



Nirempati di Dunia Maya, Bisa Menular ke Dunia Nyata? Ini Kata Psikolog
- Nirempati artinya tidak punya empati, tepatnya ketika seseorang tidak bisa merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain.
Sifat nirempati tengah menjadi sorotan karena ada beberapa mahasiswa Universitas Udayana, Bali, yang mencemooh meninggalnya mahasiswa lain berinisial TAS (22). Mereka mencemooh TAS di aplikasi WhatsApp, yang mana isinya sudah tersebar di media sosial.
Namun, apakah sifat nirempati di dunia maya bisa “menular” ke dunia nyata? Atau malah sifat nirempati di dunia maya mencerminkan bagaimana mereka bersikap di dunia nyata? Simak penjelasan psikolog.
Nirempati di dunia nyata dan dunia maya
Nirempati di dunia nyata dibawa ke dunia maya
Sifat nirempati di dunia maya bisa menunjukkan karakter asli seseorang di dunia nyata. Benarkah demikian? Simak penjelasan psikolog.
Psikolog Clement Eko Prasetio, M.Psi. mengatakan, sifat nirempati yang seseorang tunjukkan di dunia maya bisa mencerminkan sifat asli mereka di dunia nyata.
“Bisa jadi pada dasarnya orang itu memang enggak punya empati, enggak bisa merasakan perasaan orang lain. Enggak bisa perspective-taking sama sekali,” tutur Clement saat dihubungi Kompas.com, pada Senin (20/10/2025).
Perspective-taking adalah tindakan mengamati suatu situasi, atau memahami sebuah konsep, dari sudut pandang orang lain. Tindakan inilah yang membantu seseorang membangun empati.
Clement melanjutkan, orang-orang yang pada dasarnya nirempati bakal merespons sesuatu secara demikian, bahkan tanpa menggunakan akun bodong atau second account di media sosial.
“Karena dasarnya dia enggak punya kemampuan untuk perspective-taking secara tepat. Kemampuan untuk bisa merasakan perasaan, dan menghayati perasaan orang lain, bisa jadi beda, bisa jadi enggak ada,” ujar psikolog yang berpraktik di Indopsycare ini.
Nirempati dan akun anonim di media sosial
Lewat akun anonim, seseorang bisa mengabaikan perasaan orang lain
Sifat nirempati di dunia maya bisa menunjukkan karakter asli seseorang di dunia nyata. Benarkah demikian? Simak penjelasan psikolog.
Di sisi lain, seseorang bisa bersifat nirempati di dunia maya karena menggunakan akun anonim di media sosial.
“Karena anonim, jadinya seolah-olah kayak kita berhak untuk ngomong apa pun tanpa filter. Jadi memang kalau di media sosial ada peluang kita ngomong sesuka hati tanpa memedulikan orang lain,” tutur Clement.
Melalui akun anonim juga dapat membuat seseorang mengabaikan perasaan orang lain yang sedang berinteraksi dengan mereka berkat anonimitas tersebut.
Clement menduga, mereka yang nirempati merespons orang lain atau suatu keadaan seenaknya karena moral kompas yang berkaitan dengan norma sosial.
Faktor norma sosial juga memengaruhi bagaimana seseorang mengembangkan empati. Sebab, seseorang punya pertimbangan tentang respons terhadap sesuatu atau orang lain.
Bisa jadi, mereka enggan berempati berdasarkan pertimbangan bahwa mereka kurang “oke” secara norma sosial yang dianut oleh suatu kelompok.
“Respons empatik bukan hanya ditentukan dari perasaan, tapi juga dipengaruhi oleh norma sosial suatu kelompok. Bisa jadi ketika mau mengatakan, ‘Eh, kamu kasihan ya’, ternyata norma sosial kelompoknya mengatakan, ‘Kamu enggak boleh melakukan itu karena orang itu adalah musuh’,” jelas Clement.
Ketika berempati terhadap orang lain atau suatu situasi, tetapi norma sosial kelompoknya bertentangan, ia pun pada akhirnya menjadi tidak berempati.
Nirempati di dunia maya, berempati di dunia nyata
Hal lainnya yang juga perlu disoroti adalah seseorang bisa nirempati di dunia maya, tetapi berempati di dunia nyata.
“Bisa jadi, di dunia nyata dia benar-benar bisa berempati dan merespons secara empatetik karena memang pengaturannya seperti itu karena pengaturan menuntut dia untuk lebih empatik,” kata Clement.
Namun, ketika berada di dunia maya, karena tidak ada pengaturan atau tuntutan seperti itu, ia bisa merespons sesuka hati secara nirempati.
Tag: #nirempati #dunia #maya #bisa #menular #dunia #nyata #kata #psikolog