Kisah Dyah Erafatih, Lansia di Panti Werdha Mantan Guru Bahasa Jepang
– Suara Dyah Erafatih (73) terdengar lantang ketika ia ikut bernyanyi di tengah keramaian aula Panti Werdha Wisma Mulia dalam momen perayaan Hari Ibu.
Nada suaranya penuh semangat, seolah usia tak menjadi batas untuk menikmati momen kebersamaan.
Di balik senyum hangatnya, Dyah menyimpan perjalanan hidup panjang yang melintasi daerah, negara, hingga peran yang beragam.
Sudah dua tahun terakhir Dyah menetap di Panti Werdha Wisma Mulia, Jakarta Barat.
Perempuan asal Pamekasan, Madura, ini bukan sosok yang asing dengan kehidupan merantau. Jauh sebelum tinggal di panti, ia telah menjalani hidup yang dinamis, berpindah tempat, bekerja, belajar, dan mengajar.
Kehidupan baru setelah kehilangan
Keputusan Dyah untuk tinggal di panti bukanlah hal yang mudah. Kehilangan pasangan hidup menjadi titik balik yang mengubah arah hidupnya.
Momen perayaan Jernih Berbagi Charitrip Spesial Hari Ibu di Panti Werdha Wisma Mulia, Jakarta Barat, bersama Kompas.com dan Tim Volunteer Generasi Jernih, Senin (22/12/2025).
“Saya di sini sejak dua tahun lalu, sekamar ada 2 orang sekarang, tadinya bertiga. Semenjak suami saya meninggal tahun 2018, saya enggak tahan sendirian,” kata Dyah dalam acara Jernih Berbagi Charitrip Spesial Hari Ibu, di Panti Werdha Wisma Mulia, Senin (22/12/2025).
Kesendirian setelah kepergian sang suami membuat Dyah mencari ruang baru untuk bertahan.
Di Panti Werdha Wisma Mulia, ia menemukan lingkungan dengan banyak teman sebaya, tempat berbagi cerita, tawa, dan aktivitas harian.
Jejak merantau hingga Negeri Sakura
Meski kini tinggal di panti, Dyah bukanlah sosok yang hidupnya hanya berkutat di satu tempat.
Ia telah lama meninggalkan kampung halamannya di Madura dan menjalani kehidupan merantau.
Salah satu pengalaman penting dalam hidup Dyah adalah saat ia tinggal di Jepang. Ia menyebut Asakusa sebagai salah satu lokasi yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.
“Saya pernah ke Jepang, tepatnya di Asakusa dan 2 tahun di sana, tahun 2018 sampai 2020. Saya kerja sambil sekolah di sana,” ujarnya.
Dua tahun di Jepang menjadi masa yang penuh tantangan sekaligus pembelajaran. Bekerja sambil sekolah di negeri orang menuntut kedisiplinan dan keberanian, sesuatu yang membentuk Dyah menjadi pribadi yang tangguh.
Mengajar Bahasa Jepang di Jakarta
Pengalaman Dyah tidak berhenti di Jepang. Jauh sebelum mengunjungi Jepang, ia sempat menekuni profesi sebagai guru bahasa Jepang di Jakarta.
“Guru bahasa Jepang kira-kira 3 tahun di Jakarta yang sekolahnya depan Gambir buat SMA. Ya dulu ngajarnya enggak mudah,” kata Dyah.
Mengajar bahasa asing bagi pelajar SMA bukan perkara sederhana. Dyah harus berhadapan dengan perbedaan kemampuan murid, tuntutan kurikulum, serta dinamika kelas remaja.
Meski tidak mudah, pengalaman itu menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya.
Hari-hari aktif di panti werdha
Momen perayaan Jernih Berbagi Charitrip Spesial Hari Ibu di Panti Werdha Wisma Mulia, Jakarta Barat, bersama Kompas.com dan Tim Volunteer Generasi Jernih, Senin (22/12/2025).
Kini, rutinitas Dyah dijalani di lingkungan panti. Ia mencoba menerima kehidupan apa adanya, dengan segala keterbatasan dan kesempatan yang ada.
“Seneng enggak seneng. Puas atau enggak puas, harus puas. Di sini temannya banyak, banyak kegiatan seperti ikut Taekwondo,” ujarnya.
Bernyanyi menjadi pelarian sekaligus kebahagiaan tersendiri bagi Dyah. Bahkan ia tak ragu untuk menyumbangkan suara paling bersemangatnya.
Bukan cuma itu, ia bersama para lansia lainnya juga kerap mencari aktivitas lainnya untuk mengisi kekosongan waktu.
“Kadang kita cari aktivitas sendiri atau kalau ada acara baru ada aktivitas pagi,” terang dia.
Mimpi yang masih tersimpan
Di usia senjanya, Dyah tetap menyimpan mimpi yang belum terwujud. Salah satunya adalah keinginannya bermusik. Bahkan ia punya sosok idola tersendiri yaitu, boyband dari Irlandia, Westlife
“Ada, saya dari dulu pengen banget nge-band. Dari dulu pengen main gitar tapi enggak kesampaian. Tapi Westlife jadi idola saya,” katanya.
Selain bermusik, Dyah juga masih memendam impian untuk menjelajah Eropa. Mengunjungi keindahan kota Paris dengan Menara Eiffel dan juga mengelilingi Italia yang penuh budaya.
“Saya pengen banget ke Eropa, ke Paris dan Italia,” ujarnya.
Pesan untuk generasi muda
Pengalaman hidup yang panjang membuat Dyah ingin meninggalkan pesan bagi generasi muda. Pesan itu sederhana, namun lahir dari perjalanan hidup yang penuh liku.
“Anak muda jangan patah semangat, harus berjuang. Jangan mudah menyerah,” kata Dyah.
Dari Pamekasan hingga Jepang, kisah Dyah Erafatih menjadi potret bahwa semangat belajar, bermimpi, dan berbagi cerita tak pernah mengenal usia.
Tag: #kisah #dyah #erafatih #lansia #panti #werdha #mantan #guru #bahasa #jepang