Kecerdasan Tidak Dipengaruhi Usia, Inilah 9 Ciri Seseorang yang Dapat Memaksimalkan Kemampuan Emosional Agar Lebih Baik
Ilustrasi ciri seseorang yang dapat memaksimalkan emosional. (Freepik)
08:52
3 Desember 2025

Kecerdasan Tidak Dipengaruhi Usia, Inilah 9 Ciri Seseorang yang Dapat Memaksimalkan Kemampuan Emosional Agar Lebih Baik

emosional. Kita semua tahu orang-orang yang justru menjadi lebih getir, lebih kaku, dan lebih tertutup seiring bertambahnya usia.

Namun, ada juga yang tampaknya semakin dewasa seiring bertambahnya usia. Mereka menjadi lebih membumi, lebih tangguh, dan lebih damai dengan diri sendiri dan dunia. 

Mereka menghadapi kemunduran yang bisa menghancurkan diri mereka yang lebih muda dengan ketenangan yang nyaris anggun.

Ini bukan sesuatu yang Anda miliki sejak lahir. Ini adalah kualitas yang Anda kembangkan, seringkali melalui coba-coba, terkadang dengan susah payah. 

Namun begitu Anda mulai mengembangkannya, kualitas-kualitas itu akan berkembang seiring waktu, membuat setiap tantangan berikutnya sedikit lebih mudah diatasi daripada sebelumnya.

Dilansir dari Geediting, inilah sepuluh sifat yang tampaknya muncul secara konsisten pada orang-orang yang menjadi lebih tangguh secara emosional seiring bertambahnya usia.

1. Menjalin Hubungan yang Sehat

Saat masih muda, setiap kegagalan terasa seperti bencana karena kita belum punya bukti bahwa kita bisa bertahan dan pulih. 

Namun, orang-orang yang semakin kuat seiring bertambahnya usia telah berkali-kali gagal sehingga tahu bahwa kegagalan itu tidak fatal.

Mereka kehilangan pekerjaan dan menemukan pekerjaan baru. Mereka pernah ditolak dan pindah. 

Mereka pernah membuat kesalahan dan belajar darinya. Setiap kegagalan menambah portofolio ketahanan mereka.

Orang yang kuat secara emosional tidak menghindari risiko karena mereka mungkin gagal.

Mereka mengambil risiko yang terukur karena tahu bahwa kegagalan hanyalah umpan balik, bukan vonis atas nilai mereka sebagai manusia.

2. Belajar Menghadapi Ketidaknyamanan

Ketika sesuatu yang tidak nyaman muncul, seperti percakapan yang sulit atau situasi yang tidak pasti, naluri kebanyakan orang adalah menghindarinya. 

Mengalihkan perhatian. Menghilangkannya dengan pekerjaan, makanan, alkohol, atau menggulir layar tanpa henti.

Orang-orang yang semakin kuat seiring bertambahnya usia telah belajar untuk melakukan yang sebaliknya. 

Mereka duduk dengan ketidaknyamanan. Belajar untuk tetap hadir dengan emosi-emosi yang tidak nyaman, entah itu kecemasan, kesedihan, rasa malu, atau ketakutan, membangun kekuatan emosional. 

Anda menemukan bahwa perasaan tidak akan menghancurkan Anda jika Anda membiarkannya ada. Perasaan itu muncul, memuncak, lalu berlalu.

3 Memegang Kendali Atas Kebahagiaan Diri

Inilah sesuatu yang butuh waktu lama untuk saya pahami: tidak ada orang lain yang bertanggung jawab untuk membuat Anda bahagia. 

Bukan pasanganmu. Bukan anak-anakmu. Bukan atasanmu, bukan teman-temanmu, bukan pula keadaanmu.

Orang-orang yang menjadi lebih kuat secara emosional seiring bertambahnya usia berhenti menunggu kondisi eksternal menjadi sempurna sebelum mereka merasa puas. 

Mereka menyadari bahwa kebahagiaan sebagian besar merupakan pekerjaan batin.

Ini bukan berarti mereka menjadi penyendiri atau berhenti peduli dengan hubungan dan keadaan. 

Melainkan, mereka berhenti menjadikan orang lain sebagai sandera demi kesejahteraan emosional mereka. 

Mereka berhenti berpikir, "Aku akan bahagia ketika..." dan mulai menemukan cara untuk memupuk kedamaian dan kepuasan di mana pun mereka berada.

Mengambil alih kendali atas kondisi emosional Anda itu membebaskan. Hal itu mengembalikan kendali ke tangan Anda.

4. Berdamai dengan Keterbatasan

Masa muda seringkali tentang membuktikan apa yang bisa kamu lakukan. Usia adalah tentang menerima apa yang tidak bisa kamu lakukan.

Namun, orang-orang yang tumbuh lebih kuat secara emosional belajar bahwa mengakui keterbatasan bukanlah kelemahan. 

Melainkan kebijaksanaan. Anda tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Anda tidak bisa unggul dalam setiap keterampilan. 

Anda memiliki titik buta dan kelemahan, dan itu wajar saja. Melawan keterbatasan ini menguras energi yang seharusnya bisa digunakan untuk bekerja dengan atau di sekitarnya.

5. Mempertahankan Keingintahuan

Perhatikan bagaimana sebagian orang tua menjadi terpaku pada cara mereka, yakin mereka tahu segalanya, dan tidak mau mempertimbangkan sudut pandang baru? Itu bukan kekuatan emosional. 

Itu sikap defensif yang menyamar sebagai rasa percaya diri. Orang yang benar-benar tumbuh lebih kuat seiring bertambahnya usia tetap ingin tahu. 

Mereka bersedia mempertimbangkan kembali keyakinan yang telah lama dipegang. Mereka bertanya. Mereka mengakui ketika mereka tidak tahu sesuatu.

Rasa ingin tahu itu, kemauan untuk memeriksa diri sendiri dan berubah, membutuhkan kekuatan emosional yang nyata. Jauh lebih mudah untuk mengakar dalam pandangan dunia Anda yang sudah ada.

Namun, tetap terbuka dan ingin tahu membuat Anda tetap terlibat dalam kehidupan. Itu berarti Anda masih bertumbuh, masih belajar, masih berevolusi. 

Di situlah ketahanan emosional berperan. Mengutamakan Koneksi yang Bermakna. Ada yang berubah seiring bertambahnya usia dan kekuatan emosionalmu. 

Kamu berhenti peduli soal punya banyak teman dan mulai sangat peduli soal punya teman yang tepat.

Orang-orang yang menjadi lebih kuat secara emosional menyadari bahwa hubungan yang mendalam memberi nutrisi yang tak pernah bisa diberikan oleh sosialisasi yang dangkal. Mereka lebih suka satu percakapan jujur daripada sepuluh percakapan sopan.

6. Belajar Meminta Maaf dan Memaafkan

Harga diri menjadi mahal seiring bertambahnya usia. Dendam yang kau pendam, permintaan maaf yang kau pendam, semuanya lebih mahal daripada nilainya. 

Orang yang tumbuh lebih kuat secara emosional belajar untuk meminta maaf ketika mereka salah, bukan karena mereka lemah, melainkan karena mereka lebih menghargai hubungan daripada ego. 

Mereka juga belajar untuk memaafkan, bukan karena orang lain pantas mendapatkannya, melainkan karena menyimpan dendam itu melelahkan. 

Ini bukan berarti menjadi keset atau membiarkan orang lain menginjak-injakmu. Melainkan, memilih pertempuranmu dengan bijak dan menyadari kapan memendam amarah lebih menyakitimu daripada orang lain.

7. Menerima Hal Baik

Kontrol adalah ilusi yang kita bangun pada paruh pertama kehidupan dan kita pelajari cara melepaskannya pada paruh kedua kehidupan.

Orang-orang yang kuat secara emosional mengembangkan apa yang saya sebut penerimaan strategis. 

Mereka membedakan antara apa yang bisa mereka pengaruhi dan apa yang tidak. Mereka mencurahkan energi mereka untuk yang pertama dan berdamai dengan yang kedua.

Anda tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Anda tidak bisa mengendalikan kondisi ekonomi, cuaca, atau apakah anak-anak Anda akan membuat pilihan yang Anda inginkan. 

Anda hampir tidak bisa mengendalikan pikiran dan perasaan Anda sendiri hampir sepanjang waktu.

Tapi Anda bisa mengendalikan respons Anda. Usaha Anda. Sikap Anda. Integritas Anda. Perubahan fokus itu, dari upaya mengendalikan segalanya menjadi pengelolaan bijak terhadap lingkup pengaruh Anda, merupakan hal yang merendahkan hati sekaligus memberdayakan.

8. Suka Mencari Jalan Keluar

Orang yang tumbuh lebih kuat secara emosional belajar memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan yang sama seperti yang mereka berikan kepada teman baik. 

Ketika mereka berbuat salah, mereka mengakuinya, belajar darinya, dan melanjutkan hidup tanpa mencela diri sendiri.

Ini bukan tentang mencari-cari alasan atau menghindari tanggung jawab. Ini tentang menyadari bahwa menghakimi diri sendiri secara berlebihan justru kontraproduktif. 

Anda dapat mempertahankan standar yang tinggi sambil tetap bersikap lembut terhadap ketidaksempurnaan manusiawi Anda yang tak terelakkan.

9. Menemukan Makna Diri Sendiri

Orang yang semakin rapuh seiring bertambahnya usia cenderung semakin berfokus pada diri sendiri. Orang yang semakin kuat cenderung memperluas lingkaran perhatian mereka.

Mereka menjadi sukarelawan. Mereka menjadi mentor. Mereka berkontribusi bagi komunitas mereka. 

Mereka menemukan cara untuk menjadi berguna yang tidak ada hubungannya dengan keuntungan pribadi.

Fokus ke luar ini bukan berarti mengabaikan diri sendiri. Ini berarti menyadari bahwa Anda adalah bagian dari jaringan kemanusiaan yang lebih luas, dan bahwa berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sering kali meningkatkan kesejahteraan Anda sendiri.

Orang-orang yang mempertahankan tujuan dan pengabdian ini tampaknya lebih mudah menghadapi tantangan mereka sendiri. Mungkin karena perspektifnya. Mungkin karena koneksi sosialnya. Mungkin karena merasa berguna itu menyenangkan.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #kecerdasan #tidak #dipengaruhi #usia #inilah #ciri #seseorang #yang #dapat #memaksimalkan #kemampuan #emosional #agar #lebih #baik

KOMENTAR