MPASI di Masa Bencana, AIMI Gunakan Dapur PMBA untuk Bantuan Gizi
Kondisi warga di pengungsian saat mendapatkan bantuan dari donatur(KOMPAS.com/MIFTAHUL HUDA)
21:25
5 Desember 2025

MPASI di Masa Bencana, AIMI Gunakan Dapur PMBA untuk Bantuan Gizi

Penyaluran Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) bagi bayi dan balita terdampak bencana memerlukan prosedur yang ketat agar aman dan tepat sasaran.

Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menegaskan bahwa dapur PMBA menjadi tulang punggung dalam memastikan setiap porsi MPASI yang didistribusikan layak konsumsi, aman, dan sesuai kebutuhan usia anak.

Ketua Divisi SDM AIMI Pusat sekaligus pengurus AIMI Sumbar, Ria Oktorina, menjelaskan, seluruh MPASI yang dibagikan dimasak di dapur internal AIMI sesuai standar PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak).

“Kami tidak menerima MPASI jadi dari masyarakat. Setiap makanan yang keluar dari dapur dibuat pada hari yang sama, dikemas dengan label usia dan waktu konsumsi, serta didistribusikan oleh relawan. Dengan sistem ini, kami memastikan MPASI aman, layak, dan sesuai kebutuhan bayi dan balita terdampak,” ujar Ria saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (5/12/2025).

Standar keamanan dan distribusi tepat sasaran

Ria menjelaskan bahwa distribusi MPASI dilakukan dengan koordinasi ketat bersama posko pengungsian, Puskesmas, tenaga gizi, dan kader posyandu.

Mekanisme ini memastikan bantuan diterima oleh bayi dan balita yang benar-benar membutuhkan, serta menghindari tumpang tindih atau kesalahan sasaran.

Bantuan MPASI diberikan dalam bentuk menu khusus sesuai usia, mulai dari 6–9 bulan, 9–12 bulan, hingga di atas 1 tahun.

warga membantu memasak di dapur umum BAZNAS yang didirikan di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Danu Ridho Prasetyo warga membantu memasak di dapur umum BAZNAS yang didirikan di Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Selain MPASI, AIMI menyiapkan kudapan, buah, dan air minum dalam wadah aman dengan label waktu konsumsi.

Pendampingan gizi dan edukasi singkat kepada orangtua juga dilakukan agar praktik PMBA tetap terjaga meski dalam situasi darurat.

Beberapa dapur AIMI bahkan bekerja sama dengan Puskesmas dan kader lokal agar pendampingan tetap berkelanjutan setelah relawan meninggalkan lokasi.


Fokus donasi uang, bukan donor ASI

Ria menekankan, AIMI tidak membuka layanan donor ASI selama tanggap bencana.

Proses donor ASI membutuhkan skrining kesehatan, penyimpanan khusus, dan prosedur yang hanya dapat dijalankan oleh Bank ASI atau rumah sakit.

“Dalam situasi bencana, prosedur ini sering tidak memungkinkan. Praktik yang dapat dilakukan adalah wet nursing, di mana bayi yang membutuhkan ASI dapat disusui oleh ibu menyusui lain di lokasi pengungsian, atau melalui pendampingan relaktasi agar ibu kandung bisa kembali menyusui bayinya,” jelasnya.

Karena itu, program donasi AIMI berfokus pada penyediaan MPASI serta pendampingan menyusui bagi ibu yang membutuhkannya.

Donasi dalam bentuk uang dipilih untuk menjaga keamanan dan kualitas MPASI, mulai dari pemilihan bahan, proses memasak, pengemasan, hingga pendistribusian sesuai prinsip PMBA.

Dengan sistem ini, setiap porsi MPASI yang diterima bayi dan balita terdampak bencana benar-benar aman, sesuai kebutuhan usia, dan layak diberikan dalam kondisi darurat.

Kolaborasi dan dukungan masyarakat

AIMI Sumbar bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bantuan tepat sasaran, termasuk Puskesmas, lembaga filantropi, komunitas lokal, dan mahasiswa relawan. Kolaborasi ini mempermudah proses memasak, pendataan, dan distribusi MPASI.

“Masyarakat yang ingin mendukung bisa berdonasi melalui mekanisme resmi AIMI agar bantuan tetap terjamin kualitasnya,” tambah Ria.

Tag:  #mpasi #masa #bencana #aimi #gunakan #dapur #pmba #untuk #bantuan #gizi

KOMENTAR