Jika Seseorang Memiliki 9 Tanda Ini, Mungkin Dia Berusaha Menjadi Influencer Di Media Sosial Menurut Psikologi
Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan modern.
Banyak orang menggunakannya untuk berbagi cerita, mengekspresikan diri, dan bahkan membangun karier.
Namun, ada juga mereka yang secara aktif mengejar pengaruh (influence) untuk mendapatkan pengakuan, perhatian, atau bahkan keuntungan finansial.
Menurut psikologi, ada beberapa tanda yang bisa mengindikasikan seseorang sedang berusaha keras menjadi sosok yang berpengaruh di media sosial.
Dilansir dari Geediting pada Sabtu (23/11), terdapat sembilan tanda tersebut:
1. Terobsesi dengan Jumlah Pengikut dan Likes
Seseorang yang ingin menjadi influencer biasanya sangat fokus pada angka-angka di media sosial, seperti jumlah pengikut, likes, dan komentar.
Mereka mungkin sering memeriksa statistik akun mereka, merasa senang saat angka-angka tersebut meningkat, dan kecewa saat stagnan atau menurun.
Menurut teori self-determination, validasi eksternal seperti ini dapat menggantikan kebutuhan internal akan penghargaan diri.
Contoh: Menghapus postingan yang tidak mendapatkan banyak likes atau komentar karena dianggap gagal memenuhi ekspektasi audiens.
2. Konsisten Membuat Konten yang Menarik Perhatian
Mereka cenderung menghabiskan banyak waktu memikirkan konsep dan membuat konten yang memiliki potensi viral.
Kreativitas mereka diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang relevan, menarik, atau sesuai dengan tren terkini.
Hal ini sering kali didorong oleh kebutuhan akan penerimaan sosial (social acceptance).
Contoh: Ikut serta dalam tantangan viral atau tren tertentu hanya untuk mendapatkan perhatian lebih.
3. Sering Memamerkan Kehidupan ‘Sempurna’
Media sosial sering digunakan untuk menunjukkan sisi terbaik kehidupan.
Mereka yang mengejar pengaruh sering memposting foto atau video yang menunjukkan kehidupan mewah, perjalanan eksotis, atau momen-momen sempurna.
Ini bertujuan menciptakan kesan bahwa hidup mereka layak untuk diikuti dan dijadikan inspirasi.
Pandangan Psikologi: Tindakan ini sering kali berakar pada fenomena impression management, di mana seseorang ingin membentuk citra tertentu di mata orang lain.
4. Menggunakan Strategi Hashtag dan Kolaborasi
Mereka yang serius mengejar pengaruh biasanya paham pentingnya algoritma dan strategi promosi.
Penggunaan hashtag populer, kolaborasi dengan sesama influencer, atau berinteraksi dengan akun besar lainnya adalah cara mereka untuk memperluas jangkauan audiens.
Contoh: Secara konsisten menggunakan hashtag seperti #viral, #influencer, atau #foryoupage pada setiap unggahan mereka.
5. Sangat Memperhatikan Tampilan Visual
Konten mereka biasanya dirancang dengan estetika yang menarik, termasuk pemilihan warna, komposisi gambar, dan kualitas editing yang tinggi.
Ini menunjukkan kesadaran bahwa daya tarik visual adalah salah satu faktor utama untuk menarik perhatian di media sosial.
Fakta Psikologi: Menurut penelitian, manusia secara alami lebih tertarik pada gambar atau video dengan estetika tinggi dibandingkan konten biasa.
6. Sering Membahas Topik Kontroversial atau Emosional
Untuk menarik perhatian, mereka mungkin membahas topik-topik yang kontroversial atau emosional, seperti isu sosial, pengalaman pribadi yang mengharukan, atau pandangan mereka terhadap suatu masalah.
Tujuannya adalah memicu reaksi dari audiens, baik berupa dukungan maupun debat.
Resiko Psikologis: Hal ini dapat memengaruhi keseimbangan mental mereka jika mendapatkan banyak kritik atau komentar negatif.
7. Menginvestasikan Waktu dan Uang untuk Media Sosial
Mereka yang mengejar pengaruh tidak ragu untuk berinvestasi, baik dalam bentuk uang untuk membeli perangkat pendukung seperti kamera dan software editing, maupun waktu untuk belajar strategi digital marketing.
Tanda: Mereka sering terlihat sibuk dengan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan konten, bahkan mengorbankan waktu untuk hal-hal lain.
8. Aktif Berinteraksi dengan Audiens
Mereka tidak hanya memposting konten, tetapi juga rajin membalas komentar, pesan, atau mengadakan sesi live streaming.
Interaksi ini dilakukan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan pengikut mereka, meningkatkan loyalitas, dan memperluas jangkauan.
Pendekatan Psikologi: Hal ini mencerminkan konsep parasocial relationship, di mana audiens merasa memiliki hubungan personal dengan figur publik meskipun interaksinya satu arah.
9. Mencari Validasi dari Komunitas Online
Mereka yang mengejar pengaruh sering kali merasa lebih percaya diri dan dihargai ketika mendapatkan dukungan dari pengikutnya.
Namun, di sisi lain, mereka juga lebih rentan terhadap perasaan rendah diri jika menerima kritik atau gagal mencapai ekspektasi.
Dampak Psikologis: Ketergantungan pada validasi online dapat menyebabkan kecemasan, stres, atau bahkan depresi jika tidak dikelola dengan baik.
Kesimpulan
Mengejar pengaruh di media sosial adalah fenomena yang semakin umum di era digital ini.
Namun, penting untuk memahami bahwa menjadi seorang influencer bukan hanya tentang mendapatkan perhatian, tetapi juga tentang bagaimana seseorang bisa memberikan dampak positif bagi orang lain.
Jika tanda-tanda di atas terlalu dominan, ada baiknya untuk merenungkan kembali motivasi di balik upaya tersebut agar tidak merugikan keseimbangan emosional dan kesehatan mental.
Media sosial adalah alat, bukan tujuan. Menggunakannya dengan bijak akan memberikan manfaat yang lebih besar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Tag: #jika #seseorang #memiliki #tanda #mungkin #berusaha #menjadi #influencer #media #sosial #menurut #psikologi