Belajar dari Kasus Bullying Mahasiswa Unud, Ini Pentingnya Empati di Dunia Maya
Kasus kematian mahasiswa Universitas Udayana yang lantas dicemooh teman-temannya jadi pengingat pentingnya empati di dunia maya. Ini kata psikolog.(Unsplash/Glenn Carstens Peters)
18:35
21 Oktober 2025

Belajar dari Kasus Bullying Mahasiswa Unud, Ini Pentingnya Empati di Dunia Maya

- Kasus tewasnya mahasiswa Universitas Udayana, Bali, berinisial TAS (22) disorot oleh khalayak karena ada beberapa mahasiswa yang tidak berempati terhadap TAS.

Pasalnya, mereka mencemooh TAS, yang telah meninggal, di dunia maya, tepatnya di aplikasi WhatsApp. Obrolan mereka lantas tersebar ke seluruh media sosial. Menilik hal tersebut, perlukan kita menunjukkan empati di internet?

Perlukah empati di dunia maya?

“Dalam dunia maya juga perlu empati karena mau enggak mau, suka enggak suka, dunia maya itu ranah publik,” kata psikolog Clement Eko Prasetio, M.Psi. yang berpraktik di Indopsycare, saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/10/2025).

Meskipun aplikasi bertukar pesan seperti WhatsApp bukanlah ranah publik, tapi pengguna dunia maya tetap berinteraksi dengan sesama manusia, bukan dengan chatbot seperti ChatGPT atau Meta AI.

Menurut Clement, prinsipnya adalah apa pun media sosial atau aplikasi bertukar pesan yang digunakan, kamu harus menjadi orang yang berempati.

Hati-hati dalam berperilaku di dunia maya

Kasus kematian mahasiswa Universitas Udayana yang lantas dicemooh teman-temannya jadi pengingat pentingnya empati di dunia maya. Ini kata psikolog.Dok. Unsplash/camilo jimenez Kasus kematian mahasiswa Universitas Udayana yang lantas dicemooh teman-temannya jadi pengingat pentingnya empati di dunia maya. Ini kata psikolog.

Menjadi orang yang berempati perlu dibarengi dengan kehati-hatian dalam bersikap, meskipun di dunia maya.

“Harus tetap berhati-hati dalam memberikan komentar atau stiker, yang dapat multiinterpretasi," ujar Clement.

Psikolog yang berpraktik di Indopsycare ini juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam mengunggah hal-hal tertentu. 

Soal unggahan di media sosial, kamu bertanggung jawab akan unggahan tersebut meskipun mengunggahnya di akun sendiri. Hal ini karena kamu hidup bermasyarakat, serta pengguna dunia maya bukan dirimu saja.

Kamu perlu berhati-hati karena unggahan di media sosial bisa menuai tanggapan pro dan kontra, serta memberi dampak pada orang lain yang melihatnya.

“Jangan sampai kita mengunggah sesuatu yang malah menimbulkan kegaduhan secara norma masyarakat. Intinya, bijaklah dalam bermedia sosial karena kamu enggak hidup sendiri, kamu hidup dalam masyarakat,” imbau Clement.

Dengan demikian, media sosial adalah ruang publik tempat banyak orang berinteraksi. Oleh sebab itu, setiap pengguna perlu menjaga empati dan kesopanan agar tidak melukai orang lain.

Sebaiknya bijaklah dalam bermedia sosial karena kamu hidup berdampingan dengan banyak orang di dunia digital.

Tag:  #belajar #dari #kasus #bullying #mahasiswa #unud #pentingnya #empati #dunia #maya

KOMENTAR