8 Perilaku Anak dari Keluarga 'Broken Home' yang Sering Terulang dalam Hubungan Dewasa Mereka, Menurut Psikologi
Ilustrasi- Seseorang dari keluarga yang bercerai. (freepik)
12:18
11 November 2024

8 Perilaku Anak dari Keluarga 'Broken Home' yang Sering Terulang dalam Hubungan Dewasa Mereka, Menurut Psikologi

 

Perceraian orang tua adalah pengalaman yang dapat meninggalkan dampak mendalam bagi anak-anak yang mengalaminya.

Meskipun mereka mungkin tidak menyadarinya, pengalaman tersebut seringkali membentuk cara mereka berhubungan dengan orang lain, terutama dalam hubungan romantis saat dewasa.

Menurut psikologi, pola perilaku yang terbentuk dari tumbuh dalam keluarga bercerai dapat terus memengaruhi dinamika hubungan mereka sepanjang hidup.

Dalam artikel ini, melansir Blog Herald, kita akan membahas delapan perilaku umum yang sering terulang pada individu yang berasal dari keluarga bercerai atau 'broken home', dan bagaimana pola-pola ini mempengaruhi hubungan mereka di masa depan.

1. Ketakutan terhadap Komitmen

Anak dari keluarga bercerai sering mengalami ketakutan terhadap komitmen. Mereka melihat perceraian sebagai bukti bahwa hubungan bisa saja berakhir kapan pun, sehingga sulit bagi mereka untuk benar-benar berkomitmen pada satu hubungan jangka panjang.

2. Kesulitan dalam Komunikasi

Perceraian seringkali menciptakan komunikasi yang tidak sehat di antara orang tua. Anak yang menyaksikan pola komunikasi negatif ini dapat tumbuh dengan kesulitan dalam mengekspresikan perasaan atau menyampaikan kebutuhan secara terbuka kepada pasangan mereka.

3. Masalah Kepercayaan

Masalah kepercayaan adalah dampak umum bagi anak-anak yang tumbuh di keluarga bercerai. Mereka sering merasa bahwa kepercayaan itu rapuh, sehingga mereka mungkin kesulitan mempercayai pasangan sepenuhnya dan selalu merasa curiga atau cemas terhadap kesetiaan pasangan.

4. Harapan yang Terlalu Tinggi

Anak-anak dari keluarga bercerai bisa saja memiliki harapan tinggi terhadap hubungan, mencari kepastian dan kestabilan yang kurang mereka dapatkan saat kecil. Harapan ini bisa menjadi beban bagi pasangan mereka, dan ketika harapan tersebut tidak terpenuhi, mereka mudah merasa kecewa.

5. Takut terhadap Konflik

Karena menyaksikan pertengkaran atau konflik dalam keluarga, anak dari keluarga bercerai sering merasa takut akan konflik. Mereka bisa menghindari konfrontasi atau bahkan mengorbankan kebutuhannya sendiri demi menghindari ketegangan dalam hubungan.

6. Pergumulan dengan Perasaan Kepada Diri Sendiri

Perceraian orang tua dapat mempengaruhi perasaan kepada diri sendiri pada  seorang anak. Mereka bisa merasa tidak cukup berharga atau bahkan menyalahkan diri sendiri atas perceraian tersebut. Hal ini bisa mengakibatkan pergumulan dengan rasa diri dan sulitnya membangun kepercayaan diri dalam hubungan.

7. Kesulitan dengan Keintiman

Kedekatan emosional bisa menjadi tantangan bagi anak dari keluarga bercerai. Mereka mungkin merasa sulit terbuka sepenuhnya atau takut terluka sehingga memilih untuk menjaga jarak emosional, yang kemudian mempengaruhi kemampuan mereka untuk terlibat dalam hubungan yang intim.

8. Pola Hubungan yang Tidak Stabil

Anak-anak dari keluarga bercerai mungkin mengulangi pola hubungan yang tidak stabil, seperti hubungan yang putus-sambung. Ketidakpastian ini bisa jadi refleksi dari apa yang mereka lihat semasa kecil, di mana mereka menyaksikan hubungan orang tua yang tidak stabil atau berakhir dalam perceraian.

Memahami dampak psikologis dari perceraian orang tua dapat membantu individu mengenali pola perilaku yang mungkin menghambat hubungan mereka. Dengan kesadaran dan upaya untuk mengatasi pola-pola ini, mereka bisa mulai membangun hubungan yang lebih sehat dan stabil.

Dukungan dari pasangan serta langkah untuk mengembangkan diri menjadi kunci untuk mencapai keseimbangan emosional dalam hubungan dewasa.

  ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #perilaku #anak #dari #keluarga #broken #home #yang #sering #terulang #dalam #hubungan #dewasa #mereka #menurut #psikologi

KOMENTAR