Ketahui, Perbedaan Gaslighting dengan Playing Victim
Mengetahui apa itu gaslighting bisa menyelamatkan seseorang dari orang yang manipulatif.(pressfoto/ Freepik)
12:05
17 Desember 2025

Ketahui, Perbedaan Gaslighting dengan Playing Victim

- Istilah “gaslighting” dan “playing victim” jadi sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama ketika sedang terjadi konflik emosional.

Keduanya sama-sama bisa membuat seseorang merasa bersalah dan tertekan. Akan tetapi, gaslighting dan playing victim memiliki arti dan tujuan yang berbeda.

Perbedaan gaslighting dan playing victim

Apa itu gaslighting dan playing victim?

Pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M.Psi. Psikolog, menerangkan, gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang dapat membuat orang lain merasa bersalah, bahkan sampai meragukan diri sendiri.

Lebih lanjut, psikolog Niro Feliciano, LCSW, dalam pemberitaan Kompas.com pada Rabu (17/9/2025) menuturkan, pelaku gaslighting sering berbohong dan meragukan realitas korban, sehingga korban mulai mempertanyakan pengalaman dan persepsi mereka.

“Untuk playing victim, ini adalah ketika kita merasa selalu menjadi korban. Apapun yang terjadi, kita yang selalu disalahkan,” ungkap Fitri saat dihubungi pada Selasa (16/12/2025).

Tujuan gaslighting dan playing victim

Tujuan seseorang melakukan gaslighting

Tujuan seseorang melakukan gaslighting adalah agar orang lain mengambil tanggung jawab atas permasalahan yang sedang terjadi. Padahal, masalah disebabkan oleh mereka.

Inilah mengapa korban bisa meragukan diri sendiri lantaran mereka meragukan ingatan, kewarasan, dan kemampuan untuk membedakan fakta.

Mereka bisa mengalami ketidakamanan yang mendalam, penurunan rasa percaya diri, dan mulai bergantung pada pelaku untuk mengonfirmasi persepsi mereka sendiri.

Tujuan seseorang melakukan playing victim

“Tujuan dari playing victim adalah untuk mendapatkan simpati dari orang lain,” kata Fitri.

Menurut buku “Family Constellation” karya Meilinda Sutanto, playing victim dijadikan sebagai sarana untuk mencari perhatian, serta mengontrol pikiran dan perasaan orang lain, demi mendapat belas kasihan.

Melempar tanggung jawab dan mencari simpati

Fitri menjelaskan, orang-orang yang meng-gaslight orang lain supaya mengambil tanggung jawab mereka, didasarkan pada rasa takut.

Mereka takut untuk mengambil tanggung jawab atas permasalahan yang terjadi karena takut untuk dikritik oleh orang lain.

“Mereka ingin banget citra diri mereka itu benar-benar yang bagus banget di mata orang lain. Mereka ingin terlihat kompeten, jadi mereka ingin terlihat sempurna. Mereka enggak mau ada kesalahan sama sekali,” tutur dia.

Ketika orang-orang tersebut melihat situasi atau permasalahan yang disebabkan olehnya, mereka akan melakukan gaslighting ke orang lain, entah itu pasangan, anggota keluarga, teman, maupun rekan kerja.

“Dan akhirnya, ini membuat orang lain jadi mengambil tanggung jawab atas kesalahan itu, sedangkan citra diri dia tetap bersih dan positif,” ujar Fitri.

Ilustrasi stres. freepik.com Ilustrasi stres.
Sementara pada orang-orang yang suka playing victim, mereka berusaha mencari simpati karena berbagai faktor.

Di antaranya adalah pernah melakukan hal serupa di masa lalu dan berhasil, atau tipe kepribadiannya memang selalu berusaha untuk mencari perhatian orang lain.

“Mereka mencari perhatian dengan cara yang sehat, tapi enggak mendapatkan perhatian yang mereka inginkan,” tutur Fitri.

Kemudian, tanpa disadari, mereka pernah melakukan playing victim alias mencari perhatian dengan cara yang salah, tetapi justru mendapatkan perhatian dari orang lain.

“Dari situ, akhirnya dia punya rumus kehidupan, ‘Ketika aku ingin mendapatkan perhatian atau dukungan dari orang lain, berarti aku harus melakukan itu’,” kata Fitri.

Menurut dia, playing victim adalah sesuatu yang dipelajari, yang dianggap sebagai sesuatu yang wajar oleh orang-orang tersebut, meskipun kenyataannya tidak wajar.

“Wajar bagi dia untuk melakukan hal itu karena mereka merasa perlu dilakukan. Playing victim bisa memenuhi kebutuhan dia, yaitu mendapatkan dukungan dan perhatian dari orang lain,” jelas Fitri.

Contoh perilaku gaslighting

Ada beberapa contoh perilaku yang termasuk sebagai gaslighting. Di antaranya adalah jenis koersi dan trivializing.

Pertama adalah perilaku gaslighting jenis koersi, yakni perilaku yang melibatkan paksaan atau ancaman, baik verbal, emosional, fisik, maupun finansial.

Contohnya adalah teman yang cemburu memilih diam setiap kali kamu menghabiskan waktu dengan orang lain.

Ada pula jenis trivializing atau meremehkan perasaan korban, misalnya dengan mengatakan, “Kamu terlalu sensitif” atau, “Kamu gila”.

Jenis trivializing bisa terjadi dalam ranah pekerjaan. Contohnya adalah ketika kamu meminta untuk dibayar lembur, tetapi bos meresponsnya dengan menyindir. “Apakah kamu pikir kamu lebih baik dari yang lain”.

Contoh perilaku playing victim

Untuk perilaku playing victim, contohnya adalah merasa menjadi orang yang paling lemah karena merasa tidak mampu, sehingga sering kali berusaha untuk menghindar dari tanggung jawab.

Contoh lainnya adalah selalu membandingkan diri dengan orang lain dengan cara yang negatif. Padahal, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Tag:  #ketahui #perbedaan #gaslighting #dengan #playing #victim

KOMENTAR