Solomon Paradox: Bijak pada Orang Lain, tapi Bingung pada Masalah Sendiri, Kok Bisa Terjadi? Begini Penjelasannya!
Ilustrasi ketika seseorang lebih bijaksana menasehati orang lain, tapi tidak dengan diri sendiri./ Sumber foto : Pexels/SHVETS production
10:04
17 Maret 2024

Solomon Paradox: Bijak pada Orang Lain, tapi Bingung pada Masalah Sendiri, Kok Bisa Terjadi? Begini Penjelasannya!

 

 

 Pernahkah Anda merasa bahwa memberikan nasehat ke orang lain itu nampak begitu bijak dari pada menyelesaikan masalah sendiri?

Begitulah yang disebut Igor Grossman atau solomon paradox, ketika kita merasa lebih lihai berkata bijak pada orang lain, dari pada menuntaskan masalah sendiri.

Seolah-olah solomon paradox ini memperlihatkan pertentangan pada diri seseorang, yang bijak ke masalah orang lain tapi tidak bijak ke diri sendiri.

Igor Grossman menjelaskan mengenai paradoks kebijaksanaan ini melalui artikel dengan judul “Exploring Solomon’s Paradox: Self-Distancing Eliminates the Self-Other Asymmetry in Wise Reasoning About Close Relationships in Younger and Older Adults” dan dipublikasikan pada jurnal “Psychological Science.”

Asal muasal solomon paradox

Dikutip dari artikel jurnal karya Igor Grossman tersebut, dijelaskan bahwa paradoks ini berakar dari kisah Raja Solomon, yakni raja Yahudi Israel ketiga.

Sang ilmuwan psikologi asal Universitas Waterloo tersebut banyak terinspirasi ide tentang paradoks itu dari cerita-ceria Raja Solomon.

Raja ini digambarkan sebagai pemimpin yang teladan, bijaksana dan terkenal di berbagai penjuru negeri.

Bahkan tak sedikit orang yang bersusah payah melakukan perjalanan yang jauh hanya demi mendapatkan nasihat dari sang raja.

Orang-orang merasa sangat terbantu dengan berbagai nasihat yang diberikan oleh sang raja.

Meskipun raja ini nampak bijak memberikan nasihat ke orang lain, namun ia justru gagal memberikan keputusan bagi dirinya sendiri.

Dikutip dari psychologicalscience.org, diktakan bahwa sang raja ini memiliki kehidupan pribadi yang berantakan. Pasalnya, segala kuputusannya buruk dan dipenuhi nafsu yang tak terkendali.

Ia memiliki ratusan istri dan selir, serta menggilai harta kekayaannya yang melimpah. Hingga pada akhirnya ia lupa mendidikn putra satu-satunya yang tumbuh menjadi seorang tiran.

Melalui darah dagingnya sendirilah kerajaannya hancur akibat sang raja tak dapat menyelesaikan masalah dalam keluarganya sendiri.

Dari sinilah yang kemudian disebut sebagai paradoks, bahwa dalam satu sisi ia sangat nampak bijak ke orang lain, namun ia justru kepayahan dengan dirinya sendiri.

Mengapa bisa terjadi?

Lantas barangkali muncul sebuah pertanyaan mengapa seseorang mengalami solomon paradox?

Melalui artikelnya, Grossmann menjelaskan dua hal yang perlu diperhatikan, yakni self-distancing dan self-immersed.

Kita bisa sangat bijak dengan masalah orang lain karena kita mengambil jarak atas masalah tersebut, yakni self-distancing.

Dengan kata lain, kita lebih rasional, lebih objektif dan mampu menilai dengan baik atas masalah orang lain sehingga menemukan solusi yang lebih bijak.

Sedangkan kita lebih kacau mengatasi masalah sendiri karena kita cenderung egosentris pada diri sendiri, yang kemudian disebut self-immersed.

Kita terlalu fokus pada diri sendiri, terlalu subjektif, hingga kita tak mampu menyelesaikan masalah sendiri dengan lebih bijak.

Oleh karenanya, dalam dua kondisi ini seseorang mengalami solomon paradox, yang lebih bijak mengatasi masalah orang lain dan bingung dengan masalah sendiri.

 

***

 

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #solomon #paradox #bijak #pada #orang #lain #tapi #bingung #pada #masalah #sendiri #bisa #terjadi #begini #penjelasannya

KOMENTAR