4 Alasan Kenapa Kamu Takut Memulai Hubungan Baru dan Cara Mengatasinya
Hal yang Menyebabkann Kamu Tetap Jomblo, Segera Ubah Jika Nggak Mau Jomblo Terus! (Freepik/drobotdean)
05:24
17 Oktober 2025

4 Alasan Kenapa Kamu Takut Memulai Hubungan Baru dan Cara Mengatasinya

 Pernah merasa gugup, cemas, atau bahkan takut untuk memulai hubungan baru?

Tenang, kamu tidak sendiri. Banyak orang merasakan hal yang sama, rasa takut disakiti, kecewa, atau gagal lagi dalam cinta memang bisa membuat siapa pun ragu untuk membuka hati. 

Kadang, perasaan itu begitu kuat hingga membuat kita berhenti melangkah, bahkan ketika sebenarnya kita ingin mencoba lagi.

Namun, memahami penyebab dari rasa takut untuk jatuh cinta lagi bisa membantu kamu menghadapinya dengan lebih tenang dan realistis.

Berikut empat alasan kenapa kamu mungkin merasa takut untuk menjalin hubungan baru, menurut psikologi, dikutip dari Youtube Psych2Go.

1. Takut Sejarah Terulang Lagi

Pernah berpikir, “Dulu aku sudah disakiti, pasti nanti juga akan sama”? Ketakutan ini adalah penghalang terbesar bagi banyak orang untuk memulai hubungan baru. Kita cenderung berpikir bahwa masa lalu akan terulang, padahal tidak selalu begitu.

Pada salah satu video di kanal Youtube psikologi populer yakni Psych2go dijelaskan bahwa, psikolog menyebut pola ini sebagai hindsight bias, yaitu kecenderungan untuk menganggap suatu hal seolah sudah bisa diprediksi setelah terjadi. 

Penelitian oleh Dorothy Dietrich dan Matthew (1993) menunjukkan bahwa setelah suatu peristiwa terjadi, manusia cenderung merasa “tahu sejak awal” bahwa hasilnya akan seperti itu, padahal sebenarnya tidak.

Hal yang sama bisa terjadi dalam hubungan. Setelah putus, kamu mungkin melihat kembali masa lalu dan berpikir semua “tanda bahaya” sudah jelas dari awal, padahal dulu kamu tidak menyadarinya.

Akibatnya, kamu jadi sulit mempercayai siapa pun lagi. Padahal, tidak semua hubungan akan berakhir sama. Ada banyak kemungkinan baru yang bisa kamu alami jika berani membuka hati kembali.

2. Takut untuk Terluka dan Terbuka (Vulnerable)

Cinta menuntut keberanian untuk menjadi terbuka dan jujur, dan ini sering kali menakutkan. Menunjukkan sisi rapuh kita kepada seseorang berarti memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyakiti kita. Tak heran jika banyak orang akhirnya memilih untuk menutup diri.

Namun, penelitian dari 2007–2014 oleh para psikolog seperti Devonsen, Kotov, dan Wang menunjukkan bahwa orang yang menghindari kerentanan (vulnerability) cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.

Artinya, ketakutanmu bisa jadi berasal dari kecenderungan cemas yang belum disadari, bukan karena kamu benar-benar tidak ingin mencintai lagi. Jika kamu merasa sulit membuka diri atau takut ditolak, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan profesional. Mereka bisa membantumu memahami akar rasa takut itu dan menemukan cara agar kamu bisa lebih percaya diri untuk memulai hubungan baru.

3. Trauma dari Hubungan Orang Tua atau Role Model Negatif

Hubungan antara kedua orang tua ternyata juga berpengaruh terhadap cara anak memandang cinta dan komitmen. Kenyataannya tidak semua orang tumbuh di lingkungan yang harmonis.

Psikolog E. Mark Cummings dalam bukunya Marital Conflict in Children: An Emotional Security Perspective menjelaskan bahwa pertengkaran orang tua dapat menimbulkan rasa cemas dan tidak aman pada anak.

Dalam kasus yang lebih parah, anak bisa mengalami gangguan tidur, kesehatan, bahkan kecenderungan untuk menghindari hubungan romantis saat dewasa.

Penelitian oleh antropolog Mark Flynn dan Barry England (1999) yang dilakukan selama 20 tahun menemukan bahwa anak-anak dari keluarga yang sering bertengkar memiliki kadar hormon stres (kortisol) lebih tinggi.

Jika kamu tumbuh dalam lingkungan seperti itu, wajar jika kamu takut mengulangi pola yang sama. Tapi kabar baiknya, kamu bisa memilih untuk menciptakan hubungan yang berbeda.

Mengikuti konseling pasangan bisa menjadi langkah sehat untuk membangun hubungan yang stabil dan penuh pengertian.

4. Terlalu Banyak Ekspektasi dalam Hubungan

Siapa sih yang tidak ingin punya hubungan yang bahagia dan penuh cinta? Namun, terkadang ekspektasi yang terlalu tinggi justru bisa menjadi sumber kekecewaan.

Memiliki harapan dalam hubungan memang penting, bahkan penelitian tahun 1994 dan 2012 menunjukkan bahwa ekspektasi positif dapat memperkuat hubungan. Tapi di sisi lain, riset oleh Jame K. McNulty dan Benjamin R. Carney menemukan bahwa ekspektasi yang tidak realistis bisa mempercepat turunnya kepuasan hubungan.

Masalahnya bukan pada ekspektasinya, tetapi pada jenis harapan yang kamu miliki. Kamu boleh berharap dicintai, dihargai, dan disayangi, tapi kamu tidak bisa berharap pasanganmu berubah jadi idolamu dalam semalam.

Cinta, seperti halnya terjun payung, terlihat seru tapi membutuhkan keberanian dan komitmen yang besar. Kamu harus punya keyakinan pada diri sendiri dan pada orang yang kamu cintai. Karena pada akhirnya, cinta bukan tentang mencari yang sempurna, melainkan tentang berani melangkah bersama orang yang mau berproses bersamamu.

Sebagai penutup, perlu diingat bahwa ketakutan untuk mencintai lagi bukanlah tanda kelemahan,  itu tanda bahwa kamu pernah merasakan cinta dengan sepenuh hati. Tapi jangan biarkan masa lalu mencuri kesempatanmu untuk bahagia di masa depan.

Setiap hubungan memiliki risikonya sendiri, tapi juga memiliki peluang luar biasa untuk tumbuh, belajar, dan mencintai lagi dengan cara yang lebih matang.

Mulailah dengan memaafkan masa lalu, berdamai dengan diri sendiri, dan perlahan-lahan buka hati untuk kesempatan baru.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #alasan #kenapa #kamu #takut #memulai #hubungan #baru #cara #mengatasinya

KOMENTAR