkan untuk mendekatkan kita, mereka yang mengandalkannya untuk mendapatkan validasi mungkin akan menghindar dari hubungan di dunia nyata.
Media sosial menawarkan lingkungan yang terkendali, di mana interaksi dapat dikurasi dengan hati-hati dan tanggapan dibuat dengan cermat.
Sebaliknya, pertemuan di dunia nyata berantakan dan tidak dapat diprediksi, yang dapat menakutkan bagi para pencari validasi.
Namun, momen tatap muka inilah yang menumbuhkan hubungan dan empati yang tulus. Momen-momen ini mendorong kita untuk hadir, tulus, dan terbuka terhadap perspektif orang lain.
7) Mengalami perubahan suasana hati berdasarkan interaksi media sosial
Tanda-tanda lain dari mencari validasi melalui media sosial adalah ketika suasana hati seseorang berubah-ubah sesuai dengan interaksi yang ada.
Hal ini menunjukkan bahwa harga diri seseorang seolah terikat pada keinginan media sosial yang tidak dapat diprediksi, sebuah perjalanan yang sama sekali tidak mulus.
8) Takut ketinggalan
Fenomena psikologis yang dikenal sebagai "Fear of Missing Out" (FOMO) adalah perilaku yang paling sering ditunjukkan oleh orang yang mencari validasi melalui media sosial.
Melihat petualangan, pencapaian, atau sekadar menyaksikan orang lain bersenang-senang dapat menimbulkan perasaan dikucilkan dan kesepian.
FOMO menarik kita untuk tidak terlibat dengan pengalaman hidup yang sesungguhnya dan menghambat kemampuan kita untuk menghargai saat ini.
Itulah beberapa ciri yang menunjukkan bahwa seseorang haus validasi dan terus bergantung dengan interaksi di media sosial.
Di tengah era digital yang semakin marak, kontrol diri menjadi sangat penting agar dapat menggunakan media sosial dengan bijak dan tidak berlebihan
Tag: #jarang #disadari #ciri #orang #yang #haus #validasi #media #sosial #salah #satunya #suka #over #sharing