Anak Muda Tolak Pembatasan Thrifting, Sebut Jadi Cara Hemat di Ekonomi Sulit
- Di tengah kondisi ekonomi yang sedang sulit dan harga barang-barang yang terus naik, banyak anak muda mencari cara agar tetap bisa tampil modis tanpa harus menguras dompet. Salah satu caranya adalah dengan berburu pakaian thrift atau barang bekas layak pakai.
Bagi sebagian orang, thrifting bukan sekadar tren, tapi sudah menjadi kebutuhan. Selain karena harganya yang jauh lebih terjangkau, pilihan model yang unik dan bahan yang masih bagus membuat pakaian thrift terasa lebih “worth it” dibanding beli baru.
Hal itu juga dirasakan oleh seorang pembeli thrift, Aika (19), yang mengaku lebih sering memilih pakaian bekas dibandingkan membeli produk baru di toko ritel.
“Menurut aku, thrifting tuh in this economy is a must, ” ujar Aika saat ditemui Kompas.com, di kawasan Depok Town Square, Jawa Barat, Senin (3/11/2025).
Thrifting jadi pilihan di tengah harga yang melonjak
Aika menilai kondisi ekonomi saat ini membuat banyak orang harus lebih bijak dalam membelanjakan uangnya, terutama untuk kebutuhan fesyen.
“Zaman sekarang tuh mau beli murah, tapi baru juga sayang, karena walaupun murah, walaupun ori dan murah tuh belum tentu kualitasnya bagus,” katanya.
Ia membandingkan, pakaian thrift justru sering kali memiliki kualitas bahan yang lebih baik dibandingkan beberapa produk baru di pasaran.
“Jadi kalau thrifting, barang dan bahannya lebih bagus, terus kualitasnya masih oke, harganya murah. Walaupun thrifting, I think it's more worth it to thrift daripada beli baru,” lanjutnya.
Bagi Aika, pakaian thrift bukan hanya soal harga, tapi juga soal nilai guna. Ia merasa banyak pakaian baru yang cepat rusak atau tidak awet, sehingga justru membuat pembeli merasa membuang uang percuma.
Ilustrasi gaya barrel jeans
Ramah di kantong mahasiswa
Tak hanya Aika, Grace (18) juga merasakan hal yang sama. Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) ini mengaku, thrifting sudah menjadi penyelamat gaya sehari-harinya di tengah keterbatasan anggaran anak kos.
“Jangan membatasi thrift. Karena itu sangat membantu. Apalagi kita kayak anak kos budget (anggaran) kita enggak begitu besar. Apalagi kita di FIB, jadi kadang-kadang kita harus pakai baju culture (budaya),” ungkap Grace dalam kesempatan yang sama.
Pilihan model yang unik dan beragam
Selain harga yang lebih ramah di kantong, hal lain yang membuat Aika tetap tertarik dengan thrifting adalah variasi model pakaian yang tidak bisa ditemui di toko biasa.
Menurutnya, pakaian thrift sering kali punya karakter khas dan model yang jarang ada di pasaran, berbeda dengan beberapa produk lokal.
Alasan para pembeli ini menunjukkan bahwa thrifting kini bukan lagi sekadar hobi atau gaya hidup alternatif, tapi solusi nyata bagi banyak anak muda untuk tetap bergaya tanpa terbebani harga.
Tag: #anak #muda #tolak #pembatasan #thrifting #sebut #jadi #cara #hemat #ekonomi #sulit